Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNI

Kepolisian Filipina sulit mengidentifikasi terduga pelaku

Jakarta, IDN Times - Polri memastikan pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari 2019 lalu adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Fakta itu terungkap berdasarkan hasil keterangan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Novendri alias Abu Zahran alias Abu Jundi yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Polri di wilayah Padang, Sumatera Barat, pada Kamis (18/7) lalu.

"Setelah penangkapan saudara Novendri dan penangkapan Yoga (Teroris JAD Kalimantan Timur ditangkap Juni 2019), ternyata pelaku suicide bomber di Filipina adalah dua orang Indonesia, suami istri asal Sulawesi atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Beigjen Pol. Dedi Prasetyo dalam Konferensi Pers di Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/7).

Keduanya adalah deportan dari Turki pada Januari 2017 dan berafiliasi dengan ISIS.

1. Kepolisian Filipina sempat sulit mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri

Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNIANTARA FOTO/Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS

Dedi menjelaskan, hasil tes DNA oleh aparat keamanan Filipina saat itu belum dapat ditemukan pembandingnya. Hal itu membuat pihak kepolisian Filipina sulit mengidentifikasi siapa pelaku bom bunuh diri di Jolo.

Tim Densus 88, kata Dedi, juga telah bekerja sama dengan kepolisian Filipina, namun saat itu masih juga belum berhasil mengidentifikasi terduga pelaku.

"Karena kedua tersangka ini masuk lewat jalur ilegal Filipina. Sehingga identitas kedua pelaku tidak ter-record dengan baik di Filipina. Sehingga, kita tidak bisa mengidentifikasi pelaku suicide bomber," jelas Dedi.

"Ada 5 tersangka di FIlipina menyebutkan pelakunya diduga orang Indonesia, karena logat dan bicaranya, kebiasaannya seperti kebiasaan orang Indonesia," sambungnya.

2. Dua pelaku dikendalikan oleh aktor intelektual yang ada di Afganistan

Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNIIDN Times/Axel Jo Harianja

Dedi kemudian memaparkan, dalam melancarkan aksi terornya, dua pelaku pengeboman di Jolo Filipina itu, dikendalikan oleh seseorang yang berstatus daftar pencarian orang (DPO), bernama Saefulah alias Daniel alias Chaniago. Saefulah kata Dedi juga diduga sebagai mastermind (aktor intelektual) dalam melancarkan aksi terornya.

Saefulah lanjut Dedi, saat ini berada di wilayah Khorasan, Afganistan. Alasan Saefulah ada di wilayah itu karena, setelah kekalahan ISIS di Suriah, kekuatan Al Baghdadi langsung pecah.

"Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan. Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh suatu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," papar Dedi.

Jenderal bintang satu itu melanjutkan, Saefulah juga mengontrol beberapa pelaku terorisme yang ada di Indonesia. Di antaranya, Yoga, teroris JAD Kalimantan Timur yang telah ditangkap pada Juni 2019.

"Yoga ini dia juga menggantikan perannya Andi Baso sebagai jembatan penghubung antara kelompok ISIS atau JAD di Indonesia dan Filipina," jelasnya.

"Andi Baso ini memiliki kemampuan untuk merekrut orang. Dia WNI, diyakini saat ini ada di Filipina Selatan (DPO)," sambungnya.

Dari hasil keterangan Novendri dan usai polisi mengetahui mastermind-nya adalah Saefulah, Densus 88 bekerja sama dengan beberapa kepolisian seperti PDRM, kepolisian Filipina, Afghanistan, termasuk beberapa negara lain seperti AFP, Amerika Serikat dan sebagainya.

Baca Juga: Terduga Teroris JAD Sumbar Berencana Lancarkan Teror pada 17 Agustus

3. Hasil DNA jasad pelaku Bom belum rampung

Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNIANTARA FOTO/Zamboanga Quick Response System/via REUTERS

Kepolisian Nasional Filipina (PNP) sebelumnya masih menunggu hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu.

“Sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang seperti dilansir Kantor Berita Antara, Selasa (5/2).

Hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku pengeboman akan sangat penting untuk membuktikan dugaan keterlibatan dua WNI dalam insiden yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka, seperti sebelumnya disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, pada 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu oleh Kamah, anggota kelompok Ajang-Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.

4. Tersangka utama telah menyerahkan diri

Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNIANTARA FOTO/Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS

Pada 4 Februari lalu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar D. Albayalde menyampaikan keterangan pers bahwa Kammah L. Pae, seorang pria warga Jolo yang diyakini sebagai tersangka utama sekaligus donatur aksi pengeboman, telah menyerahkan diri bersama empat orang lainnya, yaitu Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, serta Salit Alih alias Papong.

Kelima orang tersebut adalah anggota kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan. Mereka menyerahkan diri setelah kepolisian dan militer Filipina melakukan operasi pengejaran besar-besaran.

Kamah diyakini sebagai bagian dari anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri, yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi identitasnya. Pasangan tersebut diketahui tiba di Jolo dengan menggunakan perahu pada 24 Januari 2019.

Baca Juga: Kisah Dua Anak Teroris Bangkit dari Puing-Puing Radikalisme

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya