Kasus Karhutla, 185 Orang Jadi Tersangka

Bom air telah disiapkan

Jakarta, IDN Times - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan polisi telah menetapkan tersangka perorangan dalam kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Ada penambahan tersangka khususnya perorangan. Karena, saat peninjauan Pak Kapolri dan Pak Panglima TNI di Riau, memang disimpulkan 99 persen Karhutla adalah faktor manusia," kata Dedi di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (16/9).

1. Tersangka perorangan bertambah menjadi 185 orang

Kasus Karhutla, 185 Orang Jadi TersangkaIDN Times/Axel Jo Harianja

Dedi mengatakan Kepolisian Daerah (Polda) Riau telah menetapkan 47 tersangka perorangan dan satu Korporasi. Lalu, Polda Sumatera Selatan telah menetapkan 18 orang tersangka perorangan. Sedangkan dari pihak Korporasi masih nihil.

Untuk Polda Jambi, polisi telah menetapkan empat orang tersangka perorangan. Polda Kalimantan Selatan, juga menetapkan dua orang tersangka perorangan. Selanjutnya, ada 45 orang dan satu Korporasi yang telah ditetapkan Polda Kalimantan Tengah sebagai tersangka. Terakhir, Polda Kalimantan Barat menetapkan 59 orang dan dua Korporasi sebagai tersangka.

"Total keseluruhan yang berhasil diamankan atau disidik oleh jajaran Polda ada 185 tersangka secara perorangan, dan Korporasi ada empat," papar Dedi.

Terkait Korporasi, empat korporasi yang ditetapkan sebagi tersangka adalah PT Sepanjang Inti Surya Usaha (SISU) dan PT Surya Argo Palma (SAP) di Kalimantan Barat, PT Palmindo Gemilang Kencana (PGK) di Kalimantan Tengah, dan PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS) di Riau. Keempatnya berfokus dalam bidang pengolahan sawit.

Baca Juga: Jokowi Minta Semua Pihak Gerak Cepat Tangani Kebakaran Hutan di Riau

2. Ini langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk atasi karhutla

Kasus Karhutla, 185 Orang Jadi TersangkaANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Jenderal (Purn) TNI Wiranto sebelumnya memaparkan rencana pemerintah agar bisa mengatasi fenomena karhutla. Pertama, menguatkan Manggala Agni atau pasukan darat yang bertugas memadamkan api.

"Itu dalam bentuk tambahan pasukan personel dan tambahan alat kelengkapannya. Ini sudah diketahui, sudah dicatat dan akan segera dilaksanakan," ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (13/9) lalu.

Kedua, perlu memanfaatkan peluang hujan buatan. Menurutnya, jika ada hujan buatan, maka semua permasalahan karhutla bisa diselesaikan. Akan tetapi, ada sedikit kendala untuk membuat hujan buatan. Hujan buatan dapat dibuat, jika kadar air pada awan mencapai 75 persen. Selanjutnya petugas yang ditugaskan dengan menggunakan pesawat, akan menaburkan garam di atas awan tersebut.

"Tapi, kalau awannya persentase kandungannya tidak sampai 75 persen, (lalu) ditaburi garam, ya tidak akan hujan," katanya.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, juga telah menyiapkan dua pesawat tambahan agar membantu proses pembuatan hujan buatan itu.

3. Membuat bom air

Kasus Karhutla, 185 Orang Jadi TersangkaANTARA FOTO/Rony Muharrman

Wiranto melanjutkan, lokasi karhutla tidak sepenuhnya dekat dengan pemukiman warga. Bahkan, ada yang sangat jauh atau sulit dijangkau. Untuk itu, Pemerintah bakal mengatasi kebakaran di sana dengan menggunakan bom air.

"Kita siapkan heli. Sudah ada 42 helikopter, standby untuk bom air," katanya.

Untuk soal dana penambahan pasukan maupun alat-alat, dana itu sudah disiapkan oleh BNPB. Selain itu, pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) juga bakal membantu penyokongan dana.

4. Penegakan hukum harus keras dan tegas

Kasus Karhutla, 185 Orang Jadi TersangkaANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Wiranto juga meminta agar penegakan hukum bisa keras dan tegas. Hal ini diharapkan bisa membuat efek jera kepada pihak korporasi maupun perorangan yang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Namun, pemerintah juga menghadapi tantangan terhadap peladang. Mereka membakar ladang, dengan alasan abu yang dihasilkan bisa menjadi pupuk ketika terkena air hujan. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah pernah meminta bantuan pihak Korporasi di sekitar sana, untuk memberikan pelatihan bagaimana cara membuka lahan tanpa harus membakar. Namun hal itu masih tidak berhasil.

Jalan keluarnya, lanjut Wiranto, peladang di sana harus dilibatkan sebagai salah satu Tim Manggala Agni atau pemadam kebakaran hutan dan lahan.

"Tentu dapat intensif, dapat gaji dan mereka hidup dari situ," jelas Wiranto.

Selain itu, pemerintah juga masih mengusulkan untuk mengembangkan perkebunan maupun tanaman yang bisa ditanam di lahan gambut.

Baca Juga: [BREAKING] Pemadaman Kebakaran Gudang Brimob Srondol Tidak Pakai Air

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya