BRI Alokasi Sumber Daya untuk Bangun Desa Jadi Sentra Produksi

Menjadikan desa sebagai sentra produksi nasional

Jakarta, IDN Times – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tahun ini memasuki usianya yang ke-125 tahun.  BRI terus berupaya mengukuhkan peran Perseroan di sektor UMKM, dengan mengalokasikan resources untuk membangun desa dan menjadikan desa sebagai sentra produksi nasional. 

Desa menjadi perhatian bagi BRI. Ini mengingat 96 persen nasabah BRI ada di segmen mikro yang 30% nya berasal dari sektor pertanian, perikanan dan sektor perdagangan kecil. 

“Itu berarti cerminan bisnis BRI ada di desa. BRI mencoba terus melakukan penetrasi, tidak sekedar  penetrasi bisnis, tapi juga penetrasi sosial. Kami berupaya agar desa itu semakin berdaya dan tangguh,  apalagi potensi krisis ke depan bisa semakin besar, maka kita harus persiapkan desa semakin tangguh di  masa mendatang,” ujar Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, dalam talkshow BRI UMKM EXPO[RT]  BRILIANPRENEUR 2020 bertajuk “Desa Brilian, UMKM Brilian”, Minggu (06/12). 

Pameran BRI UMKM  EXPO[RT] BRILIANPRENEUR 2020 yang diadakan mulai 1-15 Desember dengan puncak acara yang akan  berlangsung pada 10–13 Desember 2020 ini menjadi kontribusi BRI untuk mengusung UMKM Indonesia  ke pentas dunia.

1. BRI mengembangkan ekosistem desa bertumpu pada empat pilar

BRI Alokasi Sumber Daya untuk Bangun Desa Jadi Sentra ProduksiKondisi Sungai Sukarame sebelum adanya program "BRI Bersih-Bersih Kali". (Dok. BRI)

Turut hadir dalam diskusi secara daring ini Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan  Transmigrasi, Budi Arie Setiadi dan Kepala Desa Tebara, Kabupaten Sumba Barat, Marthen Regowino Bira,  yang juga Pemenang Desa BRILiaN 2020. 

Dalam pemberdayaan desa, BRI mengembangkan ekosistem desa yang dibangun dengan bertumpu pada  empat pilar yakni perangkat desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), UMKM desa dan pasar.

“Alokasi resources BRI kita coba tata ulang. Sekarang mantri BRI rata-rata pegang maksimal 3 desa. Aktivitas Mantri  tidak sekedar berjualan produk BRI, mereka melakukan penetrasi sosial. Saat ini teknologi sudah masuk  desa. Mantri juga punya peran jadi penyuluh,” jelas Supari. 

Selain itu, Perseroan juga memposisikan BRI Unit sebagai integrator sistem perekonomian desa. BRI Unit  bukan hanya outlet jualan produk BRI, tetapi akan menjadi poin pemberdayaan BRI. Dalam membangun  desa, BRI juga memperkuat kerja sama dan kolaborasi dengan beberapa expertise dan kementerian/lembaga terkait, lanjut Supari. 

“Kami juga punya platform pemberdayaan, bisa diakses dari seluruh desa di Indonesia. Begitu banyak resources BRI untuk memberdayakan desa. BRI sangat concern dengan desa karena desa masa depan  kita,” terang Supari.

Baca Juga: Ini Cara Keren BRI Tingkatkan Bisnis Pelaku UMKM Hingga Go Global

2. Desa BRILiaN adalah desa-desa yang diharapkan menjadi percontohan bagi desa lainnya

BRI Alokasi Sumber Daya untuk Bangun Desa Jadi Sentra Produksi(Ilustrasi desa) ANTARA FOTO/Jojon

Dalam pemberdayaan desa, BRI memiliki program Desa BRILiaN. Desa BRILiaN adalah desa-desa yang  diharapkan menjadi percontohan bagi desa lainnya karena dianggap tanggap, tangguh, dan tetap  berinovasi di masa pandemi. Sebanyak lebih dari 500 desa diseleksi BRI bersama tim Kementerian Desa,  Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa) dalam program ini. Ada 125 desa yang  memenuhi kriteria untuk mengikuti pelatihan dan peningkatan kapasitas, dan dipilih 10 desa paling unggul  yang menjadi prototype pengembangan desa. 

“Ini bukan hanya kegiatan ulang tahun [BRI]. Pada 2021, BRI akan coba sentuh 1.000 desa. Dengan  harapan tiap tahun bisa melahirkan lebih dari 500 desa unggul, dan bisa menebar energi positif bagi desa  lain, demi percepatan desa,” jelas Supari. 

Dalam kesempatan tersebut, Budi Arie Setiadi menjelaskan ekonomi desa saat ini menyumbang 14 persen  dari produk domestik bruto (PDB) nasional dan ke depannya diharapkan terus meningkat ke level ideal  sampai 30 persen - 35 persen. “Potensi pertumbuhan desa masih sangat besar dan masih sangat bisa  dikembangkan. Pada kuartal III tahun ini, sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif di angka  2,19 persen. Artinya pertanian di desa saat ini masih bisa diharapkan sebagai tumpuan pertumbuhan  ekonomi nasional,” jelas Budi Arie Setiadi. 

Desa di Indonesia saat ini berjumlah 74.953 desa, yang mencakup 91 persen wilayah Indonesia. Budi Arie  Setiadi mengakui bahwa pembangunan desa itu penuh tantangan, penuh dinamika. Sejauh ini digitalisasi  ekonomi desa masih menghadapi kendala yakni infrastruktur digitalisasi (internet), infrastruktur logistik  dan platform digital. 

“Masih banyak yang belum ada akses internet. Sebelum ke platform digital, dua hal  pertama harus diberesin dulu. Karena itu perlu sinergitas dari semua kementerian dan lembaga keuangan,  termasuk BRI dalam mendorong percepatan proses pembangunan,” urainya. 

Baca Juga: Kampung Coklat UMKM Binaan BRI dari Blitar Menuju Global  

3. BUMDES sebagai pilar pengembangan ekonomi desa

BRI Alokasi Sumber Daya untuk Bangun Desa Jadi Sentra ProduksiANTARA FOTO/Nurul Ramadhan

BUMDES, lanjut Budi Arie Setiadi, merupakan pilar pengembangan ekonomi desa, dan idealnya menjadi  pusat produksi dan distribusi ekonomi di desa.

“Selama masa pandemi, ada 5 persen [masyarakat] atau  sekitar 1 juta lebih yang pindah ke desa. Nah ini menjadi tanggung jawab kita untuk membuat desa sebagai  basis produksi nasional. Tentu saja perlu pengetahuan, teknologi dari seluruh stakeholder,” lanjutnya.

Sementara itu, Marthen R Bira mengungkapkan tidak ada jalan lain bagi desa untuk mengembangkan  ekonomi, membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kalau tidak  mengembangkan BUMDES. 

“BUMDES sebagai social enterprise bukan hanya mencari profit tetapi juga  mencari benefit. Jadi justru membangkitkan UMKM dan usaha kecil di desa,” jelasnya. 

Di Desa Tebara yang dipimpin Marthen, pemerintah desa bersama BUMDES, mengembangkan beberapa  unit usaha mulai dari kampung wisata religi, toko grosir desa dan lumbung desa. Untuk kampung wisata  religi, unit usaha ini mampu mempekerjakan 60 orang pemuda dan pemudi di wilayah tersebut. Unit-unit  usaha yang dikembangkan ini berhasil menggerakkan ekonomi desa dan memberdayakan warga di  Tebara. 

“Jika BUMDES diaktifkan dan dana desa dilakukan tepat sasaran untuk pengembangan UMKM, kita akan  tahu betapa dahsyatnya kekuatan ekonomi desa lewat BUMDES yang kemudian melahirkan UMKM yang produktif, membuka lapangan kerja bagi warga dan meningkatkan kesejahteraan,” tutup Marthen (CSC).

Topik:

  • Jordi Farhansyah

Berita Terkini Lainnya