Fajariyah dan Anggukan Terakhir Deni

Deni meregang nyawa saat menjalankan salat Isya

Lombok, IDN Times - Berkaca-kaca, berlinang air mata. Begitulah yang terpancar dari kedua bola mata Fajariyah (28) saat menceritakan tentang gempa dan anaknya. Kejadian gempa pada Minggu (5/8) sepertinya akan menjadi kenangan pahit baginya. Betapa tidak, sang anak sulung harus meregang nyawa dalam peristiwa tersebut. Ibu tiga anak ini pun mau menceritakan sedikit tentang tragedi tersebut kepada IDN Times.

1. Satu anak Fajariyah meninggal akibat gempa

Fajariyah dan Anggukan Terakhir DeniBNPB

Ditemui di posko pengungsian Lapangan Tanjung Lombok Utara Nusa Tenggara Barat, Rabu (8/8). Fajariyah yang siang itu memakai daster dengan kombinasi kerudung bewarna ungu terlihat menatap kosong kala IDN Times menghampirinya.

"Ya mas," ujarnya singkat menjawab sapaan IDN Times. Dia kemudian membuka percakapan dengan sebuah kalimat menyedihkan. "Anak saya meninggal kemarin," imbuhnya lalu tertunduk lesu. Sang anak, kata dia, bernama Deni Irawan. Ia berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Korban pamit mengaji saat kejadian

Fajariyah dan Anggukan Terakhir DeniIDN Times/Ardiansyah Fajar

Fajariyah mengatakan bahwa sore itu Deni pamit berangkat mengaji bersama adiknya Muhamad Roni (11). Tak disangka saat menjalankan salat Isya, gempa melanda. Seketika, masjid tempatnya beribadah pun runtuh.

"Roni bisa lari keluar, kondisinya tidak terluka. Tapi Deni kena runtuhan. Dia lari arah tembok pagar sebelah masjid yang dekat toko. Tapi malah kena (runtuhan dinding)," jelas Fajariyah dengan nada lirih.

3. Fajariyah sempat menggendong Deni ke tempat pengungsian

Fajariyah dan Anggukan Terakhir DeniANTARA FOTO/Zabur Karuru

Wanita yang merupakan warga Desa Sigar Penjalin Tanjung Lombok Utara ini pun sontak mencari kedua anaknya. Sebelumnya, dia juga berhasil mengamankan diri dari reruntuhan rumah bersama anak ketiganya. Dia kemudian memutuskan berjalan ke masjid dan menemukan Roni yang sedang menangis ketakutan. Ia hanya menunjuk ke arah masjid dan tak bisa menerangkan apapun.

Fajariyah memutuskan mendekat karena penasaran apa maksud anak keduanya itu. Dia memutuskan mendekat, dia langsung shock melihat Deni terkapar di bawah puing-puing bangunan.

"Darah di mana-mana. Kepala, kaki dan tangannya sebelah kanan sudah parah. Saya langsung mencoba menggendongnya dan membawa ke pinggiran," terangnya.

Tak banyak bicara, Fajariyah kala itu langsung membersihkan luka Deni yang kala itu masih tersadar. Dia pun menggendong Deni ke sepeda motor, kemudian dibawanya ke bukit tempatnya mengungsi. "Anak saya sudah tidak bisa bicara lagi, kondisinya parah sekali. Kita bingung. Kita ngungsi di bukit," terangnya.

Baca Juga: Demi Keponakan, Jais Relakan Tubuhnya Tertimpa Tembok

4. Deni memberikan anggukan terakhir

Fajariyah dan Anggukan Terakhir DeniIDN Times/Ardiansyah Fajar

"Sabar nak sabar...," begitulah pesan sang ibu kepada anaknya. Deni pun hanya mengangguk lemas. Selanjutnya, Fajariyah memberikan minum kepada sang putra mahkotanya, sambil berharap ada bala bantuan ambulans segera datang mengevakuasi. Sayangnya, ketika Deni mulai mendapat penanganan dari dokter dan dipindah ke salah satu madrasah, nafas terakhirnya berembus. 

Fajariyah kini hanya meratapi dan mengenang anak tercintanya. Sementara saat ditanya kabar Roni, dia menjawab masih trauma berat. "Dia masih nangis terus. Dia cari kakaknya," pungkasnya sembari mengelap air matanya yang tampak mengintip di sela kelopak.

Baca Juga: Gempa Lombok, Ada 4 Versi Jumlah Korban

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya