Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru Tajam

Polisi menunggu hasil autopsi para korban dari Pusdokkes

Jakarta, IDN Times - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol. Dedi Prasetyo membenarkan bahwa ada satu korban meninggal yang disebabkan peluru tajam dalam aksi unjuk rasa pada 21 hingga 22 Mei 2019 kemarin.

"Kemarin, saya mengutip apa yang disampaikan Pak Kapolri (Tito Karnavian). Pak Kapolri menyebutkan ada enam orang korban meningal dunia. Satu di antaranya teridentifikasi terkena peluru tajam," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (23/5).

1. Polisi masih berkoordinasi dengan Pusdokkes terkait hal itu

Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru TajamIDN Times/Axel Joshua Harianja

Meski begitu, lanjut Dedi polisi masih berkoordinasi dengan pihak Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri untuk mengetahui penyebab kematian dari para korban tersebut.

"Identitas (korban meninggal) sudah ada, nanti akan disampaikan lengkap dengan hasil autopsinya. Kita tunggu dari tim yang nanti akan menyampaikan secara ilmiah apa penyebab kematian," jelas Dedi.

Dedi menambahkan, berdasarkan data kepolisian, korban meninggal akibat kericuhan itu sebagian besar diautopsi di RS Polri Raden Said Soekanto.

2. Korban meninggal versi Polri dan Gubernur DKI Jakarta

Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru TajamIDN Times/Axel Joshua Harianja

Sementara itu, Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri Irjen Pol. Muhammad Iqbal mengatakan, terdapat tujuh orang yang meninggal dalam kericuhan demonstrasi pada 21-22 Mei 2019 di sekitar gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI dan titik lain di Jakarta. Data tersebut lah yang saat ini masuk ke Polri.

"Korban meninggal dunia (data) yang ke kami itu tujuh," kata Iqbal di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat Kamis (23/5) siang.

Selain korban dari massa aksi, Iqbal mengatakan, dari aparat keamanan juga terdapat sembilan korban luka-luka.  "Aparat luka-luka sembilan orang," ujar dia.

Iqbal memaparkan, massa aksi pada 21-22 Mei terbagi menjadi dua segmen. Segmen pertama adalah massa damai, dan segmen kedua massa perusuh.

Sementara, selama aksi berlangsung, Polda Metro Jaya mencatat telah menangkap 257 tersangka. "Itu tatonya banyak, dan ada empat orang positif narkoba. Bagaimana mau unjuk rasa kalau mereka narkoba. Yang lain juga akan diperiksa," kata dia.

3. Daftar korban versi Gubernur DKI Jakarta, ada 8 korban tewas

Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru TajamIDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Berbeda dari data kepolisian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan kabar terbaru daftar korban kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei di wilayah Jakarta.

"Korban yang meninggal jumlahnya 8 orang," kata Anies di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (23/5).

Sementara itu, 730 orang harus mendapatkan penanganan kesehatan di rumah sakit yang tersebar di Ibu Kota. "Jenis diagnosis terbanyak yang nontrauma 93 orang, luka berat 79 orang, luka ringan 462 orang, ada yang belum ada keterangan 96 orang," tandasnya.

Ironisnya, korban sebagian besar masih remaja dan dewasa muda. "Jadi jumlah anak-anak muda cukup banyak di sini," kata dia. Sebanyak 179 orang usianya masih di bawah 19 tahun dan rentang umur 20 hingga 29 tahun sebanyak 294 orang. 

Berikut daftar identitas korban meninggal aksi 21-22 Mei 2019 yang dimiliki Pemprov DKI: 

1. Farhan Syafero (31 tahun)
Alamat: Depok, Jabar. Meninggal di RS Budi Kemuliaan (Jenazah dirujuk ke RSCM) 22 Mei 2019.

2. M. Reyhan Fajari (16) 
Alamat: Jl. Petamburan 5, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Meninggal di  RSAL Mintoharjo 22 Mei 2019.

3. Abdul Ajiz (27) 
Alamat: Pandeglang, Banten. Meninggal di RS Pelni 22 Mei 2019.

4. Bachtiar Alamsyah
Alamat: Batu ceper, Tangerang. Meninggal di RS Pelni 22 Mei 2019.

5. Adam Nooryan (19) 
Alamat: Jembatan 5, Tambora. Meninggal di RSUD Tarakan 22 Mei 2019.

6. Widianto Rizky Ramadan (17). Alamat: Kemanggisan, Slipi. Meninggal di RSUD Tarakan.

7. Tanpa Identitas, Pria. Meninggal di RS Dharmais 22 Mei 2019.

8. Sandro (31) Meninggal di RSUD Tarakan 23 Mei 2019. Dirawat sejak 22 Mei 2019

4. Tim Investigasi dibentuk untuk usut kematian para korban aksi unjuk rasa tersebut

Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru TajamIDN Times/Galih Persiana

Iqbal menambahkan, untuk mengusut meninggalnya massa aksi tersebut,  Kapolri sudah membentuk tim Investigasi.

"Bapak Kapolri sudah membentuk tim investigasi yang dipimpin Irwasum untuk mengetahui apa penyebab dan semua aspek sehingga ada korban dari massa perusuh," katanya.

Jenderal bintang dua itu kembali menegaskan, meninggalnya tujuh orang tersebut bukanlah dari massa aksi damai.

"Itu yang harus diketahui publik, bahwa yang meninggal dunia adalah massa perusuh, bukan massa yang sedang berjualan, massa yang beribadah, tidak. Jadi Bapak Kapolri sudah membentuk tim investigasi diduga meninggalnya 7 orang massa perusuh," jelas Iqbal.

5. Wiranto: Tidak mungkin aparat keamanan membunuh rakyat

Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru TajamANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal TNI (Purn) Wiranto sebelumnya juga mengatakan, aparat polisi dan TNI tidak mungkin menembak massa yang melakukan aksi unjuk rasa menggunakan timah emas alias senjata api.

"Pada saat menghadapi demonstrasi itu aparat diinstruksikan oleh Kapolri dan Panglima TNI untuk tidak bersenjata api. Senjata disimpan di gudang dan mereka menggunakan perisai dan pentungan, bukan senjata api. Tidak mungkin aparat keamanan membunuh rakyat dalam aksi demo," jelasnya dalam Konferensi Pers di Media Center Menko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (22/5) kemarin.

Menurut Wiranto, aksi unjuk rasa itu memang menimbulkan korban. Akan tetapi, hal itu disebabkan oleh kelompok yang ingin membuat kerusuhan.

"Korban itu jatuh pada saat rakyat yang dinamakan perusuh bukan pendemo. Karena (perusuh) menyerang asrama Brimob, menyerang kantor polisi, membakar mobil, membuat kekacauan," kata Wiranto.

6. Ada skenario untuk menciptakan antipati terhadap pemerintah

Satu Korban dalam Aksi 22 Mei Tewas karena Peluru TajamIDN Times/Santi Dewi

Wiranto kemudian menceritakan, aksi brutal itu memiliki tujuan untuk menciptakan kekacauan sehingga menimbulkan korban. Wiranto menyimpulkan bahwa ada niatan atau skenario untuk membuat kekacauan untuk menyalahkan petugas aparat keamanan

"Seakan-akan aparat keamanan lah yg melakukan tindakan sewenang-sewenang kepada masyarakat, kepada rakyat. Sehingga korban di masyarakat. Saya katakan tidak! Jangan sampai memutarbalikkan," tegasnya.

"Yang menyerang itu adalah preman-preman yang dibayar, bertato. Itu jelas, jangan sampai kita terkecoh dengan hasutan itu," sambung Wiranto.

Menurutnya, tujuan dari skenario itu ialah membangun antipati dan kebencian kepada pemerintah yang sah. "Kami mengharapkan, seluruh masyarakat tidak terpengaruh menerima penjelasan-penjelasan yang tidak rasional. Kita sepakat bahwa negara tidak boleh kalah dalam aksi jahat seperti ini," ujarnya.

Dia mengatakan, pemerintah telah mengetahui dalang dari aksi tersebut berdasarkan investigasi yang dilakukan. "Aparat keamanan dengan segenap kekuatan akan bertindak tegas secara hukum.Jangan sampai kita diadu domba sehingga persatuan kita bisa terpengaruh," katanya lagi.

Baca Juga: Tetapkan 257 Tersangka Perusuh, Polisi Sita Uang Bayaran

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya