BRI, Perbanas, dan Bank Buku IV Perangi Kejahatan Siber di Perbankan

Kolaborasi ketiganya sangat diperlukan saat pandemik

Jakarta, IDN Times - Bank BRI menyambut baik pembentukan Komite Kerja Cyber Security oleh Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) di Jakarta beberapa waktu lalu. Komite kerja itu diharapkan menjadi motor dalam upaya memerangi kejahatan siber (cyber crime) yang kerap menyerang industri perbankan di Indonesia.

Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo sekaligus Ketua Bidang Operation, Technology, dan Regulatory Reporting Perbanas yang hadir dalam acara tersebut mengatakan kerja sama antarbank untuk melawan kejahatan siber sangat diperlukan. Apalagi di tengah segala keterbatasan yang muncul akibat pandemik Covid-19. 

Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo, Wadirtipidsiber Bareskrim Polri Kombes Pol Suyudi Ario Seto, Direktur Teknologi Informasi ITB Arry Akhmad Arman, CISO BRI Muharto, dan EVP Center of Digital BCA Weni Sabu turut hadir dalam acara tersebut.

Baca Juga: Bank BRI Kembali Tercatat Jadi Merek Bank Paling Bernilai di Indonesia

1. Risiko-risiko kejahatan siber muncul mengikuti pertumbuhan transaksi perbankan yang melonjak saat pandemik

BRI, Perbanas, dan Bank Buku IV Perangi Kejahatan Siber di PerbankanIDN Times/Bank BRI

Akibat pandemik, pertumbuhan transaksi dan penggunaan kanal digital perbankan melonjak signifikan. Hal itu diikuti dengan munculnya risiko-risiko keamanan baru seperti kejahatan siber. 

“Kami lihat perkembangan digital ini berdampak pada dua hal. Pertama, kami excited bisa melakukan berbagai inovasi yang menarik. Namun juga di sisi lain adalah scary-nya. Memang risiko-risiko baru muncul bersamaan dengan pertumbuhan yang eksponensial,” ujar Indra.

2. Hal yang harus dilakukan ketika masuk ke era open banking

BRI, Perbanas, dan Bank Buku IV Perangi Kejahatan Siber di Perbankanunsplash.com/Austin Distel

Karena pandemik dan revolusi industri 4.0, maka transformasi layanan ke dalam bentuk digital menjadi keharusan bagi industri keuangan khususnya perbankan. Hal itu membuat sentrum transaksi dan layanan perbankan tidak lagi terjadi di kantor-kantor bank, tetapi bergeser ke gawai masing-masing nasabah. 

“Ketika masuk ke era open banking, kita masuk kepada eranya hyper collaboration. Ini di satu sisi adalah opportunity, tapi di sisi lain membawa eksposur kepada risiko yang jauh lebih besar. Tentu kita harus betul-betul mengantisipasinya dengan baik, melakukan governance yang jauh lebih baik, risk management yang tentu berbeda, dan compliance,” kata Indra.

3. BRI terus mengedukasi dan menyosialisasikan pentingnya menjaga kerahasiaan dan data pribadi nasabah

BRI, Perbanas, dan Bank Buku IV Perangi Kejahatan Siber di PerbankanUnsplash.com/Erdoardo Soares

Untuk memperkuat pengamanan layanan digital, BRI senantiasa melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para nasabah agar lebih sadar akan pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi mereka. Langkah itu diharapkan bisa meminimalisasi tindak kejahatan berupa pencurian data nasabah oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

BRI juga terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap keamanan layanan digital perseroan. Tanpa kepercayaan yang kuat, layanan yang dimiliki BRI tidak akan maksimal menjangkau seluruh nasabah.

“Penting bagi kami untuk menghadirkan digital trust ini kepada nasabah karena trust is the heart of customer experience. Di era ini, kami harus menata lagi business continue to management, melakukan skenario testing untuk menghadapi berbagai skenario-skenario dari serangan, melakukan aksi cepat ketika terjadi serangan, komunikasi dengan bahasa simpel, dan menata keamanan teknologi secara berlapis-lapis,” kata Indra. CSC

Baca Juga: Dinilai Berperan di Garis Depan Ekonomi, BRI Raih 2 Penghargaan Asiamoney

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya