Dituding Jadi Sarang Radikalisme, UNAIR Minta Informasi BNPT Lebih Detail

"Masalah yang menyangkut personal pribadi jangan diklaim ke instansi"

Surabaya, IDN Times - Universitas Airlangga (UNAIR) langsung menanggapi tudingan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme terkait radikalisme yang berkembang di perguruan tinggi. Rektor UNAIR, Prof. Mohammad Nasih membantah tudingan tersebut. Malahan pihaknya mengutuk dan melawan adanya terorisme dan radikalisme di lingkungan kampus.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menyebut ada tujuh perguruan tinggi yang sudah disusupi paham radikal. Kampus-kampus yang disebut antara lain, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (UNDIP), Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (UNAIR), serta Universitas Brawijaya (UB)

1. Rektor UNAIR meminta informasi lebih detail lagi ke BNPT

Dituding Jadi Sarang Radikalisme, UNAIR Minta Informasi BNPT Lebih DetailIDN Times/Ardiansyah Fajar

Meski mendapat tudingan, Nasih justru berterima kasih kepada BNPT. Menurutnya hal yang dipaparkan merupakan informasi sekaligus warning untuk UNAIR. Ia juga menyampaikan kalau siap menyambut terbuka jika BNPT mengajak diskusi terkait paham radikal di kampus. Karena menurutnya sampai sekarang misinya yakni sama untuk memberantas terorisme, brutal dan tidak berkemanusiaan.

"Kami akan lebih berterima kasih diberikan secara detail by name by address. Kami membutuhkannya agar bisa lebih fokus melakukan pembinaan. Kalau ada, itu siapa, apakah dosen, apakah karyawan, apakah mahasiswa. Sehingga kami bisa melakukan penanganan lebih efektif jadi tidak kecolongan," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (28/5).

2. Rektor jamin seluruh kegiatan kulikuler dan ekstra kulikuler di UNAIR tidak berbau radikal

Dituding Jadi Sarang Radikalisme, UNAIR Minta Informasi BNPT Lebih DetailIDN Times/Ardiansyah Fajar

Saat disinggung mengenai kegiatan akademik maupun ekstra di UNAIR, Nasih menegaskan kalau semuanya sudah dalam rancangan. Ia memaparkan seluruh kegiatan yang dilakukan bertujuan menambah soft skill mahasiswa, bukan terkait radikalisme maupun terorisme. "Kami kurang berkenan ada pengkaitan tindakan radikalsme dengan perguruan tinggi," katanya.

Lebih lanjut, Nasih juga mengungkapkan kalau di perguruan tinggi sistemnya terbuka. Mahasiswa hanya memiliki waktu 15 jam dalam satu minggu dan 3 jam dalam sehari. "Paling lama sehari 5 jam. Selebihnya mereka ada di mana kita tidak lagi mengawasi karena kita bukan model asrama 24 jam, tapi SKS. Masalah yang menyangkut personal pribadi jangan diklaim ke instansi," tegasnya.

Baca juga: BNPT: 155 Napiter Rutan Mako Brimob Belum Masuk Program Deradikalisasi

3. Rektor tegaskan eksakta dan kedokteran tidak punya waktu ikut paham radikal, kegiatan masjid juga dikontrol oleh takmir

Dituding Jadi Sarang Radikalisme, UNAIR Minta Informasi BNPT Lebih DetailIDN Times/Ardiansyah Fajar

Sementara terkait tudingan BNPT bahwa eksakta dan kedokteran memiliki peluang masuknya sel-sel Radikal, Nasih menilai peluang untuk itu justru sangat kecil. Ia menyebut peluang secara akademis lebih susah karena kuliahnya cenderung lebih padat. "Kedokteran tidak sempat memikirkan hal seperti itu (radikal) kuliahnya berat, kegiatanya padat, tugas banyak dan praktik juga di rumah sakit," katanya.

Sedangkan terkait masjid di UNAIR, Nasih membeberkan kalau sudah dibuat struktural. Artinya masjid sudah memiliki takmir. Masjid kita bentuk takmir baik di kampus B dan C sepenuhnya kendali kita untuk mengantisipasi tumbuhnya radikalisme di masjid. Kalau dari mahasiswa programnya selama setahun sudah diketahui bagian kemahasiswaan," pungkasnya.

 

Baca juga: Fadli Zon: Seharusnya yang Diperkuat BNPT bukan Tambah Institusi Baru

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya