Pendidikan, Alasan Risma Jatuhkan Pilihan pada Gus Ipul-Puti
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times -Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menghadiri deklarasi ”Kabeh Seduluran” dan sahur bersama warga Muteran RW 8, Surabaya, Selasa (12/6). Risma mengungkapkan alasannya mendukung Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno ke warga Surabaya. Risma bulat mendukung kandidat nomor urut 2 tersebut demi membahagiakan warga, karena hanya Gus Ipul dan Puti yang dinilai berkomitmen menjamin pendidikan gratis SMA/SMK.
1. Gus Ipul-Puti dianggap punya komitmen masalah SMA/SMK
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjelaskan, pengelolaan SMA/SMK saat ini dalam kendali pemerintah provinsi, tidak lagi di bawah pemerintah kabupaten/kota. Seiring dengan pengelolaan oleh provinsi itu, SMA/SMK pun kembali berbayar. Padahal, bertahun-tahun warga Surabaya menikmati pendidikan gratis.
”Banyak yang mengeluh, Bu Risma ini kok SMA/SMK nggak lagi gratis. Alhamdulillah, sudah ketemu Gus Ipul dan Mbak Puti, mereka berdua sudah tanda tangan kontrak menggratiskan kembali SMA/SMK. Nanti bisa kerja sama dengan Pemkot Surabaya untuk pembiayaannya. Gus Ipul, Mbak Puti, dan saya kerja bareng demi kebahagiaan warga Surabaya. Jadi intinya, rek, kalau ingin SMA/SMK gratis lagi ya pilihan paling pas cuma Gus Ipul-Mbak Puti,” ujar Risma.
2. Komitmen pemimpin harus mengutamakan rakyat
Risma juga menyampaikan pentingnya komitmen dalam jiwa seorang pemimpin. Komitmen berarti senantiasa menepati janji dan menempatkan rakyat di atas kepentingan pribadi. "Satu periode saja, saya belum bisa mengerjakan semuanya, makanya sekarang saya kejar di periode kedua di Surabaya. Semoga sebelum waktu saya habis, bisa selesai dan warga bisa makmur," kata Risma.
3. Risma imbau pilih pemimpin yang punya komitmen tinggi
Selain itu, Risma mengingatkan warga pada 27 Juni untuk cerdas dalam menentukan pilihan. Ia mengimbau untuk tidak ragu memilih pemimpin berkomitmen. "Kita butuh pemimpin yang komitmen, di situ pemimpin yang mau belajar. Kalau pemimpin yang mekedel (bergaya saja) susah," ujarnya.