Anggota DPR Murka Saat Rapat Bareng Mendikbud Nadiem, Ini Pemicunya
Intinya Sih...
- Anita Jacoba Gah marah-marah saat rapat dengan Mendikbudristek karena anggaran Kemendikbud tak digunakan secara maksimal.
- Sejumlah masalah yang disoroti Anita antara lain guru P3K belum menerima SK, sekolah rusak tak terselesaikan, dan tunjangan guru di daerah tertinggal belum diterima.
- Anita menyoroti ketidakmerataan platform digital pendidikan di seluruh negeri dan merekomendasikan KPK untuk memeriksa penggunaan anggaran Kemendikbud.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi X DPR RI Anita Jacoba Gah marah-marah saat rapat dengan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim dan jajarannya. Kemarahan itu dipicu karena Anita merasa banyak yang janggal dengan anggaran yang diberikan kepada Kemendikbud tapi tak digunakan dengan maksimal.
Salah satunya soal anggaran yang digelontorkan untuk Kemendikbud pada 2024, yang diduga belum digunakan secara maksimal.
"Menurut saya mari kita koreksi diri kenapa ini terjadi, jujur sama diri kita sendiri anggaran yang sudah diberikan begitu banyak tahun 2024, apakah sudah digunakan dengan baik atau tidak, jangan kalau dikurangin kita sedih tapi waktu dikasih banyak kita tidak menggunakannya dengan baik," kata Anita dalam rapat tersebut.
Baca Juga: Kemendikbud Surati Rektor PTN-PTNBH Minta Batalkan Kenaikan UKT
1. DPR bongkar berbagai masalah yang terjadi di Kemendikbud
Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat itu lantas membeberkan sejumlah masalah yang tak pernah diselesaikan oleh Kemendikbudristek.
Misalnya, masalah banyaknya guru P3K yang sudah dinyatakan lolos, tapi mereka belum menerima surat keputusan (SK). Kemudian, banyaknya sekolah rusak di daerah yang terkesan dibiarkan sejak lama.
"Saya kasih contoh di Kabupaten Kupang ada 17 sekolah, bangunan yang dari 2021 (rusak) tidak terselesaikan," kata Anita.
Ia turut membongkar masalah tunjangan yang belum diterima oleh guru-guru di daerah-daerah tertinggal.
"Guru-guru (di daerah) terpencil masih banyak yang belum terima tunjangannya. Ketiga, banyak bangunan sekolah yang masih terbengkalai padahal dari 2021 anggarannya," kata dia.
Editor’s picks
2. Digitalisasi pendidikan belum merata
Anita juga menyoroti platform digital dalam bidang pendidikan yang belum sepenuhnya merata di seluruh pelosok negeri. Menurut dia, Kemendikbud selama ini hanya terkesan fokus untuk mengembangkan daerah-daerah yang sudah terakses ke internet.
Sedangkan banyak sekolah-sekolah di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) tak pernah diperhatikan akses internetnya. Oleh sebab itu, pada rapat tersebut Anita meluapkan rasa kekecewaannya kepada Nadiem Makarim beserta jajaran Kemendikbud.
"Bicara platform digital mana keadilan bagi daerah 3 T? Enak daerah yang ada internet diberikan terus, tapi kita yang di daerah 3 T dibiarkan begitu saja," kata dia.
"Mana keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Pak Menteri? Saya sangat kecewa," lanjutnya.
3. Minta KPK periksa anggaran Kemendikbud
Anita merekomendasikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar memeriksa penggunaan anggaran oleh Kemendikbud selama ini.
"Saya minta bapak ibu pimpinan kita berikan rekomendasi kepada KPK periksa APBN yang ada di Kemendikbud, karena ini banyak persoalan, PIP, KIP, dana bos banyak hancur ini," kata dia.
"Saya minta pimpinan kita berikan rekomendasi kepada KPK periksa dari 2021-2022-2023. Nggak usah tambah anggaran kalau memang uang negara habis dikorupsi bukan untuk rakyat," kata dia.