Kemenhub Siapkan Sektor Penerbangan Hadapi Cuaca Ekstrem dan La Nina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengingatkan pemangku kepentingan penerbangan agar mengantisipasi cuaca ekstrem. Salah satu yang terpenting adalah perubahan iklim global yang berdampak pada timbulnya fenomena anomali cuaca dan La Nina.
"Seperti yang diketahui bersama bahwa saat ini dunia transportasi udara tengah dihadapkan pada berbagai disrupsi di antaranya perubahan iklim global yang berdampak timbulnya fenomena anomali cuaca," kata Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Dadun Kohar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (8/12/2021).
Hal tersebut disampaikan dalam webinar bertema "Situational Awareness: Expect the Unexpected" yang diselenggarakan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kemenhub.
Baca Juga: Fenomena La Nina, Harga Cabai Lahan Pasir di Bantul Meroket
1. La Nina puncaknya akan terjadi pada Januari-Februari 2022
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan fenomena La Nina puncaknya akan terjadi pada Januari-Februari 2022.
Dia berharap pengelolaan momentum libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 dapat berjalan baik. Mengingat akan memberikan dampak langsung maupun tidak langsung bagi operasi penerbangan di Indonesia.
Editor’s picks
Baca Juga: BMKG Peringatkan Akan Ada La Nina Akhir 2021, Luhut: Semua Hati-hati!
2. Pemangku kepentingan harus koordinasi untuk mitigasi terkait penerbangan
Plt Kasi Sertifikasi Operasi Pesawat Udara DKPPU Capt Rizal Bayu Azi menjelaskan kegiatan ini bertujuan membangun komunikasi dengan para pemangku kepentingan penerbangan guna melakukan antisipasi dan mitigasi.
"Kami berharap ke depannya ada integrasi dan sinergi antara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan BMKG khususnya dalam berbagi informasi pemutakhiran kondisi cuaca seperti prediksi, peringatan dini, rekomendasi terhadap kondisi anomali cuaca yang akurat dan real time melalui konektivitas digital," katanya.
3. Perlu komitmen bersama regulator penerbangan
Selain itu, menurutnya, perlu dilakukan antisipasi dan mitigasi yang tepat dalam mengantisipasi perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Terutama, bercermin dari musibah erupsi Gunung Semeru.
"Saya berharap adanya komitmen bersama di antara regulator dengan para pemangku kepentingan sektor transportasi udara untuk menumbuhkan bahkan meningkatkan kewaspadaan, kesiapan, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tantangan dampak perubahan iklim global tersebut khususnya bagi keselamatan penerbangan maupun keberlangsungan operasi penerbangannya," kata Dadun.