Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke Malaysia

Pierre Tendean prajurit muda TNI berdarah Prancis

Jakarta, IDN TImes - Mengenang peristiwa sejarah kelam Indonesia, pada 30 September yang dikenal G30S/PKI, menjadi momen penting untuk mengenang pengorbanan para pahlawan revolusi yang gugur.

Pierre Tendean salah satunya, yang gugur dan menjadi salah satu Pahlawan Revolusi. Dia gugur saat menjalankan tugasnya mengawal jenderal AH Nasution dalam peristiwa berdarah itu. 

Kisah heroik Pierre Tendean saat menjadi prajurit TNI patut menjadi contoh bagi generasi muda saat ini. Dinukil dari buku Sang Patriot, Kisah Seorang Pahlawan Revolusi: Biografi Resmi, Pierre Tendean, Pierre muda berhasil menjalankan tugasnya dalam Operasi Dwikora.

Berikut penggalan kisah Pierre Tendean dalam misi intelijen selengkapnya.

1. Pierre dipercaya mengemban Operasi Dwikora

Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke Malaysia(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu)

Pada 1961, Presiden pertama RI Sukarno gencar menyuarakan konfrontasi untuk merebut Irian Barat melalui Tri Komando Rakyat (Trikora), dan menentang pembentukan Federasi Malaysia yang mempersatukan Malaya, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah dalam satu negara. Rencana ini membuat Indonesia konfrontasi dengan Malaysia melalui Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman yang pertama kali mencetuskan gagasan tersebut. Rencana tersebut didukung Inggris untuk mendapatkan kepentingan di wilayah tersebut, hingga keadaan berubah ketika terjadi pemberontakan di wilayah Kalimantan Utara, kawasan koloni Inggris dan Brunei. 

Penolakan Indonesia semakin keras, setelah melancarkan konfrontasi dengan mengirimkan sukarelawan untuk membantu rakyat Kalimantan Utara melawan Inggris. Pada situasi yang genting, Sukarno menyerukan Dwikora. Sejak itu, konfrontasi bersenjata di antara kedua belah pihak dimulai. 

Dwikora tersebut berisi: Perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei untuk membubarkan negara boneka Malaysia. 

Pemerintah Indonesia menyatakan operasi Dwikora bukan untuk melawan rakyat Malaysia, melainkan untuk mengganyang negara boneka Malaysia. Pemerintah menyuplai untuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Tak hanya itu, pemerintah RI memberikan surat panggilan tugas kepada elite ABRI (sebelum TNI) dan ribuan prajurit untuk menjadi bagian operasi Dwikora. 

Pierre Tendean salah satu prajurit TNI muda yang menjadi bagian operasi Dwikora. Pada saat itu, Pierre dan rekannya mendapatkan surat yang tak ada kejelasan lebih lanjut. Dia langsung meninggalkan Markas Yonzipur 1, setelah mendapatkan surat tersebut.

Rekannya menyarankan, Pierre agar kembali ke Markas Zeni Pusat untuk menanyakan ketidakjelasan surat tersebut. Pierre mengikuti saran rekannya, dan mendapatkan kejelasan. Bahwa keduanya dipersiapkan untuk melakukan penyusupan operasi Dwikora. 

Pierre kerap dilibatkan dalam operasi penyusupan ke Malaysia dari Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Riau. Tak ada fasilitas mewah yang diberikan ketika berada di negeri jiran itu. Hanya sebuah tenda yang dibekali untuk panggilan tugas dari Ibu Pertiwi. 

Baca Juga: Biografi Lafran Pane, Si Badung asal Sumut Pendiri Hijau Hitam

2. Pierre melakukan penyusupan ke Malaysia

Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke Malaysia(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi-Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu

Melalui surat perintah yang dikeluarkan Dirzi No SP-507/11/1963, Pierre ditugaskan untuk memimpin pasukan gerilya sukarelawan yang akan menyusup ke Negara Federasi Malaysia. Dia dan pasukannya dibantu Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (Dipiad), untuk persiapan operasi intelijen ini, yang ditempatkan di garis terdepan. 

Dalam masa tugas setahun, Pierre berhasil menyusup ke daratan Malaysia hingga tiga kali. Pertama, Pierre menyamar sebagai turis yang berbelanja di toko-toko. Kedua, dia dapat merebut senjata dan verrekijker (teropong) dari tentara musuh. Ketika melakukan infiltrasi ketiga kalinya, nyawa Pierre sempat terancam, karena kepergok dan dikejar kapal perang milik tentara Inggris. 

Pierre berhasil lolos dari kejaran tentara Inggris, dengan berenang menuju perahu nelayan terdekat. Salah satu cara Pierre berhasil masuk ke Semenanjung Malaya dengan menyamar sebagai warga Pekanbaru. 

3. Pierre selalu menghubungi rekannya

Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke Malaysia[Letnan Dua (Czi) Pierre Tendean saat menempuh pendidikan intelijen di Pusdikintel TNI AD di Bogor (1963)] (Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi-Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu

Selama ditugaskan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, Pierre memiliki kebiasaan menghubungi rekan sesama Abituren 1961. Seperti ketika di Pekanbaru, dia melakukan kontak dengan Letnan Dua Thomas Atmadji yang sedang membangun perluasan lapangan terbang Simpang Tiga Pekanbaru. 

Pierre mentraktir Thomas di sebuah restoran. Ketika itu, Thomas memang tidak mampu makan di restoran yang dikunjungi pengusaha Tionghoa. Dengan sikap setia kawan, Pierre selalu mengingat teman-teman perwiranya yang tidak beruntung dalam hal keuangan. 

4. Pierre berhasil menjalankan misinya

Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke Malaysia(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu

Pada masa Orde Baru, konfrontasi telah berakhir. Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia reda, setelah kepimpinan Sukarno beralih ke tangan ke Mayor Jenderal Soeharto.

Prestasi yang diraih dalam penugasan operasi Dwikora di perbatasan Indonesia-Malaysia, membuat perwira tinggi Angkatan Darat kerap membicarakan Pierre. Atasan-atasan Pierre di Korps Zeni pun bangga atas hasil kerja kerasnya.

Reputasi Pierre sebagai prajurit TNI muda begitu cemerlang. Tak heran, Pierre menjadi rebutan beberapa perwira tinggi Angkatan Darat untuk dijadikan sebagai ajudan. 

5. Pierre pernah mengikuti pendidikan sekolah intelijen

Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke MalaysiaFoto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu

Letnan Dua Pierre Tendean mengawali karier sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Medan. Setahun setelah itu, Pierre kembali memasuki sekolah Intelijen TNI AD, pada 1963 di Bogor, Jawa Barat. Saat itu, Pierre merupakan perwira termuda yang mengikuti kegiatan sekolah tersebut. Dari segi pengalaman pun tergolong baru. 

Pierre Tendean dinilai memiliki kemampuan dan membuktikan untuk selalu melaksanakan tugas, dengan hasil yang memuaskan. Berbagai prestasi yang gemilang diraihnya dalam menjalankan tugasnya. Maka itu, pria berdarah Prancis itu mendapatkan surat panggilan untuk sekolah kembali bersama teman-teman lainnya di sekolah Intelijen TNI AD. 

Baca Juga: Biografi DI Panjaitan, Pahlawan Revolusi yang Gugur di Lubang Buaya

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya