Eijkman: Dana Pemerintah untuk Bikin Vaksin COVID-19 Sangat Sedikit

Pemerintah suntikkan dana Rp5 miliar untuk penelitian

Jakarta, IDN Times - Lembaga Biomolekuler Eijkman memulai riset pembuatan vaksin COVID-19 untuk Indonesia. Proses penelitian di laboratorium ditargetkan selama satu tahun.

Namun, menurut Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bidang Penelitian Fundamental, Herawati Sudoyo, dana yang diberikan dari Pemerintah tergolong kurang. Hal itu diungkapkan dia dalam Talk Show virtual, Media Lab Dewan Pers dengan topik Reportase di Masa Pandemik virus corona.

"Anggaran dari Kementerian Riset dan Teknologi kan tahu sendiri jumlahnya itu less than one percent dari Dikti. Jadi, bagaimana kita bisa menghasilkan sesuatu yang bermakna kalau misalnya memang dananya itu tadi ditukarkan seperti keran yang hampir mati," ujarnya, Jumat (8/5).

1. Harus belajar dari luar negeri untuk mengetahui dana pembuatan vaksin

Eijkman: Dana Pemerintah untuk Bikin Vaksin COVID-19 Sangat Sedikitwww.biospectrumasia.com

Namun, menurut Herawati, suatu lembaga penelitian yang mumpuni, tidak boleh sama sekali. Separuh dari dana yang digunakan Eijkman untuk meneliti vaksin COVID-19 berasal dari beberapa pihak hingga donatur.

"Dana untuk vaksin pokoknya itu sangat-sangat sedikit, yang sampai kita semua juga bingung," jelasnya.

"Kalau memang ingin kita punya vaksin, bandingannya adalah bagaimana vaksin itu dibuat di luar negeri dan berapa biaya mereka? Baru di situ kita bisa bersaing secara fair," sambungnya.

Baca Juga: Berapa Lama Sebuah Vaksin Dapat Ditemukan? Ini Penjelasan Biofarma

2. Dibutuhkan dana Rp10 miliar untuk membuat vaksin COVID-19

Eijkman: Dana Pemerintah untuk Bikin Vaksin COVID-19 Sangat SedikitKepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Kepala Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan, pembuatan vaksin COVID-19 membutuhkan dana yang sangat besar. Bahkan, dana yang dibutuhkan bisa mencapai Rp10 miliar.

"Kalau yang ditugaskan kepada Eijkman untuk membuat vaksin harus diselesaikan dalam waktu 12 bulan mungkin kalau total anggarannya antara Rp5 miliar sampai Rp10 miliar," katanya saat dihubungi IDN Times, Selasa (5/5).

Amin menambahkan anggaran tersebut termasuk uji klinis yang memakan waktu lebih lama, bahkan lebih dari satu tahun.

"Uji klinis lama harus skala kecil maupun skala besar, tunggu respons-nya beberapa minggu, berapa bulan jadi tidak tidak bisa dipercepat, ya paling itu bisa dipercepat jumlahnya tidak terlalu banyak," ucapnya.

Bahkan Amin mengatakan jika mengikuti prosedur penelitian secara normal membutuhkan waktu 3 sampai 5 tahun sampai akhirnya bisa diaplikasikan ke manusia.

"Kalau prosedur normal, uji klinis itu bisa mencapai 3 sampai 5 tahun karena melibatkan ribuan orang," imbuhnya.

3. Pemerintah suntikkan dana Rp5 miliar untuk penelitian

Eijkman: Dana Pemerintah untuk Bikin Vaksin COVID-19 Sangat Sedikitwww.xinhuanet.com

Saat ini pemerintah sudah mengucurkan dana sebesar Rp5 miliar untuk penelitian tahap I pembuatan vaksin COVID-19.

Pada tahap awal, Eijkman telah memberikan data terkait genom hasil penelitian kepada Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). Dikatakan ini menjadi awal mula menemukan terobosan vaksin COVID-19 ini.

Eijkman Institute telah berhasil memetakan sekuen asamnya. Ini menjadi langkah awal pembuatan antivirus COVID-19 untuk di Indonesia.

Menggunakan alat Next-Generation Sequencing (NGS) di Pusat Genom Nasional LBM Eijkman, setidaknya tim LBM Eijkman berhasil memetakan genom tiga isolat virus yang berasal dari tiga pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia.

4. Eijkman melaporkan 3 hasil whole F genome sequences virus corona

Eijkman: Dana Pemerintah untuk Bikin Vaksin COVID-19 Sangat SedikitIlustrasi virus corona. pixabay.com/blendertimer

Amin memaparkan rangkaian genom tersebut bisa menunjukkan identitas asal virus corona apakah dari Amerika, Eropa, atau dari daerah lain.

Eijkman melaporkan 3 hasil Whole F genome sequences virus corona yang sudah diisolasi dari pasien berbeda kepada satu lembaga internasional GISAD.

"Hasilnya belum keluar karena ini membutuhkan waktu beberapa hari untuk bisa mengidentifikasi," ujarnya.

Baca Juga: Uni Eropa Tegaskan Harga Vaksin COVID-19 Harus Terjangkau

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya