Fakta! Klaster Pernikahan di Semarang Terjadi Gegara Berjabat Tangan

Ada anggota keluarga yang mengeluhkan sesak napas ikut acara

Semarang, IDN Times - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, klaster pernikahan di Kota Semarang yang muncul terjadi lantaran masyarakat tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan virus corona. Sebab penularan COVID-19 di acara tersebut muncul dari hal yang sepele yang terkadang tak disadari.

1. Klaster pernikahan terjadi karena masyarakat tidak disiplin

Fakta! Klaster Pernikahan di Semarang Terjadi Gegara Berjabat TanganKetua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Prof drh Wiku Adisasmito MSc PhD. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Wiku dalam acara Ngobrol Seru Gugus Tugas COVID-19 Jawab Pertanyaan Netizen yang diselenggarakan IDN Times melalui YouTube streaming mengungkap sebab penularan sehingga bisa muncul klaster pernikahan di Semarang.

‘’Ketidakdisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan contohnya ada di Kota Semarang Jawa Tengah. Terjadi penularan COVID-19 dari acara pernikahan dan menjadi klaster pengantin. Itu karena yang datang ke pernikahan itu memaksakan diri untuk salaman (berjabat tangan),’’ ungkapnya dilansir Jumat (26/6).

Akhirnya, lanjut dia, keluarga pengantin satu per satu meninggal dunia.

‘’Padahal, Semarang kota besar lho. Informasi sudah kemana-mana, tapi kalau masyarakat tidak disiplin dan memilih seperti itu akibatnya langsung terjadi,’’ tuturnya.

Baca Juga: Lonjakan COVID-19 di Semarang, Klaster Pernikahan Terus Bertambah 

2. Disiplin menjadi kunci menekan penyebaran virus corona

Fakta! Klaster Pernikahan di Semarang Terjadi Gegara Berjabat TanganToko ritel Kawan Lama Group di Queen City Mal Semarang menerapkan protokol kesehatan COVID-19.IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Kejadian seperti klaster pernikahan menurutnya bisa dikendalikan jika masyarakat sadar dan mau menerapkan protokol kesehatan.

‘’Namun, memang kembali lagi bahwa Indonesia itu beragam, sehingga tidak setiap daerah disamakan seluruhnya,’’ aku Wiku.

Maka, untuk melawan COVID-19 dan mengantisipasi terjadinya gelombang kedua masyarakat Indonesia harus memiliki ketahanan yang panjang. Adapun, prinsip utamanya adalah perubahan perilaku.

‘’Pasti akan ada gelombang kedua kalau tidak disiplin, termasuk ada hotspot baru di Indonesia. Sebab, ini sangat potensial, termasuk di seluruh dunia. Nah, jika ditanya siapa penyebabnya, jawabannya yakni ketidakdisiplinan masyarakat. Kalau kita lengah ya dampaknya luar biasa,’’ ujar Wiku yang juga pernah menjadi Anggota Gugus Tugas Pandemik Flu Burung.

Maka, imbuh dia, disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan menjadi kunci penting.

3. Klaster pernikahan Semarang memakan 2 korban meninggal dunia

Fakta! Klaster Pernikahan di Semarang Terjadi Gegara Berjabat TanganIlustrasi Swab Test (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Untuk diketahui, klaster pernikahan terjadi di Jalan Masjid Terboyo Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Gayamsari Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam kepada IDN Times menjelaskan, jika acara pernikahan tersebut digelar Kamis, 11 Juni 2020. Dari kejadian tersebut, ada 10 orang yang dinyatakan positif virus corona. Sedangkan, dua orang diantaranya telah meninggal dunia. Yaitu adik dan ibu dari pengantin perempuan.

‘’Kemudian, delapan orang lainnya sudah melaksanakan swab kedua dan ketiga. Hasilnya, dua masih dinyatakan positif COVID-19, sedangkan sisanya sudah dinyatakan negatif,’’ jelasnya.

4. Berawal dari anggota keluarga yang mengeluh sesak napas

Dua orang yang masih positif tersebut kini dalam keadaan sehat dan sedang melakukan isolasi di rumah. Sebab, mereka yang tertular COVID-19 di klaster pernikahan mayoritas orang tanpa gejala (OTG).

Sementara kemunculan klaster tersebut bermula pada 2 Juni 2020, dimana salah satu anggota keluarga, yaitu anak ketiga merasakan dan mengeluhkan sakit sesak napas.

Saat pernikahan digelar pada 11 Juni 2020, seusai acara anak ketiga tersebut dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan positif COVID-19. Hingga pada pada akhirnya, 13 Juni 2020 ia meninggal dunia. 

Kemudian, menyusul orang tuanya masuk ke rumah sakit dan dinyatakan positif virus corona. Lalu pada 14 Juni 2020 sang ibu yang giliran meninggal dunia. Pemeriksaan kepada keluarga inti langsung dilakukan Dinas Kesehatan Semarang. Diketahui anak pertama mereka dinyatakan positif, anak kedua dinyatakan negatif, anak ketiga meninggal, dan anak keempat positif COVID-19.

‘’Kami lantas melakukan tracking dan tracing terhadap orang yang mengikuti akad pernikahan. Lalu, ditemukan tiga orang dinyatakan positif, salah satu dari mereka memiliki anak. Dua anaknya pun dinyatakan positif virus corona. Saat ini sebagian dari mereka telah dinyatakan sembuh,’’ tandas Hakam.

Topik:

  • Dhana Kencana
  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya