Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari Tetangga

Para penggali kubur di Tegal Alur anggap sebagai ladang amal

Tangerang, IDN Times - Sudah 12 tahun Yayan Gustiawan menjalani pekerjaannya sebagai tukang gali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, tanpa perasaan cemas. Namun, selama satu bulan terakhir ini situasi dan kondisi di TPU tersebut sangat berbeda. 

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menunjuk TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Rangon sebagai TPU pemakaman khusus untuk jenazah COVID-19.

Pria yang tahun ini genap berusia 34 tahun itu, sudah belasan kali menggali kubur untuk para jenazah yang meninggal karena virus SARS-CoV-2 itu. Yayan tak menampik bahwa perasaannya selalu campur aduk saat menggotong peti jenazah yang terlapisi plastik serta berwarna putih dan kecokelatan.

Yayan bersama tujuh rekan lainnya yang tergabung dalam tim D selalu mengenakan pakaian dekontaminasi (hazmat) dan masker, sebagai syarat untuk memakamkan jenazah tersebut. 

Baca Juga: [FOTO] Sepinya Prosesi Pemakaman Jenazah COVID-19 di TPU Tegal Alur

1. Yayan: sebenarnya kami takut, tapi ini tanggung jawab kami

Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari TetanggaIDN Times/Candra Irawan

Yayan mengungkapkan, ketakutan akan terinfeksi virus mematikan itu tidak pernah lepas dari pikirannya, ditambah perasaan cemas ketika pulang ke rumah dan bertemu dua anak serta istrinya.

"Sebenarnya kami takut semua, cuma ini tugas kita dan kita juga harus melakukan tanggung jawab ini," jelasnya kepada IDN Times di lokasi, Selasa (7/3).

2. Tukang gali kubur itu hanya minta didoakan agar mereka selalu sehat

Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari TetanggaIDN Times/Candra Irawan

Yayan sadar pekerjaannya yang selama ini kerap diremehkan, kini menjadi sangat penting di tengah wabah COVID-19. Namun, Yayan mengaku tidak pernah menuntut banyak dari pemerintah terkait soal peralatan dan perlengkapan pendukung dalam bekerja. 

"Untuk sekarang saya hanya minta didoakan terus sama seluruh rakyat Indonesia, mudah-mudahan tukang gali kubur seperti kita sehat terus. Jadi kita bisa kasih yang terbaik buat orang yang sudah meninggal dunia," ujarnya.

3. Mereka juga minta masyarakat ikuti imbauan pemerintah

Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari TetanggaIDN Times/Candra Irawan

Di TPU Tegal Alur, sedikitnya ada empat tim yang terdiri dari tim A, B, C dan D. Seluruh tim itu secara bergantian memakamkan jenazah COVID-19. Jika dulu mereka hanya bekerja dari pagi hingga sore, saat ini tukang gali dituntut bekerja dari pagi hingga malam hari.

Selama wabah COVID-19, korban terus berjatuhan. Hal itu juga mempengaruhi waktu bekerja para tukang gali kubur. Yayan mengaku, sudah siaga sejak pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB. "Hari inì saja sudah masuk 10 dan rencananya hari ini ada 10 jenazah," kata dia. 

Namun, Yayan hanya meminta masyarakat mendoakan kesehatan dia dan rekan-rekannya supaya tetap sehat. "Selain doanya, kami juga meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah dan mengikuti imbauan dari pemerintah. Karena di sini kami yang mengerti bagaimana korban meninggal itu terus berjatuhan. Sayangi diri dan keluarga," katanya.

4. Sempat dijauhi tetangga, tukang gali kubur: masyarakat masih awam

Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari TetanggaIDN Times/Candra Irawan

Selain dituntut bekerja hingga larut malam, mereka juga dituntut untuk menjaga kondisi kesehatan mereka selalu bugar. Beruntung TPU Tegal Alur menyediakan vitamin dan suplemen kesehatan kepada petugas pemakaman.

Menurut Yayan, dahulu pekerjaannya itu tidak terlalu diperhatikan dan diperhitungkan oleh masyarakat di sekitar lingkungannya. Namun saat ini berbeda, Yayan merasakan bagaimana para tetangga menjauhi dirinya.

"Tetangga kita mungkin ada rasa takut sebagai orang awam terhadap virus ini, kita juga takut, cuma ini juga pekerjaan kita," ungkapnya.

5. Keluarga tukang gali kubur juga sempat meminta mereka tidak pulang ke rumah dahulu

Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari TetanggaIDN Times/Candra Irawan

Tidak hanya Yayan, salah satu tukang gali kubur lainnya yang bernama Tohari, 48 tahun, juga mengungkapkan hal yang sama. Tohari yang masuk ke dalam tim B, bahkan sempat merasakan larangan untuk pulang ke rumah oleh istrinya sendiri. 

"Waktu awal-awal semua pada ketakutan. Sampai-sampai, kita itu menginap di pos jaga dan gedung di TPU. Karena tidak boleh pulang sama keluarga kita, untungnya makanan dan minuman tersedia," jelasnya.

6. Tukang gali kubur merasakan dijauhi oleh masyarakat

Cerita Tukang Gali Kubur: Dilarang Pulang, Dihindari TetanggaIDN Times/Candra Irawan

Tidak sampai di situ, perlakuan berbeda juga ia rasakan ketika tengah membeli makanan di rumah makan sederhana di sekitar TPU.

"Kita pakai pakaian ini (Sudin Pertamanan dan Pemakaman) warna hijau dijauhin lagi makan di warung tegal (warteg), sama kita juga dijauhin sama tetangga," ucap Tohari.

Baca Juga: [LINIMASA] Wabah COVID-19 Hantui Warga Banten

Yuk, kita doakan mereka ya guys agar tetap sehat selalu. 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya