Bupati Biak Numfor: Mau Belajar Toleransi, Belajarlah di Papua
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap mengatakan, seluruh anak-anak Papua yang pernah merantau di seluruh Indonesia, pasti pernah mengalami tindakan rasisme. Namun mereka semua dinilai bisa menanggapinya dengan baik, hingga masalah juga terselesaikan dengan baik.
"Saya selalu katakan bahwa mau belajar tentang toleransi keberagaman maupun kebhinekaan, belajarlah di Papua, dan Papua lah Indonesia mini itu,'' kata Herry dalam webinar Kompas TV bertajuk Papua Dalam Keberagaman Indonesia, Senin (16/5) malam.
1. Menolak rasisme tapi tidak dengan cara anarkis
Herry menjelaskan, ketika terjadi peristiwa rasisme di Surabaya, Jawa Timur, pada 2019, persoalan rasisme itu menjadi persoalan global di seluruh masyarakat. Sehingga, ketika masalah itu muncul, ada kelompok masyarakat yang tampil untuk menyuarakan aspirasi mereka.
"Kami tidak setuju, kami menolak rasisme, tetapi tidak dengan cara-cara yang anarkis. Begitu pula dengan beberapa mahasiswa di Makassar, Manado, Jogja, dan di Jawa lainnya. Saya menjunjungi mereka dan memberikan pemahaman bahwa ya kita menolak rasisme, tapi kita menyikapinya lebih positif dan lebih elegan," kata dia.
2. Bangsa Indonesia akan utuh ketika Papua dilihat sebagai bagian dari NKRI
Herry mengatakan, dalam menyikapi rasisme, dia juga berdialog dengan gubernur, Kapolri hingga Panglima TNI. Menurut dia, bangsa Indonesia akan tetap menjadi bangsa yang utuh ketika Papua tetap dilihat sebagai bagian dari NKRI.
Editor’s picks
"Ketika ada stigma dan diskriminasi yang dilakukan, pasti orang Papua merasa bukan bagian dari NKRI," kata dia.
Menurut Harry, Indonesia harus mempunyai konsep yang lebih besar, di mana bukan hanya meng-Indonesiakan Papua, melainkan juga Kalimantan, Sumatera, hingga Jawa.
"Supaya, mereka juga merasa inilah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Harus dalam skala besar, di mana pemerintah pusat harus melihat ini. Sehingga orang Papua terus merasakan bagian dari NKRI dan tidak merasakan didiskriminasikan dengan sikap tindakan maupun tutur kata," kata dia.
3. Belajar tentang keberagaman dan toleransi di Papua
Herry mengatakan, mengacu pada apa yang disampaikan Presiden pertama RI Sukarno, Indonesia bukanlah milik kelompok manapun, agama, etnis atau kelompok dengan adat tradisi apapun.
"Dari Sabang sampai Merauke. Artinya, harus saling menghargai, toleransi kita ini harus diwujudkan," ucap dia.
Menurut Herry, jika ingin belajar tentang keberagaman dan toleransi, Papua lah tempatnya. Sebab, orang Papua tidak pernah menolak orang Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan sebagainya.
"Yang kedua, di Papua itu menghargai seluruh agama yang diakui NKRI, mau bangun masjid, vihara, kami tetap menghargai," tutur dia.