Pandemik, Kaum Transpuan di Tulungagung Beralih Pekerjaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tulungagung, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang terjadi saat ini, berimbas ke semua lini terutama sektor ekonomi. Tak terkecuali bagi kaum transpuan di Kabupaten Tulungagung. Pendapatan mereka turun hingga 60 persen.
Mereka yang sebelumnya bekerja sebagai koki, perias, penjaga toko hingga pekerja seks komersial ini pun banting setir dan beralih ke pekerjaan baru. Selain harus beralih profesi, mereka juga mengeluhkan belum meratanya bantuan dari pemerintah.
1. Banyak yang menjadi tenaga freelance hingga pembantu rumah tangga
Ketua Apresiasi Waria dan Priawan Kota Tulungagung (Aprikot), Jossie Wilson menuturkan, adanya pembatasan kegiatan seperti hajatan pernikahan dan karnaval membuat mereka yang bekerja sebagai perias kehilangan pemasukan.
Sementara, pemberlakuan jam malam yang diterapkan Satgas COVID-19 menjadikan mereka yang mempunyai usaha sampingan makanan serta warung kopi mengalami penurunan omzet. Untuk tetap bertahan beberapa transpuan beralih bekerja ke sektor lain. "Seperti menjadi pembantu rumah tangga freelance dan lainnya, yang penting bisa bertahan," ujarnya, Sabtu (27/2/2021).
Baca Juga: Penyelundupan Sabu dengan Dilempar, LP Tulungagung Pasang Jaring
2. Bantuan belum merata karena masalah data
Editor’s picks
Selain harus beralih pekerjaan, mereka juga mengeluhkan belum meratanya bantuan dari pemerintah. Jossie menyebut beberapa transpuan memang sudah menerima bantuan seperti uang tunai dan paket sembako. Pemberian ini pun dirasa bisa sedikit meringankan beban mereka.
Namun, masih banyak di antara mereka yang tak mendapatkannya karena tidak terdata sebagai penerima oleh pihak desa. "Kita menerima bantuan yang disalurkan melalui desa, ada juga sembako dari Komisi Penanggulangan AIDS."
3. Meski belum dapatkan bantuan, ia sebut Tulungagung kondusif bagi kaun transpuan
Meski mengeluh, Jossie menilai secara umum situasi di Tulungagung saat ini cukup kondusif bagi kaum transpuan. Berdasarkan catatannya, belum pernah terjadi diskriminasi di Kota Marmer ini. Mereka bisa diterima oleh semua warga. Bahkan, mereka yang terjerat kasus hukum juga mendapatkan pelayanan setara dengan warga lainnya.
"Diakui atau tidak, senang atau tidak, transpuan ada di tengah masyarakat, kami juga berpartisipasi kepada negara, minimal membayar pajak." ujarnya.
Jumlah transpuan di Tulungagung sendiri diperkirakan mencapai 100 orang. Namun yang aktif dalam Aprikot hanya 45 orang. Dari jumlah total ini, sebanyak 85 persen di antaranya bekerja di berbagai sektor seperti salon, karyawan toko, perias dan lain sebaginya. Sedangkan 15 persen lainnya merupakan Pekerja Seks Komersial (PSK). "Kita tidak menutupi bahwa memang ada dari kita yang masih bekerja sebagai PSK," tuturnya.
Baca Juga: Kisah Transpuan di Balik Jeruji Besi Kota Pekanbaru
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.