Respons Polri Soal Rencana BNPT Pulangkan WNI Eks ISIS dari Suriah

Keputusan pemulangan WNI eks ISIS ada di tangan pemerintah

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius berencana membentuk satuan tugas (satgas) yang mengurus pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI), yang sempat berafiliasi dengan ISIS di Suriah.

“Nanti kami buat satgas, dari Kementerian Luar Negeri, Polri, Densus 88, BIN, Kemenko Polhukam. Tapi yang memimpin nanti kami usulkan BNPT,” kata Suhardi di Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (9/8) kemarin.

Terkait hal itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol. Dedi Prasetyo mengungkapkan, rencana itu tidak sesederhana yang dibayangkan. Sebab, WNI eks ISIS tersebut harus melalui tahapan assessment yang jelas.

"Karena, sebagian besar untuk WNI yang berada di pengungsian di perbatasan Suriah dan Irak itu wanita," jelas Dedi di Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat, Rabu (10/7).

1. Proses assesment memerlukan waktu yang lama

Respons Polri Soal Rencana BNPT Pulangkan WNI Eks ISIS dari SuriahIDN Times/Axel Jo Harianja

Dedi menerangkan, proses assessment itu memerlukan cara yang cermat serta waktu yang lama, agar dapat mengetahui tingkat paparan radikalisme yang terjadi pada seseorang.

Selain itu, menurut Dedi, anak-anak para WNI eks ISIS juga berasal dari kalangan pejuang ISIS berbagai negara. Untuk itu, seseorang yang telah terpapar paham ISIS kata Dedi, harus mengikuti program deradikalisme yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Hampir dikatakan semua negara hampir menutup itu (kepulangan mereka). Bahkan ada beberapa negara seperti Amerika dan di Eropa mencabut hak kewarganegaraannya. Karena kalau sudah dewasa, tingkat terpapar paham radikalisme yang ekstrem itu akan sulit ikuti program deradikalisasi," terang Dedi.

2. Keputusan pemulangan WNI eks ISIS ada di tangan pemerintah

Respons Polri Soal Rencana BNPT Pulangkan WNI Eks ISIS dari SuriahIDN Times/Arief Rahmat

Jenderal bintang satu itu melanjutkan, keputusan pemulangan WNI eks ISIS ada di tangan pemerintah. Seperti halnya Badan Intelijen Negara, Badan Intelijen Strategis, Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Pertahanan.

"Itu semua berikan masukan secara komprehensif, jadi tidak bisa secara parsial," sambung Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menuturkan, selama pihaknya menangkap terduga teroris di Indonesia, kaum perempuan dinilai lebih militan dan mudah terpapar paham radikalisme ketimbang kaum pria.

Salah satunya, istri terduga teroris di Sibolga yang meledakkan diri bersama dengan anaknya dengan bom. "Itu sudah melibatkan perempuan dan anak. (Kasus di Sibolga) Itu jadi proses pembelajaran," kata Dedi.

Baca Juga: Meutya Hafid: Pemulangan WNI Eks ISIS Harus Lihat Sisi Kemanusiaan

3. Satgas bertugas membuat klaster eks anggota ISIS

Respons Polri Soal Rencana BNPT Pulangkan WNI Eks ISIS dari SuriahIDN Times/ Ardiansyah Fajar

Kepala BNPT Suhardi Alius sebelumnya menjelaskan, satgas akan membuat klasifikasi eks simpatisan ISIS, berdasarkan paham radikalnya. Proses assessment akan dilakukan di Suriah.

“Yang penting kita harus bisa mengklasifikasi atau mengklasterkan, sejauh mana mereka terpapar (radikalisme). Sehingga kita bisa memberikan treatment yang jelas. Bagaimana bisa kita memberikan obat kalau belum diagnosa penyakitnya,” kata dia.

4. Ada 100 WNI simpatisan ISIS di Suriah

Respons Polri Soal Rencana BNPT Pulangkan WNI Eks ISIS dari SuriahIlustrasi Terorisme / IDN Times (Sukma Shakti)

Baru-baru ini, tim utusan BNPT baru saja kembali dari Irak. Mereka ditugaskan menghimpun data kuantitas WNI yang berada di sana.

Sebab, pemerintah Indonesia kesulitan mengidentifikasi lantaran mereka sudah tidak memiliki identitas.

“Di atas 100 yang ada di camp-camp (pengungsian). Kebanyakan perempuan dan anak-anak,” ucap jenderal bintang tiga itu.

Suhardi berharap satgas yang digagasnya ini bisa terbentuk secepat mungkin.

“Sebaiknya tahun ini. Tapi harus juga, jangan sekadar memulangkan. Karena nanti banyak polemiknya,” kata dia.

Ketika sudah kembali ke Indonesia, Suhardi berharap, mereka bisa menjadi 'juru dakwah' yang menceritakan bahwa percaya terhadap ISIS adalah kesalahan besar. Pendekatan ini juga lebih efektif dalam menangkal paham radikal.

“Kalau kita yang ngomong gak akan dipercaya sama mereka (yang terpapar radikalisme). Kan kami thagut,” ujar Suhardi.

Baca Juga: BNPT Usul Bentuk Satgas Pemulangan WNI Eks Anggota ISIS dari Suriah

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya