Wajah Gusar Kapolda di Tengah Istighosah

Istighosah berlangsung saat bom meledak

13 Mei 2018 lima bom mengguncang Surabaya dan Sidoarjo. Ada 28 orang meregang nyawa, puluhan terluka. Melalui pengakuan saksi dan korban, kami mencoba menceritakannya kembali. Penuturan mereka menunjukkan bahwa apapun dalihnya, terorisme adalah kejahatan kemanusiaan dan tak selayaknya mendapat tempat di muka bumi.

Surabaya, IDN Times - Alunan doa-doa terdengar mulai bersahutan dari lapangan Markas Polda Jawa Timur Minggu, 13 Mei 2018 pagi. Suaranya beradu dengan riuh kendaraan yang lalu lalang di Jalan Ahmad Yani, Surabaya. Pagi itu, Mapolda memang sedang menggelar Istighosah akbar demi kelancaran Pilkada. Tak ada yang aneh, alam terlihat merestui acara itu. Awan bersahabat, tak ada mendung yang menggantung.

Sementara, kesibukan sudah terasa sejak pagi. Anggota kepolisian hilir mudik menertibkan kendaraan yang sedang kebingungan karena jalan protokol itu ditutup separuh. Sisi Barat Jalan Ahmad Yani, Surabaya, memang sejak pagi  ditutup dari arah Mal City of Tommorow (CITO) hingga Royal Plaza.

Sementara para personil berjaga, satu per satu rombongan peserta yang memakai pakaian serba putih turun dari bus dan angkutan. Mereka berjalan berirama, beberapa menirukan lafaz yang terdengar dari luar halaman Mapolda. Polisi pun menginstruksikan rombongan untuk masuk melalui satu pintu, yaitu sisi utara.

Baca Juga: Cara Polda Jatim Cegah Terorisme Pasca Bom Surabaya

1. Soekarwo hingga Pangdam hadir dalam acara tersebut

Wajah Gusar Kapolda di Tengah IstighosahIstighosah Mapolda Jatim, sesaat sebelum bom meledak.Instagram.com/humaspoldajatim

Ribuan jemaah sudah bersiap. Ada yang duduk bersimpuh, banyak juga yang bersila. Di panggung Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Jatim dan para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) tengah bersiap memulai acara. Mereka akan bersama-sama dengan para jemaah memanjaatkan doa agar Jatim yang akan menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 berlangsung damai.

Tak hanya jajaran polisi Polda Jatim, istighosah ini juga dihadiri oleh Gubernur Jatim, Soekarwo, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Arif Rahman dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Jatim beserta 10 ulama ternama.

Wajah Gusar Kapolda di Tengah IstighosahInstagram.com/santrinasionalis

Para ulama besar yang hadir antara lain, KH Maemun Zubair (Rembang, Jateng), Maulana Habib Lutfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan, Jateng), KH Miftakhul Akhyar (Surabaya), KH

Nurul Huda Jazuli (Ploso Kediri), KH Anwar Manyur (Lirboyo Kediri), KH Agoes Ali Masyhuri (Sidoarjo), KH Nawawi Abdul Djalil (Pasuruan), KH Moh Hasan Mutawakil Alallah (Probolinggo), KH Cholil Asad Syamsul Arifin (Situbondo), dan RKH Fakhrillah Aschal (Bangkalan).

2. Polisi curigai seorang pria berjaket hitam

Wajah Gusar Kapolda di Tengah IstighosahDok. IDN Times/Istimewa

Di antara ribuan jemaah yang berangsur masuk ke halaman Mapolda Jatim, polisi menaruh perhatian khusus terhadap seorang pria. Sang pria berjaket dan topi hitam, lengkap dengan tas kecil yang terselempang di pundak.

Ia nampak duduk di trotoar depan Mapolda sambil sesekali celingukan mengamati situasi. Karena mencurigakan, ia tak diizinkan masuk lapangan Mapolda. Belakangan, polisi menyebut ia adalah pelaku bom bunuh diri Mapolrestabes Surabaya sehari setelahnya.

"Dia (Tri Murtiono) nongkrong di sini duduk di pinggir jalan, Frontage Road Ahmad Yani sekitar Kampus Universitas Bhayangkara. Lalu difoto anggota karena mencurigakan," ujar Direktur. Intelkam Polda Jatim, Kombes Pol Teddy Setiadi saat ditemui di ruang Kapolda Jatim, Senin 21 Mei 2018. 

3. Dari panggung, tiba-tiba kapolda terlihat gusar

Wajah Gusar Kapolda di Tengah IstighosahIDN Times/Reza Iqbal

Sementara, acara Istighosah akbar sendiri terus berjalan. Rapalan doa-doa yang dipimpin oleh para kiai terus dilantunkan. Kecuali insiden dilarangnya Tri Murtiono masuk, semua acara berjalan tanpa kendala.

“Ya memang awalnya itu lancar, saya meliput seperti biasa,” ujar jurnalis Antara Jatim, Willy Irawan yang kala itu melakukan peliputan.

Tapi tak berlangsung lama, sekitar pukul 06.30 WIB, raut gelisah terpancar dari Kepala Polda (Kapolda) Jatim Irjen Pol Machfud Arifin dari atas panggung.

4. Batalkan ramah tamah, kapolda langsung menuju ke lokasi

Wajah Gusar Kapolda di Tengah IstighosahMENGEPUL. Asap tampak mengepul seusai ledakan bom terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Minggu 13 Mei 2018. Foto oleh Andy Pinaria/Pemkot Surabaya/AFP

Wajar jika Machfud begitu gusar. Kabar yang baru saja ia dengar begitu menggemparkan. Sebuah bom meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Ngagel, Surabaya. Belum juga kekhawatiran itu hilang, dua bom juga dikabarkan meledak di dua gereja lain.  Meski begitu, ia tetap menyelesaikan istighosah.

Usai acara, Machfud yang sedianya beramah tamah dengan para kiai, segera meluncur ke tempat kejadian. Dia juga langsung menginformasikan kepada Pangdam V Brawijaya, Mayjend TNI Arif Rachman dan Gubernur Jatim, Soekarwo. 

Tak lama kemudian, pukul 07.15 WIB, informasi ledakan kedua di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro diterima olehnya. Menyusul ledakan ketiga pukul 07.53 WIB di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno. “Setelah tahu ada ledakan pertama, anak-anak (awak media) tidak menunggu waktu lama, kami langsung ke TKP,” ujar Willy.

Wajah Gusar Kapolda di Tengah IstighosahIDN Times/Deby Amaliasari
https://www.youtube.com/embed/ZpQRvMCoOyM

Baca Juga: Bom Surabaya, Aksi Terorisme yang Sia-sia

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya