Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma Sosial

Istri dan anak sang dokter diminta mengungsi oleh warga

Semarang, IDN Times - Sudah jatuh tertimpa tangga. Kira-kira seperti itu nasib pasien positif virus corona (COVID-19) di Indonesia sekarang ini. Sudah terkena wabah dan menderita sakit, masih mendapat stigma dari masyarakat. Sampai pada maraknya aksi penolakan pemakaman jenazahnya.

Stigmatisasi ternyata tak khusus untuk pasien. Para tenaga medis, perawat, dan dokter juga mengalami hal serupa.

1. Zainal sempat ragu kabarkan ke keluarga kalau dirinya terinfeksi COVID-19

Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma SosialDokter spesialis bedah syaraf RS Dr Kariadi Semarang, Prof dokter Zainal Muttaqin SpBS PhD jalani isolasi diri di Hotel Kesambi Hijau. Dok. Zainal Muttaqin

Dokter Bedah Syaraf RS Dr Kariadi Semarang, Prof dokter Zainal Muttaqin SpBS PhD menuturkan pengalamannya setelah dirinya dinyatakan positif virus corona.

‘’Waktu tahu hasil tes swab PCR positif, saya sempat ragu dan takut. Perlu saya kasih tahu nggak ya keluarga, istri dan saudara saya? Soalnya, belakangan stigmatisasi sosial terus menjadi masalah di tempat kita, khususnya terhadap pasien positif COVID-19,’’ katanya saat dihubungi IDN Times, Sabtu (18/4).

Setelah divonis positif virus corona, Zainal juga langsung teringat dengan kasus jenazah perawat RSUP Dr Kariadi Semarang yang pemakamannya ditolak warga.

‘’Lha iya itu jenazah saja ditolak, apalagi kita masih hidup. Padahal jenazah sudah jelas mati, nggak bisa gerak, dibungkus rapat. Bagaimana kita yang hidup jika mau pulang ke rumah dalam keadaan terinfeksi virus corona,’’ tuturnya.

2. Tenaga medis bisa terpapar virus corona secara tidak sengaja

Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma SosialIlustrasi tenaga medis dengan APD Lengkap. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Padahal, imbuh Zainal, tenaga medis khususnya yang tidak menangani COVID-19 terkadang tidak tahu kalau mereka terpapar wabah tersebut.

"Misalnya, ada pasien kecelakaan patah tulang dan cedera otak lalu harus operasi. Tentu kami harus tangani, tetapi setelah ditangani kami malah terinfeksi virus corona. Kan kita tidak tahu kalau ternyata riwayatnya pasien tersebut juga sebelumnya terpapar atau tertular dari istri/suaminya yang baru pulang mudik dari daerah zona merah,’’ jelasnya.

Stigmatisasi sosial tersebut akhirnya membuat pasien berbohong kalau diri mereka sudah terpapar atau terinfeksi COVID-19. Mereka takut jika jujur lalu tidak bisa mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit. 

Baca Juga: Dokter Positif COVID-19 di Semarang Tertular Dari Pasien Tanpa Gejala

3. Keluarga teman sejawat Zainal yang juga positif COVID-19 disuruh mengungsi dari rumahnya

Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma SosialTenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Stigma yang sama juga dialami oleh tenaga medis lain yang terkena virus corona. Zainal menyampaikan, itu dialami oleh teman sejawatnya yang juga dokter bedah syaraf. Keluarganya mendapatkan stigma dari lingkungan tempat tinggal mereka.

‘’Kita ini kan tinggal di Semarang ya, kota besar ibu kota Jawa Tengah. Namun, istri dan empat anak teman sejawat saya itu diributi sama tetangganya setelah tahu suaminya positif virus corona. Mereka diminta untuk mengungsi dari rumah mereka ke tempat lain, karena warga di sana takut tertular,’’ ungkapnya.

4. Pendidikan sosial yang lemah berdampak pada aksi stigmatisasi

Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma Sosialinstagram @narcotic.stigma

Kondisi tersebut, lanjut Zainal, menunjukkan bahwa pendidikan sosial di Indonesia pada umumnya lemah, sehingga terjadi stigmatisasi di kalangan masyarakat.

‘’Jenazah saja ditolak, apalagi saya masuk perumahan tempat tinggal saya. Bisa dilempari batu mungkin oleh satu kampung dan tidak boleh masuk,’’ ujarnya.

Zainal berkisah, belum lama ini stigmatisasi ia rasakan bersama para tenaga medis yang terinfeksi wabah corona saat melakukan isolasi diri di Hotel Kesambi Hijau. Ketika hari pertama mereka tinggal di sana, tatkala ingin olahraga di halaman hotel, mereka dilarang oleh salah satu petugas hotel.

‘’Katanya nanti dulu, lebih baik di kamar dulu, karena semalam warga di sekitar lingkungan (hotel) datang mempertanyakan keberadaan kami. Lalu, kami minta bantuan Pemkot Semarang dan Pemprov Jateng dan warga akhirnya bisa menerima setelah mendapat penjelasan dan kami bisa senam di halaman hotel secara bergiliran,’’ ungkapnya.

Tak cuma itu, kejadian lain kembali terjadi, saat warga yang protes ketika terdapat tenaga medis yang tidak sengaja menjemur pakaian dalam di jendela kamar hotel.

‘’Orang kampung langsung protes, karena takut kuman atau virus yang menempel di baju tersebut nyebar ke lingkungan tersebut,’’ papar Zainal.

5. Dukungan terus mengalir untuk tenaga medis yang sedang diisolasi

Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma SosialIDN Foundation Salurkan Donasi untuk Pembelian APD Tenaga Medis (Dok. IDN Times)

Oleh karena itu, stigmatisasi sosial perlu dilawan dengan edukasi ke masyarakat terkait virus corona. Bagaimana penyebarannya, bisa menular dalam jarak berapa, semua itu harus dijelaskan ke masyarakat agar bisa menjadi dampak positif. Sehingga, orang yang positif terinfeksi mau dan bersedia jujur dengan kondisinya setelah teredukasi.

Zainal mengapresiasi tingginya dukungan dari keluarga, teman sejawat, dan pemerintah terhadap para tenaga medis yang positif virus corona yang sangat tinggi baik moril ataupun materiel. Mereka memberikan dukungan kepada para tenaga medis dengan mengabarkan melalui telepon atau pesan Whatsapp.

Selain itu, bantuan dan kiriman makanan dan minuman yang dapat menguatkan imunitas terus mengalir kepada para tenaga medis yang dirawat di hotel milik Pemprov Jateng itu.

‘’Di depan hotel ada pos, kami sering menerima kiriman makanan, minuman seperti air yang sudah dikasih obat, jamu, buah, dan lainnya. Banyak sekali, sampai nggak bisa makan semuanya,’’ aku Zainal.

6. Pesan penting Zainal kepada para tenaga medis dan masyarakat

Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma SosialIlustrasi perawat. Akun Facebook Bagas Pratondho

Sementara, bagi para tenaga medis yang masih bertugas di rumah sakit dan masyarakat Kota Semarang, Zainal berpesan agar mereka jangan sampai lengah dalam menghadapi pandemi virus corona (COVID-19) ini.

‘’Bagi tenaga medis, meskipun saat menangani pasien dalam keadaan tertutup rapat APD lengkap, tapi saat istirahat dan membuka pakaian tersebut diusahakan di ruangan sendiri. Jangan sampai ada orang lain di ruangan tersebut, agar virus dari baju tidak beterbangan. Jangan lupa juga cuci tangan setiap saat. Sebab, kuncinya disitu,’’ terangnya. 

Kemudian, untuk tenaga medis di rumah sakit yang melayani COVID-19 harus melakukan tracing yang baik dan pemeriksaan. Hal itu dianjurkan agar semua tahu kondisinya positif atau negatif virus corona. Tidak boleh menunggu ada gejala atau tidak. 

‘’Misalnya ketahuan positif, langsung diputus mata rantainya dengan isolasi agar tidak terpapar dan rumah sakit harus mendukung pemeriksaan yang tepat seperti tes swab PCR. Sedangkan bagi masyarakat, hilangkan stigmatisasi sosial dengan mengubah sikap kepada pasien positif serta keluarganya. Dan yang paling penting, untuk menjaga agar tidak tertular masyarakat harus di rumah saja. Jangan keluyuran atau keluar rumah kalau tidak penting,’’ tandasnya. 

Baca Juga: Bertambah Lagi, 1 Perawat RS Kariadi Meninggal karena Virus Corona

https://www.youtube.com/embed/Ij-ah_2PZGs

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya