Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media Sosial

EY gunakan teknologi Wi-Fi untuk mengaktifkan bom

Jakarta, IDN Times - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo, mengatakan bahwa pimpinan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi berinisial EY (27), belajar merakit bom dari media sosial (medsos). Atas hal itu, pihak kepolisian kata Dedi telah men-take down situs dan akun yang dijadikan EY sebagai bahan pembelajaran untuk merakit bom.

"EY basisnya punya kemampuan elektronik dan mereparasi gawai. Dia juga belajar dari media sosial," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat(10/5).

1. Polisi take down 1.600 situs yang mengandung konten terorisme

Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media SosialIDN Times/Axel Jo Harianja

EY, dijelaskan Dedi, mempelajari cara merakit bom dari informasi yang ada di Twitter dan YouTube. Terkait hal itu, Direktorat Siber Bareskrim Polri pun telah melacak akun-akun itu dan men-take down akun yang berisi konten terorisme.

"Kepolisian sudah kurang lebih men-take down 1.600 konten dan video yang terkait terorisme," jelas Dedi.

Direktorat Siber Bareskrim Polri pun telah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN). Mereka akan melakukan patroli siber terkait akun-akun yang berisi konten terorisme.

"Apabila ada hal yang mencurigakan terkait terorisme dan pembuatan bahan, peledak, langsung diblokir," sambung Dedi.

2. EY gunakan teknologi Wi-Fi untuk mengaktifkan bom

Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media Sosialilustrasi (Pixabay/Clker-Free-Vector-Images )

Selain itu, untuk mengaktifkan bom yang telah dirakitnya, EY disebut memanfaatkan teknologi dalam menjalankan aksi terornya tersebut.

"Selain menggunakan (bahan) kimia, rangkaian switching juga telah dibuat kalau ada demo massa besar di KPU," kata Dedi.

EY juga telah memprediksi bakal ada penghilangan sinyal (jammer) gawai di saat terjadinya aksi massa. Untuk mengatasi hilangnya sinyal tersebut, EY dijelaskan Dedi menggunakan router untuk mengalirkan sinyal Wi-Fi. Tak hanya itu, EY juga telah menyiapkan booster sinyal Wi-Fi agar dapat meledakkan bom dengan radius yang lebih luas.

"Adanya booster bisa menjangkau radius dari 200 meter, 500 meter, hingga 1 kilometer. Nanti meledakannya pakai sinyal Wi-Fi," ungkap Dedi.

Lebih lanjut, Dedi mengatakan bahwa Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Polri masih melakukan pengejaran tehadap anggota teroris yang tergabung dalam kelompok JAD Bekasi.

"Hari ini ada upaya paksa penangkapan terhadap dugaan pelaku terorisme dan melakukan pengejaran JAD Bekasi," kata Dedi.

Pengejaran itu, kata Dedi, dalam rangka memitigasi rencana aksi terorisme saat pengumuman hasil perhitungan suara pemilihan umum(Pemilu) 2019 pada 22 Mei mendatang.

"Densus 88 berusaha semaksimal mungkin menangkap seluruh anggota JAD Bekasi sebelum 22 Mei. Diharapkan dengan upaya yang dilakukan selama ini, tidak ada aksi terorisme," jelas Dedi.

Baca Juga: Bom di Tempat Pemimpin Teroris JAD Bekasi Disebut Mother Of Satan

3. Bom yang dirakit EY disebut Mother of Satan

Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media SosialIDN Times/Dok.Istimewa

Densus 88 pada Rabu (8/5) lalu menangkap dua terduga teroris yang tergabung dalam Kelompok JAD Bekasi, berinisial EY (27) dan YM alias Kautsar (18).

EY ditangkap pada pukul 13.48 WIB di SPBU Pertamina, Jalan Raya Kalimalang, Duren Sawit, Jakarta timur. Sedangkan YM alias Kautsar ditangkap pada pukul 20.33 WIB, di sebuah rumah kontrakan kelurahan Bojong Rawa Lumbu, Kota bekasi.

Dedi mengatakan, dari penangkapan EY, Densus 88 berhasil menyita sejumlah barang bukti seperti dua bom pipa (high explosive) yang sudah jadi serta sejumlah barang bukti lainnya yang biasa digunakan untuk merakit bom.

"Ini (bom pipa) lebih dikenal sebagai Mother of Satan, yakni bom setan yang high explosive," jelas Dedi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/5) kemarin.

Selain itu, polisi kata Dedi turut menyita sejumlah barang bukti lainnya seperti bahan untuk merakit bom yaitu TATP (triaceton triperoxide). Dedi mengatakan, hanya orang yang memiliki keahlian tertentu saja yang dapat merakit bom yang memiliki sifat high explosive tersebut.

"TATP ini bukan merupakan suatu senyawa tunggal, hanya orang-orang yang memiliki keahlian tertentu yang bisa mencampur dari beberapa senyawa kimia untuk menjadi suatu bahan bom yang sifatnya high explosive," ungkapnya.

4. EY menjadi penyandang dana aksi terorisme

Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media SosialIlustrasi Terorisme / IDN Times (Sukma Shakti)

Dedi mengungkapkan, EY memiliki peran yang vital dalam menjalankan aksi terorismenya. Salah satunya, sebagai penyandang dana. Lalu, dari mana asal dana yang dimiliki EY tersebut?

EY, kata Dedi, memperoleh dananya tersebut, dari hasil usahanya yaitu toko reparasi ponsel. Dari pemasukannya setiap hari, lanjut Dedi, EY sudah bisa membiayai kelompok-kelompok teroris yang terjaring dengan dirinya.

"Contohnya jaringan JAD Lampung. JAD Lampung itu pembiayaan bahan peledak itu dari EY. Selain melatih merakit, EY juga mendanai kelompok SL (pimpinan JAD Lampung) untuk membeli dan mencoba, mempraktekkan merakit bom," ujar Dedi.

"Dan mereka berhasil merakit tiga bom. Satu bom meledak dan dua bom berhasil diamankan. Kualitas bom yang paling bagus ya, yang dibuat EY ini makanya disebut Mother of Satan," sambung Dedi.

Selain itu, kata Dedi, EY merupakan pimpinan atau amir kelompok JAD Bekasi.

"EY adalah seorang amir JAD Bekasi. Dia menggantikan amir yg sudah ditangkap beberapa tahun lalu oleh Densus 88 ketika terjadi peristiwa kasus bom yang ada di Thamrin," jelas Dedi.

5. EY juga mengajarkan cara merakit bom

Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media SosialIlustrasi Terorisme. (IDN Times/Sukma Shakti)

Tak hanya itu, EY, kata Dedi, juga mengajarkan SL dan tersangka lainnya yang ditangkap pada Minggu (5/5) lalu yakni S (Samuel) dan T untuk merakit bom.

''Bom-bom yang dirakit berbeda dengan di (ledakan bom teroris) Sibolga, itu high explosive. Dia sebagai mentor juga. Dia juga merekrut anak-anak muda untuk bergabung di dalam kelompok JAD Bekasi," kata Dedi.

Dedi melanjutkan, dari kemampuan yang dimiliki EY, dia berhasil merekrut anak muda berinisial YM alias Kautsar, yang masih berusia 18 tahun untuk bergabung dalam kelompok teroris tersebut.

"Dia (YM) lulusan SMA Negeri di Bekasi tahun 2018, dia baru lulus tahun kemarin, dan anak ini punya prestasi di bidang olahraga khususnya karate yang sudah mencapai tingkat nasional di Bali dan Kalimantan Selatan. Ini pengakuan dari orang tuanya. Ini kita buktikan dengan sertifikat dan medali-medali kejuaraan karate yang sudah diikuti oleh terduga (YM) ini," jelas Dedi.

Melihat hal itu, Polri sangat menyayangkan karena anak-anak muda saat ini mudah terpapar dengan paham radikalisme. Tak hanya itu, YM kata Dedi juga dilatih oleh EY untuk merakit bom. Kemampuan YM dalam merakit bom juga setara dengan T.

Dari hasil penangkapan YM, polisi menyita barang bukti berupa laptop, hardisk, dan beberapa catatan. Selain itu juga ada alat-alat untuk membuat suatu uji coba atau remote control sebagai pemicu bom.

6. JAD Bekasi berkolaborasi dengan JAD Lampung untuk melakukan amaliyah

Andal Rakit Bom, Pimpinan Teroris JAD Bekasi Belajar dari Media SosialIlustrasi Terorisme (IDN Times/Sukmashakti)

Diketahui, Densus 88 menindak delapan orang yang tergabung dalam kelompok jaringan JAD Lampung selama tiga hari berturut-turut yakni Kamis(2/5), Sabtu(4/5), dan Minggu(5/5).

Selain SL, teroris lain yang ditangkap yakni RH, M, AN (20), MC (28), MI (32), IF alias Samuel (19) dan T (25). Teroris T saat akan ditangkap melakukan perlawanan dengan melempar bom ke arah aparat kepolisian. Akhirnya, polisi memberikan tembakan terukur kepada T. Namun nahas, T tewas di tempat akibat bom yang ia pegang meledak saat itu juga.

Dedi mengungkapkan, Kelompok JAD Bekasi ini berkolaborasi dengan JAD lampung dengan tujuan yang sama. Mereka akan melakukan amaliyah dengan sasaran aparat kepolisian yang sudah hampir 20 tahun melakukan penegakan hukum secara masif terhadap kelompok-kelompok tersebut. Mereka dijelaskan Dedi juga akan melakukan serangan terhadap aksi massa.

"Menjelang tanggal 22 Mei ini, akan ada banyak aksi massa yang bisa mereka manfaatkan yang berujung 'people power'. Ini merupakan suatu momentum kelompok tersebut melakukan serangan. Satu sisi menimbulkan korban yg banyak, sisi kedua mereka menginginkan chaos. Kalau merembet ke mana-mana, sleeping-sleeping cell mereka akan bangkit seperti kerusuhan di Suriah, Irak, mau pun di Malawi, konsepnya seperti itu," ungkap Dedi.

"Densus 88 tidak berhenti sampai sini, di lapangan dan terus mengikuti tiap pergerakan yang sudah di-mapping oleh Densus 88," katanya lagi.

Baca Juga: JAD Bekasi Manfaatkan Teknologi Wi-Fi untuk Aktifkan Bom

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya