Dapat Bantuan Modal dari BRI, Usaha Kerupuk Milik Zetria Terus Melesat

Bisa jadi inspirasi nih

Jakarta, IDN Times - Bisnis kerupuk kulit dan kerupuk balado khas Minang mengantarkan Zetria, perempuan asal Padang, Sumatera Barat, menjadi wirausahawan mikro yang sukses.

Ia menceritakan bahwa berani berubah dan terus berinovasi menjadi kuncinya dalam meraih keberhasilan saat merintis usaha kerupuk kulit yang kini beromzet Rp200 juta per bulan.

1. Mengundurkan diri dari pekerjaannya

Dapat Bantuan Modal dari BRI, Usaha Kerupuk Milik Zetria Terus MelesatZetria (40) seorang pengusahan kerupuk kulit khas Minang. (Dok. BRI)

Kisah Zetria memulai usahanya bermula pada 2007, ketika ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai karyawan swasta dan menyusul sang suami untuk tinggal di Padang.

Ia menuturkan modal awal usahanya saat itu hanya Rp50 ribu, yang digunakan untuk membeli 15 kilogram kulit sapi sebagai bahan baku selama sepekan.

Tak disangka, keputusan perempuan yang berusia 40 tahun ini justru bisa mengubah nasibnya menjadi pengusaha UMKM yang sukses.

Secara perlahan produksi kerupuk kulit produksi Zetria semakin meningkat dan berkembang hingga 70 kilogram per hari.

Baca Juga: BRI Berdayakan Pengusaha Eceng Gondok Jadi UMKM yang Mendunia

2. Dapat pinjaman modal usaha dari BRI

Dapat Bantuan Modal dari BRI, Usaha Kerupuk Milik Zetria Terus MelesatKerupuk Kulit. (tokopedia.com)

Melihat peluang usaha yang menjanjikan, Zetria memutuskan untuk serius mengembangkan usahanya dengan meminjam modal usaha ke Bank Rakyat Indonesia. Pada 2008, ia mendapat pinjaman Rp30 juta dari BRI.

“Saya pinjam pertama kali Rp30 juta karena membutuhkan modal untuk membeli mobil biar memudahkan transportasi. Alhamdullilah saya sangat terbantu dengan pinjaman modal tersebut,” ujarnya.

Seiring perkembangan bisnis dan kelancaran pembayaran, pinjaman modal usaha terus bertambah hingga menjadi Rp650 juta. 

3. Meraih omzet hingga Rp200 juta per bulan

Dapat Bantuan Modal dari BRI, Usaha Kerupuk Milik Zetria Terus MelesatKerupuk kulit. (instagram.com/yohanes.cahya)

Sadar perlunya variasi produk, pada 2011 Zetria pun berinovasi dengan mengembangkan kerupuk balado khas Minang. Produk olahan kerupuk yang ditekuninya itu kini menjadi salah satu oleh-oleh khas Minang. Produk tersebut banyak dititipkan di warung-warung kecil, minimarket, serta pusat oleh-oleh di Padang dan daerah sekitarnya.

Dalam sehari dia mampu memproduksi hingga 10 ribu bungkus kerupuk kulit dan kerupuk balado. Harganya bervariasi, mulai dari Rp1000-an per bungkus, hingga sekitar Rp40.000 per bungkusnya.

Berkat keuletan dan kegigihannya, kini Zetria bisa meraih omzet mencapai Rp200 juta per bulan. Menurutnya, keuntungan tersebut masih bisa bertambah ketika permintaan sedang ramai.

Lebih lanjut Zetria mengungkapkan, situasi pandemik COVID-19 saat ini tidak terlalu berdampak pada usahanya. Namun, menurutnya, yang menjadi tantangan adalah ketersediaan bahan baku kulit sapi. Ia mengaku kerap mengalami kesulitan ketika bahan baku kulit sapi jarang beredar di pasaran. Kalaupun ada, kualitasnya pun kurang sesuai harapan. 

4. Berdayakan perempuan

Dapat Bantuan Modal dari BRI, Usaha Kerupuk Milik Zetria Terus MelesatZetria (40) seorang pengusahan kerupuk kulit khas Minang. (Dok. BRI)

Untuk menjalankan roda usahanya, Zetria mempekerjakan 15 orang yang berasal dari sekitar rumahnya. Dari jumlah itu sekitar 70 persennya didominasi oleh pekerja perempuan untuk kebutuhan pengemasan produk.

Keputusan tersebut dipilih karena ia ingin memberdayakan perempuan yang tidak memiliki pekerjaan di sekitar wilayahnya. 

“Saya ingin memberdayakan perempuan sekitar seperti janda-janda, atau yang belum menikah makanya pekerja saya didominasi kaum perempuan,” tuturnya.

Para pekerja tersebut biasanya digaji harian, dengan nominal yang bervariasi. Semua tergantung dengan kemampuan pekerja dalam mengejar target membungkus kerupuk. (WEB)

Baca Juga: Ini Tips BRI Agar Pelaku UMKM Bisa Meraih Sukses Sejak Awal 

Topik:

  • Ridho Fauzan
  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya