Indeks Potensi Radikalisme Turun Jadi 12 Persen, Didominasi Millennial

67,7 konten keagamaan di dunia maya bernuansa radikal

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat 67,7 persen konten keagamaan yang tersebar di dunia maya dan biasa diakses masyarakat di Indonesia, merupakan konten bernuansa intoleran dan radikal. Meski demikian, indeks potensi radikalisme di Indonesia mengalami penurunan.

Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan berdasarkan hasil survei, indeks potensi radikalisme 2020 turun menjadi 12,2 persen, dibandingkan indeks pada 2017 yang mencapai 55,2 persen.

"Indeks potensi radikalisme yang mencapai 12,2 persen tersebut didominasi generasi milenial," ujar kata dia dalam diskusi bertajuk "Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme" di Convention Hall, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Sabtu (28/5/2022) dilansir ANTARA.

Baca Juga: Biodata dan Profil Ustaz Ebit Lew, Penceramah Asal Malaysia Lagi Viral

1. Penceramah moderat dan toleran menekan pengaruh penceramah radikal

Indeks Potensi Radikalisme Turun Jadi 12 Persen, Didominasi Millennialilustrasi ceramah (pexels.com/Alena Darmel)

Meski demikian, kehadiran para penceramah dengan materi-materi dakwah yang moderat di dunia maya selama pandemik COVID-19, dinilai efektif menekan pengaruh radikalisme dari konten yang intoleran di Tanah Air.

"Mereka yang mayoritas moderat cukup mengimbangi konten-konten keagamaan di dunia maya (yang intoleran dan radikal). Begitu ada pandemi, para kiai, penceramah, maupun pendeta yang selama ini diam, tidak viral tetapi karena ada prokes mereka mau tidak mau menggunakan sarana gadget (untuk dakwah)," paparnya.

Baca Juga: Heboh Daftar Penceramah Radikal Ada UAS, Ini Kata Pengamat Terorisme

2. Indeks potensi radikalisme dan risiko radikalisme turun

Indeks Potensi Radikalisme Turun Jadi 12 Persen, Didominasi MillennialIlustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Berkat kemauan para penceramah moderat untuk hadir di dunia maya, menurutnya, indeks potensi radikalisme di Indonesia pada 2020 turun menjadi 12,2 persen dibandingkan 2017 yang mencapai 55,2 persen.

Selain itu, indeks risiko terorisme (IRT) pada 2021 juga telah turun menjadi 52,22 persen atau melampaui target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang sebesar 54,36 persen.

Baca Juga: Jabar Tercatat sebagai Daerah Intoleran 14 Tahun Berturut-turut

3. Radikal diawali dengan sikap intoleran

Indeks Potensi Radikalisme Turun Jadi 12 Persen, Didominasi Millennialilustrasi radikalisme (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Nurwakhid, munculnya paham radikal selalu diawali dengan sikap eksklusif dan intoleran terhadap keragaman. "Radikal atau ekstrem ciri-cirinya biasanya mengkafirkan mereka yang berbeda, tidak hanya beda agama, tapi beda kelompok, beda paham, bahkan sesama agama pun dikafir-kafirkan," ujar dia.

Radikalisme, kata dia, sejatinya adalah fase menuju terorisme sebab radikalisme adalah paham yang menjiwai semua aksi terorisme. Oleh karena itu, Nurwakhid mengajak semua pihak, khususnya kaum perempuan sebagai soko guru bangsa mampu membentengi keluarga, lingkungan dan masyarakat dari paham radikal.

"Membentengi dari paham-paham asing yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Di samping itu memperkuat kecintaan terhadap Tanah Air dan ideologi bangsa yaitu Pancasila," ujar dia.
 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya