Perjuangan Warga Kamal Muara, Mencari Air Bersih di Musim Kemarau

Tagih janji pemerintah untuk aliri air PAM di Kamal Muara

Jakarta, IDN Times - Indonesia sudah memasuki musim Kemarau sejak April 2019 lalu. Salah satu yang terasa yakni DKI Jakarta. Pasalnya, beberapa bulan terakhir air hujan sudah tidak terlihat di Ibu Kota. Ditambah lagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, puncak kemarau terjadi pada Agustus hingga September 2019.

Salah satu dampak kemarau terlihat nyata di kawasan Kampung Nelayan, Kamal Muara, Jakarta Utara. Meski belum terlihat tanda-tanda kekeringan di kawasan tersebut, air bersih sudah menjadi kendala sejak sebulan terakhir.

1. Air dari sumur bor tidak layak dikonsumsi

Perjuangan Warga Kamal Muara, Mencari Air Bersih di Musim KemarauIDN Times/Axel Jo Harianja

Seorang pemilik usaha pengasinan ikan bernama Oji mengatakan, sebagian besar warga di Kamal Muara, menggunakan air dari sumur Bor. Air itu biasa digunakan untuk mencuci pakaian, mandi, maupun mencuci alat rumah tangga. Meski begitu, air dari sumur bor tidak layak untuk dikonsumsi.

"Air (dari sumur) bor yang buat mandi, nyuci, itu sudah kena serapan air laut. Jadi agak gatel dipakainya," jelas Pria berusia 43 tahun itu kepada IDN Times di lokasi, Rabu (20/8).

Hal senada diucapkan oleh salah satu pekerja pengasinan ikan bernama Teddy Nursyaf, 45. Meski air dari sumur bor dapat memenuhi kebutuhan air warga Kamal Muara, menurutnya, air itu memiliki kekurangan.

"Airnya kadang asin. Kalau dipakai untuk mandi bikin (badan) lengket," katanya.

Tak hanya itu, Teddy pun menuturkan anaknya yang masih berusia 12 tahun menderita penyakit gatal-gatal akibat air dari sumur bor itu.

"Semenjak kemarau Ini. Dua bulan ke sini, udah kena dia. Penyakitnya itu, gatel gatel itu. Serapan air laut tembus ke air (dari sumur) bor," duga Teddy.

Baca Juga: Musim Kemarau, Warga Tanjung Gedong Jakbar Mulai Kesulitan Air 

2. Merasa terbantu dengan air dari Palyja

Perjuangan Warga Kamal Muara, Mencari Air Bersih di Musim KemarauIDN Times/Axel Jo Harianja

Meski begitu, sebagai warga Kamal Muara, Oji sangat bersyukur dengan adanya bantuan air bersih dari PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Palyja adalah operator penyediaan dan pelayanan air bersih bagi masyarakat di wilayah barat DKI Jakarta berdasarkan perjanjian kerja sama dengan PAM Jaya sejak 1 Februari 1998.

Menurut Oji, air dari Palyja justru memiliki kualitas yang baik ketimbang air PAM.  "Walaupun subsidi dari pemerintah, yang penting kualitas airnya bagus bisa diminum. Kalau PAM, biasa kadang kadang kan (airnya) suka berubah. Dua hari (ditampung), (warnanya) sudah kuning, kadang-kadang butek," ungkapnya.

"Kalau Palyja memang bolehlah. Walaupun Dua tiga hari ditaruh, bening aja dia," sambungnya.

3. Tagih janji pemerintah untuk aliri air PAM di Kamal Muara

Perjuangan Warga Kamal Muara, Mencari Air Bersih di Musim KemarauIDN Times/Axel Jo Harianja

Lebih lanjut, Oji pun menagih janji pemerintah khususya PAM Jaya, untuk mengaliri kawasan Kamal Muara dengan air PAM. Tidak mengalirnya air PAM di kawasan itu, membuat warga Kamal Muara menjadi resah pada kemarau. Menurut Oji, warga Kamal Muara juga tak keberatan membayar, jika nantinya Kamal Muara teraliri air PAM.

"Dibandingin dengan daerah-daerah lain yang airnya adem, malah dia lebih duluan yang masuk (teraliri air PAM). Justru yang di Kamal Muara ini, yang airnya asin, belum masuk-masuk air PAM Jayanya," terang Oji.

Ia pun berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan air bersih gratis seperti tahun-tahun sebelumnya, lewat mobil tangki.

"Jadi, kalau minta ya secepatnya. Apalagi musim kemarau gini. Untuk pengeluaran air itu sebulan udah Rp600-700 (ribu) hitungannya. Kalau Kemarau gini kan lebih parah pemakaian airnya," ujar Oji.

Baca Juga: Ini Temuan Anies Saat Tinjau Banjir Rob di Kamal Muara

4. Ini lokasi yang berpotensi mengalami kekeringan akibat musim kemarau

Perjuangan Warga Kamal Muara, Mencari Air Bersih di Musim KemarauIDN Times/Daruwaskita

Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD (BPBD) DKI Jakarta, sudah memetakan beberapa wilayah yang memiliki potensi mengalami kekeringan karena musim kemarau yang panjang.

Daerah-daerah itu antara lain Halim dan Pulogadung di Jakarta Timur serta Ciganjur, Lebak Bulus, Manggarai, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Pakubuwono, Setiabudi, Karet, dan Ragunan untuk wilayah Jakarta Selatan.

Selain itu, Tanjung Priok, Sunter dan Teluk Gong, di utara Jakarta juga memiliki potensi kekeringan bersama dengan daerah Kembangan, Kedoya Selatan, Tomang Barat, dan Cengkareng untuk Jakarta Barat. Di Jakarta Pusat, potensinya di daerah Cideng, Kemayoran, dan Waduk Melati diprediksi mengalami kekeringan juga.

Namun, menurut Kepala BPBD DKI Jakarta, Subejo, wilayah Jakarta sejauh ini secara garis besar masih berstatus aman dari ancaman kekeringan yang melanda beberapa bagian Pulau Jawa.

"Kalau untuk Jakarta sebetulnya dampaknya belum serius, mungkin hanya beberapa daerah tertentu. Daerah yang belum masuk jaringan PDAM, yang masih pakai sumur," ungkapnya Rabu (10/7) lalu, seperti dikutip dari Antara News.

Baca Juga: Kemarau Panjang, 15 Desa di Lebak Krisis Air Bersih

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya