Tekuni Usaha Kecil Sang Ibu, Kini Imas Tuai Omzet Besar

Sempat tak percaya diri dengan produk yang dipasarkan

Jakarta, IDN Times - Dalam upayanya menyambung hidup, seorang ibu rumah tangga di Sumedang memutuskan untuk menjual keripik jengkol yang ia produksi sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha rumahan yang ia telateni sejak tahun 1980-an itu kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Imas.

Dengan kegigihan yang ia miliki, Imas, sebagai penerus usaha ibunya, terus berupaya untuk mengembangkan bisnis kecil-kecilan milik ibunya dengan mendaftarkannya ke berbagai kompetisi wirausaha. 

Seperti yang dialami sebagian besar UMKM lainnya di Indonesia, pandemik COVID-19 pun turut memengaruhi usaha milik Imas. Dengan segenap upaya, Keripik Jengkol Oyoh berusaha agar dapat melewati situasi sulit yang diakibatkan oleh COVID-19 ini. Yuk, kita simak ceritanya!

1. Termotivasi besarkan usaha yang dimulai sang ibu

Tekuni Usaha Kecil Sang Ibu, Kini Imas Tuai Omzet BesarInstagram Oyoh Jengkol

Semasa hidupnya, ayah Imas biasa menanam pohon jengkol di kebun belakang rumahnya. Awalnya, ia hanya menjual jengkol mentah, tetapi karena pendapatan yang diperoleh sangat terbatas, ibu Imas yang bernama Oyoh, berinisiatif untuk memberi nilai tambah pada jengkol tersebut dengan mengolahnya menjadi keripik.

“Awalnya, ibu saya hanya menjualnya ke warung-warung di sekitar rumah. Kemasannya masih plastik biasa, lalu diikat dengan tali dan tanpa label,” cerita Imas. Kemudian, perempuan asal Sumedang ini terpanggil untuk memasarkan keripik jengkol buatan ibunya, terutama saat sang ayah meninggal dunia pada tahun 2014 lalu.

"Saya dulu sering bantu jual keripik jengkol ibu ke warung-warung. Suatu hari, yang saya jual cuma laku 1 biji. Harganya saat itu masih Rp800, eh, tapi yang punya warung malah kasih uang Rp100.000. Momen saat saya tidak ada uang untuk kembalian itu malah menyadarkan saya: kalau saya begini terus, jauhlah harapan saya untuk bisa sukses,” lanjutnya.

Tak hanya berhenti pada angan itu, ia kemudian mulai melangkah maju, mencari informasi mengenai pelatihan UMKM yang dapat menambah angka penjualan usahanya. "Saat itu, saya kebetulan dapat informasi dari salah seorang kerabat untuk ikut pelatihan ke Bandung. Di pelatihan itulah saya bertemu dengan pihak Blibli.com. Saya semakin optimis akan usaha ini. Kalau ibu saya bisa sekolahkan ke-4 anaknya dari hasil penjualan keripik jengkol, saya pun pasti mampu," ujar sarjana agroteknologi lulusan salah satu universitas negeri ternama di Bandung itu.

2. Berkesempatan untuk menjadi juara kompetisi wirausaha

Tekuni Usaha Kecil Sang Ibu, Kini Imas Tuai Omzet BesarInstagram Oyoh Jengkol

Pada tahun 2017 yang lalu, Imas mengikuti program The Big Start (TBS) Indonesia Season 2 yang diadakan oleh Blibli.com. Ia sempat merasa kecil hati karena keripik jengkol buatannya masih dikemas secara tradisional dengan menggunakan plastik dan ditutup menggunakan seal dari lilin atau diikat dengan tali rafia.

"Awalnya, saya merasa tak percaya diri. Namun, kalau hanya fokus pada hal tersebut, kapan saya akan maju? Ya, tak disangka, respon Blibli.com sangat positif—saya dibekali dengan berbagai macam pengetahuan dan pelatihan tentang cara mengelola dan mengembangkan bisnis, terutama secara daring. Saya bahkan menjadi juara 3 di kompetisi itu. Tentu saja itu menambah rasa percaya diri saya," kenangnya.

Menjadi juara ke-3 TBS, Imas pun mendapatkan seorang mentor yang juga merupakan seorang entrepreneur, yaitu Daniel Mananta, Founder dari brand DAMN I Love Indonesia! "Selain diajari mengenai pengelolaan bisnis, keuangan, dan pemasaran, saya juga disarankan Daniel Mananta untuk memperbaiki kemasan saya, yang tadinya hanya plastik polos, kini jadi standing pouch metal paper dengan desain menarik, pakai Bahasa Inggris juga," terangnya.

3. Menjalani bisnis selama masa pandemik

Tekuni Usaha Kecil Sang Ibu, Kini Imas Tuai Omzet BesarInstagram Oyoh Jengkol

Sesaat setelah COVID-19 masuk ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, banyak sektor bisnis di Indonesia mulai lumpuh. Beberapa sektor bisnis yang tak mampu melakukan adaptasi digital secara cepat pun menjadi pihak yang paling terancam.

"Untungnya, keripik jengkol Oyoh sudah go online sejak tahun 2017. Menggerakkan roda bisnis juga melibatkan adanya kepekaan terhadap fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita. Karena digitalisasi kian marak, saya pun memutuskan untuk fokus total ke pemasaran online" Imas menerangkan.

"Didukung dengan adanya gerakan Bangga Buatan Indonesia yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia dan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Oyoh jadi tahu bagaimana harus menyikapi permintaan pasar yang memang sempat menurun. Contohnya adalah dengan diadakannya program promo dan gratis ongkos kirim. Hal ini terbukti berhasil menstimulasi daya beli masyarakat. Selain itu, dengan penjualan daring, saya merasa Oyoh semakin diketahui oleh banyak orang," imbuhnya lebih detail.

Sebagai seorang pengusaha muda, Imas berharap agar produk dalam negeri dapat lebih diterima oleh masyarakat. "Dengan membeli produk dalam negeri, berarti kita ikut andil dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. Di sisi lain, jika kamu punya keinginan untuk memulai bisnis, lakukanlah dengan sepenuh hati. Tahan banting dan jangan pernah berhenti belajar," pesannya.

Semoga cerita Imas tentang kegigihan dan kepercayaan diri dalam membangun bisnis dapat menginspirasi anak muda lainnya yang sedang merintis usaha. Jangan takut gagal, ya!

Topik:

  • Amelia Rosary

Berita Terkini Lainnya