Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! 

Dalam satu hari, bisa menangani 10-15 pasien COVID-19

Jakarta, IDN Times - Korban virus corona atau COVID-19 kian bertambah setiap harinya. Pada hari ini, Jumat (17/4), korban positif COVID-19 mencapai 5.923 kasus. Angka tersebut naik dari data sebelumnya yaitu 5.516 kasus.

Di balik itu semua, ada garda terdepan yang selalu terlibat menangani pasien COVID-19. Mereka adalah petugas ambulans. Salah satu anggota tim Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Nur Salam, menceritakan pengalamannya sebagai petugas ambulans khusus pasien COVID-19.

Nur mengatakan, keahlian utama tim AGD pada umumnya merupakan perawat. Mereka lebih senang disebut ibarat pilot dan crew.

"Ya kadang kita jadi perawat juga. Kalau temannya pilot, saya jadi crew. Kalau misalnya teman crew, ya saya pilot. Tentatif sih. Tapi sih kalau sekarang kebanyakan saya yang bawa ambulans," katanya saat dihubungi IDN Times, Jumat (17/4).

1. Menjadi Ketua Garuda Bencana

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! Ilustrasi penanganan pasien virus corona. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

Sebagai petugas ambulans, AGD Dinkes DKI Jakarta membentuk tim yang dinamakan Tim Garuda Bencana. Nur sendiri didapuk menjadi Komandan atau Ketua Tim Garuda Bencana.

Nur menjelaskan, pihaknya hanya berfokus menangani pasien COVID-19. Mereka tidak menangani jenazah hingga mengantarkannya ke tempat pemakaman umum (TPU). Tim Garuda Bencana mulai bertugas sejak 1 Februari 2020 lalu. Saat ini, ada lima unit mobil ambulans yang digunakan untuk menjemput mau pun mengantar pasien COVID-19.

"Yang butuh ambulans COVID-19, pasien COVID-19, kita layani semua rumah sakit di DKI Jakarta," ujarnya.

2. Dorongan hati menjadi pemicu Nur untuk ikut menangani pasien COVID-19

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! Ilustrasi (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Nur menjelaskan, dia sudah menjadi petugas ambulans selama 12 tahun. Rasa kemanusiaan, menjadi pemicu untuk terlibat menangani pasien COVID-19.

"Dorongan hati ya. Kita bisa melayani masyarakat DKI karena dorongan jiwa juga. Ya mau gak mau, kita harus terjun langsung ke medan bencana hari ini," katanya.

"Gak ada paksaan, lillahi ta'ala," sambungnya.

Baca Juga: Dikira Bawa Jenazah COVID-19, Ambulans Ditahan Semalam di RSUD Jombang

3. Begini prosedur penjemputan dan pengantaran pasien COVID-19

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! IDN Times/Wira Sanjiwani

Pria berusia 39 tahun ini melanjutkan, sebelum menangani pasien, pihaknya menerima informasi dahulu dari Command Center. Selanjutnya, dari Command Center, akan menginformasikan ke admin Tim Garuda Bencana.

"Nanti diinformasikan akan ada kegiatan misalnya di rumah sakit A, ke rumah sakit B, dengan tuan siapa gitu, kan. Setelah informasi sudah jelas, sumbernya fix, maka kami menyiapkan petugasnya. Petugasnya itu dua unit dalam satu ambulans," jelasnya.

Selama bertugas, pihaknya selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Tak jarang, di dalam ambulans, ada tiga petugas yang dikerahkan.

"Kondisi pasien kalau misalnya stabil, tim luncurkan dua petugas. Kalau pasiennya nanti tidak stabil, nanti pakai alat bantu pernapasan seperti ventilator. Kita petugasnya tiga. Dua di belakang, satu di depan," ungkapnya.

4. Dalam satu hari, bisa menangani 10-15 pasien COVID-19

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! Ilustrasi (IDN Times/Irma Yudistirani)

Selama bertugas, pihak AGD tak lupa memperhatikan daya tahan para petugasnya. Mereka di-support dengan vitamin dan suplemen, yang disebut sebagai extra pudding. Untuk menangani setiap pasien, juga membutuhkan waktu.

"Setelah kegiatan COVID yang durasinya lumayan panjang bukan 1-2 jam tapi 5-6 jam, kita langsung merapat ke center. Center ini kita didekontominasi baik unitnya mau pun petugasnya itu sendiri. Setelah di-dekom, kita diberikan extra pudding seperti makanan dan multivitamin," ungkapnya.

Karena eskalasi pasien COVID-19 kian meningkat, pihaknya bisa menangani lebih dari 10 pasien dalam satu hari.

"Eskalasinya sekarang kan lagi meningkat. Bisa dalam 24 jam itu, bisa 10 sampai 15 kali kegiatan (menjemput dan mengantar pasien). Dan itu kita dibagi jadi tiga shift, per 8 jam ya. Pagi, siang, dan malam," jelas dia.

5. Harus meyakinkan keluarga agar bisa menangani pasien COVID-19

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! ilustrasi ruang isolasi pasien virus corona (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Tak jarang, Nur khawatir tertular ganasnya virus corona. Namun, ketakutan itu bisa diminimalisir selama menggunakan APD yang sesuai standar. Nur mengatakan, pihak keluarga sempat meminta dirinya mempertimbangkan menangani pasien COVID-19.

Namun, dia bisa meyakinkannya.

"Bahwa kegiatan yang saya lakukan ini benar-benar sudah sesuai dengan safety. Jadi setelah diberikan penjelasan, mereka gak khawatir dan saya juga jarang pulang, sih. 14 hari gak pulang dulu, gak bisa ketemu dulu sama keluarga," ucapnya.

Baca Juga: Curhat Sopir Ambulans DKI: Sedih Tiap Hari Lihat Ada Jenazah COVID-19

6. Susahnya menangani pasien COVID-19 dengan APD yang lengkap

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! Ilustrasi tenaga medis dengan APD Lengkap. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Selama menjadi petugas ambulans COVID-19, kendala utama yang dihadapi Nur adalah APD. Sebab, APD yang lengkap cukup mengganggu proses penanganan pasien. Bukan hanya itu, masih banyak masyarakat yang abai akan sirene ambulans.

"Itu ketika sedang jalan, kadang ada yang mengerti, kadang ada yang tidak mengerti. Jadi kita harus tetap sabar dalam ambulans sendiri dan memakai kacamata google. Itu gak nyaman," jelasnya.

"Karena (kacamata google) kita berembun, apalagi dalam kondisi hujan, wah kita benar-benar ekstra hati-hati membawa ambulans itu. Karena bukan hanya kita sendiri yang kita bawa, tapi kita harus amankan juga teman kita di belakang sama pasien sampai tujuan," katanya lagi menjelaskan.

Tak jarang, jiplakan kacamata google itu membekas di wajah Nur Salam. Hal ini karena, mereka bisa memakai APD sampai lima jam lamanya.

"Kita pakai APD itu dan harus benar-benar ketat, biar cairan droplet dari virus ini tidak masuk ke dalam mata kita. Terkadang kalau ada yang kulitnya sensitif, ya berbekas," ujar Nur.

7. Terkadang, Nur mengeluh karena lelahnya fisik

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! IDN Times/Lia Hutasoit

Sebagai manusia biasa, tak kadang Nur mengeluh atas kegiatannya saat ini. Keluhan itu disebabkan lelahnya fisik.

"Terus perjalanan rumah sakit yang jauh. Kalau saya sih pengennya cepat selesai sih. Terus teman-teman juga bisa pulang ke rumah tenang, nyaman, tidak ada kekhawatiran ketika mereka pulang ke rumah," jelasnya.

Saat ditanyai apakah selama menjadi petugas pasien COVID-19 mendapatkan intensif, Nur tidak tahu pasti. Dia menilai, kegiatan yang dia jalani murni rasa kemanusiaan.

"Kalo misalkan tentang COVID-19 ini sendiri, saya kurang paham. Karena, itu alurnya dari manajemen dan pelayanan," kata pria asal Cisarua, Jawa Barat ini.

8. Jadi petugas pasien COVID-19 harus ikhlas dan merasakan pahit

Kisah Petugas Ambulans COVID-19 DKI: Ini Semua Demi Kemanusiaan! Ilustrasi APD tenaga medis (IDN Times/Dokumen)

Nur menjelaskan, saat ini ada 50 petugas ambulans dari semua AGD yang ada di lima wilayah DKI Jakarta. Sebagai Ketua Garuda Bencana, dia selalu memberikan motivasi kepada anggotanya.

"Kita ini ibaratnya tidak memberikan janji manis ke teman-teman. Kalau memang teman-teman mau bergabung dengan Garuda Bencana, teman-teman harus ikhlas, harus merasakan pahitnya di Garuda Bencana itu sendiri," tutur Nur Salam.

Lebih lanjut, Nur Salam berharap, pemerintah jangan menganggap enteng virus corona yang sudah dikategorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Bila menganggap remeh, maka efeknya tidak main-main.

"Jadi harus benar-benar ketika ada suatu kejadian, KLB ini harus benar-benar cepat tanggap, tegas dan membuat kebijakan yang lebih bisa diambil, yang bisa dimengerti oleh masyarakat itu sendiri," tuturnya.

Baca Juga: Melawan Rasa Takut, Kisah Ika Jadi Relawan Sopir Ambulans COVID-19 

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya