PKB-PDIP, Partai Besar yang Kalah Hatrick di Pilkada Jatim
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah selalu menjadi pembuktian bagi partai besar. Namun, Jawa Timur nampaknya kurang ramah bagi dua partai besar, PDIP dan PKB. Mereka tercatat tiga kali gagal dalam palagan Pilkada Jatim. Terbaru, paslon yang mereka Gus Ipul-Puti yang diusungnya harus dipaksa bertekuk lutut melawan Khofifah-Emil versi quick count.
Direktur Surabaya Survey Center, Mochtar W. Oetomo menilai kemenangan Khofifah-Emil versi quick count sudah bisa diprediksi jauh-jauh hari. Ia yang berpatokan pada Surabaya Survei Center (SSC) sebelum hari pencoblosan mengeluarkan rilis kalau paslon 1 unggul. "Itu selisihnya 5-8 persen sudah bisa diprediksi," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Kamis (28/6).
1. PKB dan PDIP kurang tepat pilih figur paslon
Perihal kegagalan PKB dan PDIP di Pilkada Jatim untuk ketiga kalinya, Mochtar melihat kalau dua partai besar ini salah mengambil langkah. Ia menyampaikan kalau Pilkada adalah petarungan figur atau tokoh. "Nah, PKB maupun PDIP kurang tepat memilih paslon. Terlebih untuk tahun ini, Puti dianggap tidak bisa menyaingi Emil. Karena suara Khofifah dan Gus Ipul sudah mentok," katanya.
2. PKB dan PDIP terjebak kejayaan masa lalu
Lebih lanjut, Mochtar menilai bahwa PDIP dan PKB selalu merasa partainya besar di Jatim. Maka dari itu pemilihan tokoh yang diusungnya di kontestasi Pilkada Jatim selalu kurang tepat. "Mereka sedikit menyisihkan ketokohan ini, PKB dan PDIP terjebak dalam romantisme merasa partai besar," bebernya.
3. PKB dan PDIP gagal mengikat tokoh penting Jatim
Faktor lainnya, Mochtar menambahkan kalau partai berlambang banteng dan bumi bintang ini di Pilkada Jatim gagal dalam mengikat tokoh. Pada Pilkada 2008 baik PKB maupun PDIP gagal mengikat Imam Utomo. "Sedangkan di tahun ini, mereka kembali gagal mengikat tokoh penting Soekarwo. Sampai dia mengusung paslon lain," pungkasnya.