Hasil Investigasi KNKT, 9 Faktor Ini Sebabkan Jatuhnya Lion Air PK-LQ

Salah satunya karena desain MCAS

Jakarta, IDN Times - Hasil investigasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQ, di Tanjung Pakir perairan Karawang, Jawa Barat, pada Oktober 2018, telah memasuki babak akhir. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), merilis ada sembilan faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat.

"Hal ini diakibatkan oleh situasi-kondisi yang sulit dan kemampuan mengendalikan pesawat, pelaksanaan prosedur non-normal, dan komunikasi antar pilot, berdampak pada ketidakefektifan koordinasi antar-pilot dan pengelolaan beban kerja," kata Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, di Jakarta, Jumat (25/10).

Berikut sembilan faktor penyebab kecelakaan Lion Air PK-LQ:

1. Asumsi terkait reaksi pilot yang dibuat pada saat proses desain dan sertifikasi pesawat Boeing 737-8 (MAX), meskipun sesuai dengan referensi yang ada ternyata tidak tepat.

2. Mengacu asumsi yang telah dibuat atas reaksi pilot dan kurang lengkapnya kajian terkait efek-efek yang dapat terjadi di cockpit, sensor tunggal yang diandalkan untuk MCAS dianggap cukup dan memenuhi ketentuan sertifikasi.

3. Desain MCAS yang mengandalkan satu sensor rentan terhadap kesalahan.

4. Pilot mengalami kesulitan melakukan respons yang tepat terhadap pergerakan MCAS yang tidak seharusnya karena tidak ada petunjuk dalam buku panduan dan pelatihan.

5. Indikator AOA DISAGREE tidak tersedia di pesawat Boeing 737-8 (MAX) PK-LQP, berakibat informasi ini tidak muncul pada saat penerbangan dengan penunjukan sudut AOA yang berbeda antara kiri dan kanan, sehingga perbedaan ini tidak dapat dicatatkan oleh pilot dan teknisi tidak dapat mengidentifikasi kerusakan AOA sensor.

6. AOA sensor pengganti mengalami kesalahan kalibrasi yang tidak terdeteksi pada saat perbaikan sebelumnya.

7. Investigasi tidak dapat menentukan pengujian AOA sensor setelah terpasang pada pesawat yang mengalami kecelakaan dilakukan dengan benar, sehingga kesalahan kalibrasi tidak terdeteksi.

8. Informasi mengenai stick shaker dan penggunaan prosedur non-normal Runaway Stabilizer pada penerbangan sebelumnya tidak tercatat pada buku catatan penerbangan dan perawatan pesawat mengakibatkan baik pilot maupun teknisi tidak dapat mengambil tindakan yang tepat.

9. Beberapa peringatan, berulangnya aktifasi MCAS dan padatnya komunikasi dengan ATC tidak terkelola dengan efektif.

Baca Juga: Menuju Babak Akhir Tragedi Jatuhnya Lion Air JT610

Topik:

  • Rochmanudin
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya