Dubes RI Ungkap Rahasia Italia Terapkan New Normal di Tengah Pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Duta Besar (Dubes) RI untuk Italia, Esti Andayani mengatakan, Italia sudah memasuki fase new normal atau normal baru sejak 3 Juni 2020 lalu. Di mana yang pertama kali dibuka adalah Toko Buku dan Museum.
"Tanggal 3 Juni betul-betul dibuka secara bertahap yang disebut tahap ketiga. Karena di dalam prosesnya dari tanggal 18 Mei sampai 3 Juni, kurva terus melandai dan menurun," kata Esti dalam webinar Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal) yang digelar Gerakan Alumni UI For NKRI, Rabu (17/6).
1. Masyarakat belum boleh pergi ke kota-kota lainnya
Karena kurva COVID-19 terus menurun, Pemerintah Italia membuka sektor-sektor kehidupan lainnya seperti bioskop dan teater secara bertahap. Masyarakat juga sudah boleh mengunjungi taman-taman yang sudah kembali dibuka. Meski begitu, masyarakat masih belum boleh mengunjungi kota lainnya.
"Misalnya dari Roma ke Milan itu belum boleh. Dari Roma ke kota-kota lain tidak bisa maupun ke region-nya, jadi kayak provinsinya ya. Jadi, tergantung dia di mana, dia hanya boleh di wilayah itu, boleh saling berkunjung, tapi tidak boleh berkumpul lebih dari 15 orang," kata Esti.
Baca Juga: Hampir 2 Bulan Lockdown Nasional, Begini Situasi di Italia Sekarang
2. Beberapa negara sudah bebas mengunjungi Italia
Selain itu, beberapa warga negara asing dari sejumlah negara sudah diizinkan untuk ke Italia. Di antaranya Inggris, Andora, Monaco, San Marino, Vatican City, Islandia, Norwegia dan Swiss.
"Sudah dibuka bebas, dalam artian bebas adalah tidak perlu lagi jika datang ke Italia karantina 14 hari. Karena sebelumnya, masih harus 14 hari dan ini masih belum dibuka seluruh dunia. Masih baru (negara) di Eropa saja yang bisa dengan protokol itu,'' katanya.
Namun, mereka semua harus mematuhi ketentuan protokol kesehatan yang sangat ketat. Di antaranya harus memakai masker, jarak antara satu orang dengan yang lain maksimal 2 meter dan sebagainya.
"Beberapa tempat wisata sudah dibuka, tapi hanya berlaku untuk orang-orang Eropa termasuk Amerika. Karena memang mereka (pemerintah Italia) menganggap Amerika cukup besar turisnya," jelasnya.
3. Protokol kesehatan di tempat wisata, wisatawan diberi gelang getar
Editor’s picks
Untuk tempat wisata yang kembali dibuka, Italia juga menerapkan sejumlah protokol kesehatan. Di mana semua pengunjung harus melakukan online booking.
"Karena, ada pengaturan kunjungan khusus untuk satu ruangan. Misalnya ke Colosseum, dengan luas yang seperti itu tidak boleh lebih dari 200 orang masuk. Dan itu tentunya ada waktunya. Makanya, dengan online booking maka akan terlihat jarak pengaturannya masuknya kapan, berapa orang lagi boleh masuk, dan seterusnya," jelas Esti.
Tak hanya itu, teknologi jaga jarak juga digunakan. Contohnya, di Duomo, Milan dan Florence, para wisatawan akan diberikan gelang getar.
"Ketika gelang bergetar, dia akan sadar bahwa dia terlalu dekat dengan orang-orang di sekitarnya. Dia harus membuat jarak dengan orang-orang di sekitarnya," katanya.
Esti mengatakan, secara umum, kehidupan sosial dan ekonomi di Italia sudah mulai bergerak kembali. Namun, kehidupan saat ini menurutnya memang tidaklah mudah.
"Saya percaya, setiap pemerintah di berbagai negara tentunya di Indonesia sudah mengeluarkan kebijakan untuk menangani ini. Dan tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi dan kultur masyarakatnya. Karena tidak ada aturan berlaku yang fix untuk semua," kata Esti.
4. Setiap ruang publik di Italia menyiapkan masker dan sarung tangan
Esti menuturkan, saking ketatnya protokol kesehatan di Italia, di setiap ruang publik disediakan masker dan sarung tangan.Pengaturan jarak fisik sosialnya pun jelas. Sebelum masuk ke toko atau restoran, ada semacam tanda di mana pengunjung harus berdiri dan mengantre.
"Jadi, meskipun misalnya saya pergi berdua saya tidak bisa mengantrenya dekat dengan kolega saya, seperti itu. Kemudian, kalau di restoran di kafe dan sebagainya, itu juga ada jarak atau ada yang memakai shield," katanya.
New normal juga membuat kebiasaan masyarakat Italia berubah. Mereka yang awalnya senang berkumpul jika bertemu, selalu berpelukan, cium pipi kiri dan cium pipi kanan, kini tak bisa dilakukan.
"Ini perubahan baru yang luar biasa yang sebetulnya bagi orang Italia awalnya tuh berat banget. Banyak yang dihukum, banyak yang kena seperti kena tilang oleh polisi. Tapi sekarang, orang sudah mulai sadar ketika saudara-saudaranya, keluarganya terutama neneknya atau kakeknya meninggal (karena COVID-19)," ucapnya.
5. Kasus kematian karena COVID-19 terus menurun
Dalam kesempatan itu, Esti memaparkan kasus COVID-19 di Italia. Per Selasa (16/6), tercatat 237.500 kasus, sebanyak 24.569 di antaranya adalah kasus positif, 178.526 orang pulih dan 34.405 orang meninggal. Selain itu, 4.695.707 orang di Italia sudah menjalani PCR test. Meski begitu, kasus kematian karena COVID-19 di Italia semakin menurun.
"Yang meninggal biasanya per hari itu antara 500-700. Sekarang, bisa dibawah 100 yang meninggal per hari. Sementara yang sembuh, tetap di atas 1.000 kalau melihat kasusnya yang begitu besar. Jadi sudah ada daerah-daerah yang hijau, tapi masih tetap di Utara beberapa masih zona merah," katanya.
Baca Juga: Italia Buka Kembali Penerbangan ke Luar Negeri Mulai 3 Juni