Latar Belakang BPPT dalam Pembentukan Task Force Penanganan COVID-19

Mengedepankan sinergi dari institusi berbeda

Jakarta, IDN Times - Bertujuan melawan pandemi Corona di Indonesia, BPPT menjadi koordinator dari pengembangan test-kit COVID-19 lokal bertipe qRT-PCR. Bekerjasama dengan berbagai institusi, seperti Litbang (LIPI, Badan Litbang Kesehatan), Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNAIR, YARSI, UNHAN, Atma Jaya, UNDIP, UNTAG Surabaya, Universitas Islam Bandung), Industri Medis (PT Biofarma, PT Hepatika Mataram), Rumah Sakit (FKUI-RSCM, RSUD Tangerang, RSUD Koja), dan Asosiasi Profesi (PB IDI, PAPDI, IAIS, APIC, Asosiasi Bio Resiko, Asosiasi Biosafety Indonesia, World Bio Haztec), serta beberapa startup yang fokus pada mikrobioma dan kesehatan (Nusantara Genetics dan Healtech.id), badan ini kemudian membentuk satuan khusus yang disebut Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19).

Saat dihubungi oleh tim IDN Times, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menjelaskan latar belakang pemilihan tim yang terlibat dalam TFRIC19.

1. Sumber daya dan kompetensi yang berbeda menjadi sinergi yang menguatkan

Latar Belakang BPPT dalam Pembentukan Task Force Penanganan COVID-19Dok. East Ventures

BPPT memahami bahwa masing-masing institusi mempunyai sumber daya dan kompetensi yang berbeda. Namun, perbedaan inilah yang mendorong setiap komponen TFRIC19 untuk saling melengkapi.

Menghadapi situasi urgen yang menuntut kecepatan sekaligus ketepatan, sinergi fungsi dianggap BPPT sebagai landasan pemilihan jajaran anggota TFRIC19 agar dapat menghasilkan gerakan yang substantif dan cepat. “Bukan superman yang kita banggakan, tetapi super team yang harus dikedepankan,” tegas Hammam.

2. Tantangan bagi peneliti dalam negeri

Latar Belakang BPPT dalam Pembentukan Task Force Penanganan COVID-19Dok. Nusantics

Beredarnya test-kit COVID-19 yang diimpor guna mempercepat screening pada PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan ODP (Orang Dalam Pemantauan) di Indonesia adalah salah satu hal yang menjadi perhatian serius TFRIC19. Selain diperlukannya technology clearing untuk memastikan bahwa test-kit tersebut telah memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan kondisi wabah di Indonesia, hal ini juga menjadi tantangan bagi peneliti dalam negeri. Hammam menjelaskan, “Beredarnya produk buatan luar ini menjadi tantangan bagi peneliti dalam negeri untuk juga segera bisa memproduksi test-kit COVID-19 kita sendiri.”

Untuk itu, TFRIC19 kini tengah berupaya mengembangkan test-kit COVID-19 lokal dengan menggunakan strain virus dari orang Indonesia yang terinfeksi COVID-19. Ia melanjutkan, “Virus cenderung cepat bermutasi dan hasil mutasinya bisa berbeda-beda di setiap negara. Oleh karenanya, kita juga harus menyesuaikan mutasi virus dengan cepat dan tepat, jadi test-kit COVID-19 kita pun juga harus mutakhir.” 

3. Landasan 4K versi TFRIC19 agar dapat bekerja dengan cepat dan akurat

Latar Belakang BPPT dalam Pembentukan Task Force Penanganan COVID-19freepik.com

Riset dan inovasi penanggulangan COVID-19 oleh TFRIC19 mengembangkan berbagai macam teknologi berdasar Artificial Intelligence (AI) agar dapat lebih awal mendeteksi pasien yang telah terinfeksi COVID-19. Namun, penggunaan AI ini juga akan divalidasi oleh radiolog dan dokter yang terkait dengan bidang tersebut.

“Komitmen, Komunikasi, Kecepatan dan Kesiapan Data merupakan landasan utama TFRIC19 untuk bekerja dengan cepat dan akurat. BPPT terus melakukan koordinasi lintas lembaga sekaligus internal untuk mempersiapkan test-kit COVID-19 yang sesuai dengan sekuens di Indonesia,” pungkas Hammam.

Topik:

  • Amelia Rosary

Berita Terkini Lainnya