Cerita Gita Syahrani, Penggiat Lingkungan dan Hutan

Kecintaan Gita terhadap lingkungan tertanam sejak kecil

Jakarta, IDN Times - Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Gita Syahrani, menceritakan awal mula ketertarikannya dalam upaya penanganan krisis iklim di Indonesia. Cerita itu diungkapnya dalam program "101 Climate Change Actions" by IDN Times.

IDN Times menjadikan Desember sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim. Program ini ditayangkan melalui Instagram @idntimes setiap hari Senin-Jumat Pukul 16.00 WIB, pada tanggal 1-30 Desember 2021.

Episode 8 menghadirkan Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) sekaligus penggiat lingkungan dan penggiat gerakan Hutan Indonesia Gita Syahrani. Kali ini, topik yang dibahas yaitu "Bagaimana Mewujudkan Lingkar Temu Kabupaten Lestari?".

Yuk simak cerita Gita bersama IDN Times.

1. Mencintai lingkungan sejak kecil

Cerita Gita Syahrani, Penggiat Lingkungan dan HutanKepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Gita Syahrani dalam live Instagram acara "101 Climate Change Actions" Jumat (10/12/2021) (Idn times)

Gita menceritakan kecintaannya terhadap lingkungan sudah dirasakan sejak kecil. Hal tersebut terus ia pupuk dan upayakan sampai saat ini.

"Memang dari kecil, secara sadar memang itu yang diperjuangkan dari kecil, kayak bagaimana caranya semua orang sayang sama binatang dan alam," kata dalam live Instagram bersama IDN Times, Jumat (10/12/2021).

Gita sempat berkuliah dengan jurusan hukum yang difokuskan pada hukum lingkungan dan hukum internasional.

Baca Juga: Nadine Chandrawinata: Segera Benahi 3 Aspek Ini untuk Perubahan Iklim

2. Bantu cegah krisis iklim dari sisi hukum transaksional

Cerita Gita Syahrani, Penggiat Lingkungan dan HutanKepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Gita Syahrani (Instagram.com/gsyahrani)

Saat bekerja di sebuah firma hukum, Gita menyadari hukum yang bersifat transaksional memiliki kemampuan mengembangkan lingkungan dan menanggulangi perubahan iklim secara global.

"Mulai ada perdagangan karbon dan ternyata banyak buyer (pembeli) karbon yang akhirnya jadi klien di law firm, dan kita jadi sadar ternyata seller (penjual) dari Indonesia jarang yang punya lawyer (pengacara), jadi rata-rata transaksinya dulu cukup gak adil," kata Gita.

"Tujuannya supaya minat dan representatif dari siapa pun pelaku yang berkontribusi untuk pencegahan krisis iklim di Indonesia itu dibantu dari sisi transaksional," lanjutnya.

Sebagai informasi, dikutip dari ppid.menlhk.go.id yang merupakan laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), perdagangan karbon dapat diartikan sebagai aktivitas jual beli karbon dari negara penghasil emisi karbon kepada negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang mampu menyerap emisi karbon tersebut untuk menangani pemanasan global.

3. Bergabung dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari

Cerita Gita Syahrani, Penggiat Lingkungan dan HutanKepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Gita Syahrani (Instagram.com/gsyahrani)

Setelah itu, Gita memantapkan diri untuk berkontribusi lebih dalam menjaga lingkungan di Indonesia. Ia bergabung bersama Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL),  asosiasi pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sebagai ketua sekretariat.

Gita membantu mengelola dan meningkatkan kabupaten-kabupaten yang sistematis berkelanjutan.

"Makanya saya juga jadi tertarik membantu, kita mau membantu mengimplementasikan target nasional," kata Gita.

"Jadi targetnya dalam sembilan tahun. Bisa punya resep untuk bisa bertransformasi menjadi Kabupaten yang Lestari, kemudian bisa direplikasi (ditiru) oleh seluruh Kabupaten di Indonesia," tambahnya.

Baca Juga: Persoalan Krisis Iklim Bukan Plastik, Tapi Perilaku Manusia! 

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya