Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air 

Air mulai berkurang sejak Mei 2019

Jakarta, IDN Times - Musim kemarau membuat sebagian wilayah di Indonesia mengalami kekeringan sejak April 2019, termasuk di Jakarta. Kepala Subbidang Analisa dan Informasi lklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Adi Ripaldi mengatakan, puncak musim kemarau tahun ini, diperkirakan pada Agustus-September.

"Itu adalah puncak dan tidak berarti kemarau langsung berhenti. Kita masih akan menghadapi September-Oktober, kekeringan dan hujan sedikit masih akan terus kita hadapi dua hingga tiga bulan ke depan," kata Adi di kantor ACT, Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (20/8).

Untuk memastikan kondisi kekeringan di Jakarta, IDN Times meninjau salah satu permukiman warga yang disebut-sebut mengalami kekeringan, persisnya di kawasan Tanjung Gedong, Tomang, Grogol, Jakarta Barat, Rabu (21/8). Berikut hasil pengamatan di lokasi.

Baca Juga: [Foto] Musim Kemarau, Air Sungai Cisadane Hitam, Bau, dan Penuh Sampah

1. Air mulai berkurang sejak Mei 2019

Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air IDN Times/Mumun, warga Tanjung Gedong, Jakbar (Axel Jo Harianja)

Sekitar pukul 11.00 WIB, IDN Times mendatangi salah seorang rumah warga bernama Muna yang berada di Tanjung Gedong. Untuk menuju rumah ini, IDN Times harus melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui satu orang. Kurang dari satu menit, IDN Times tiba di rumah Muna.

Perempuan  67 tahun itu mengaku, pasokan air di rumahnya sudah mulai berkurang sejak Mei 2019. Untuk mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga, nenek yang akrab disapa Mumun itu biasa menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), namun kini mengalir kecil. Karena itu, ia juga menggunakan pompa air tanah  juga mengalir kecil.

Bahkan, kran dari PDAM benar-benar sudah tidak mengeluarkan air. Air dari mesin pompa yang semestinya melimpah, juga hanya mengalir kecil.

"Padahal udah bayar tapi kenapa begini ya?" ucap dia kepada IDN Times.

2. Menunggu air kembali melimpah pada waktu tertentu

Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air IDN Times/Beberapa warga Tanjung Gedong, Jakbar (Axel Jo Harianja)

Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, kerabat Mumun yang bernama Ani juga rela menunggu air mengalir pada waktu tertentu. Air tersebut biasanya akan keluar deras, saat malam hari dan menjelang pagi.

"Kalau mau nyuci ngejarnya musti malem. Jam satu (pagi) tuh masih nyuci," kata perempuan berusia 41 tahun itu.

"Kadang juga sampai dua hari gak mandi," timpal warga lainnya.

Ani dan beberapa warga sekitar merasa sudah terbiasa dengan kondisi saat musim kemarau. Tetapi, kekurangan pasokan air pada musim kemarau tahun ini dinilai lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Udah dari pas puasa (airnya berkurang)," ucap Ani.

3. Sumur milik seorang warga masih membantu memasok kebutuhan air warga sekitar

Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air IDN Times/Sumur milik Iriana warga Tanjung Gedong, Jakbar (Axel Jo Harianja)

Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, warga terkadang menggunakan air sumur milik warga bernama Iriana. Perempuan 52 tahun itu mengaku meski kemarau tahun ini cukup panjang, pasokan air di dalam sumurnya masih melimpah. Bahkan, air itu masih jernih.

"Pernah sih (saat kemarau) airnya sampai berwarna merah. Tapi besokannya (airnya) naik lagi," ujar dia.

Iriana bersyukur, sumur yang memiliki kedalaman sekitar 12-15 meter tersebut, masih dapat memenuhi kebutuhan air keluarganya dan warga sekitar.

"Waktu listrik mati tuh yang lama (4/8) warga semua ke sini (minta air)," ucap dia.

Sedangkan untuk keperluan memasak, warga di Tanjung Gedong, umumnya membeli air kemasan atau pun membeli air bersih dari penjual air dirigen.

4. Belum ada bantuan air bersih dari pemerintah

Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air IDN Times/Harti, warga Tanjung Gedong, Jakbar (Axel Jo Harianja)

Warga lainnya bernama Harti mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah memberikan bantuan air bersih dengan mengerahkan mobil tangki. Tetapi, hingga kini pemerintah DKI belum memberikan bantuan apa pun.

Harti bahkan putus asa menunggu bantuan air bersih. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga rumah indekos itu menyebutkan warga di kawasan ini belum kompak.

"Mau ngelapor siapa? RT-nya juga gitu (tidak peduli). Warga sini juga masih 'lu lu, gue gue'. Jadi ya udah," ujar perempuan 39 tahun itu.

Warga berharap pemerintah DKI bisa lebih memperhatikan masyarakat yang membutuhkan air bersih.

5. Ini lokasi yang berpotensi mengalami kekeringan akibat musim kemarau

Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air IDN Times/Candra Irawan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD (BPBD) DKI Jakarta, sudah memetakan beberapa wilayah yang memiliki potensi mengalami kekeringan karena musim kemarau yang panjang.

Daerah-daerah itu antara lain Halim dan Pulogadung di Jakarta Timur, Ciganjur, Lebak Bulus, Manggarai, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Pakubuwono, Setiabudi, Karet dan Ragunan untuk wilayah Jakarta Selatan.

Tanjung Priok, Sunter dan Teluk Gong, di Jakarta Utara juga memiliki potensi kekeringan bersama dengan daerah Kembangan, Kedoya Selatan, Tomang Barat, dan Cengkareng untuk Jakarta Barat. Di Jakarta Pusat, potensi kekeringan di Cideng, Kemayoran, dan Waduk Melati.

Namun, menurut Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo, wilayah Jakarta sejauh ini mayoritas masih berstatus aman dari ancaman kekeringan yang melanda beberapa wilayah di pulau Jawa.

"Kalau untuk Jakarta sebetulnya dampaknya belum serius, mungkin hanya beberapa daerah tertentu. Daerah yang belum masuk jaringan PDAM, yang masih pakai sumur," kata Subejo, seperti dilansir Antara, Rabu (10/7).

Baca Juga: Dampak Kemarau, 3.500 Hektare Padi di Kotawaringin Gagal Panen 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya