Depresi Caleg Gagal? Rumah Sakit ini Berikan Layanan Kejiwaan

Tenang, identitas pasien akan dirahasiakan

Bantul, IDN Times - Kontestasi politik pada Pemilu 2019, khususnya di jalur legislatif, tak hanya menghabiskan energi dan pikiran namun juga terkadang uang dengan jumlah yang tak sedikit. Bahkan, untuk maju menjadi "anggota dewan" di tingkat kabupaten atau kota, tak jarang seorang caleg bisa menghabiskan uang ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Bagi caleg yang terpilih, mewakili rakyat merupakan bentuk keberhasilan meski harus merogoh kocek dalam-dalam. Akan tetapi, bagi yang gagal terpilih dan telah menghabiskan uang dalam jumlah cukup banyak, tidak menutup kemungkinan si Caleg mengalami stres, depresi, bahkan masalah kejiwaan yang lebih parah.

Baca Juga: Antisipasi Caleg Depresi, RSKD Dadi Makassar Siapkan Kamar VIP

1. RSUD Bantul sudah memiliki layanan psikologis klinis

Depresi Caleg Gagal? Rumah Sakit ini Berikan Layanan KejiwaanIDN Times/Daruwaskita

Potensi banyaknya caleg gagal yang membutuhkan pendampingan jiwa sudah diantisipasi oleh RSUD Panembahan Senopati, Kabupaten Bantul. Rumah sakit ini telah memiliki layanan psikologi klinis dan layanan penyakit kejiwaan.

"Kita siap memberikan pelayanan konsultasi kepada caleg-caleg yang mengalami depresi akibat gagal terpilih menjadi anggota DPRD," kata Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Panembahan Senopati Bantul, Agus Budi Raharja kepada IDN Times, Kamis (14/3).

2. Tak perlu malu untuk konsultasi ke klinik kejiwaan‎

Depresi Caleg Gagal? Rumah Sakit ini Berikan Layanan KejiwaanIDN Times/Daruwaskita

Gus Bud (panggilan akrab Agus Budi Raharja) mengatakan para caleg yang gagal terpilih dan merasa depresi pasca-pemilu tidak perlu malu untuk konsultasi jika memang mengalaminya. Sebab, jika malu-malu, maka akan berdampak pada kesehatan kejiwaan si Caleg.

"Silakan konsultasi dan kami akan menjamin kerahasiaan identitas yang bersangkutan (caleg yang alami depresi)," ucapnya.

Menurut keterangan rumah sakit, biaya konsultasi dengan dokter jiwa atau psikiater di sini "tidak sampai Rp50 ribu". Harga obat bisa bervariasi tergantung kondisi yang dialami pasien. "Tergantung jenis obatnya tapi (total biaya) biasanya masih di bawah Rp200 ribu sudah termasuk konseling," kata Gus Bud.

3.RSUD Wonosari juga berikan layanan konsultasi gangguan kejiwaan

Depresi Caleg Gagal? Rumah Sakit ini Berikan Layanan KejiwaanWww.facebook.com/rsud wonosari

Tak hanya RSUD Panembahan Senopati di Bantul, RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul juga telah mengantisipasi jika ada lonjakan pasien caleg depresi yang gagal terpilih dalam Pemilu 2019 nanti.

"Yang jelas, (caleg gagal terpilih) bisa konsultasi melalui poli jiwa," ujar psikiater RSUD Wonosari, Ida Rochmawati.

Menurutnya untuk proses pemulihan, seorang pasien yang mengalami depresi memerlukan waktu, mengingat kondisi fisik dan psikis pasien mempengaruhi proses penyembuhan.

"Waktunya bervariasi ya, karena untuk mengatasi depresi sendiri sangat tergantung pada kondisi masing-masing pasien," ujarnya.

4. Depresi pasca-pemilu biasanya menimpa Caleg baru yang sudah habiskan biaya sangat banyak‎

Depresi Caleg Gagal? Rumah Sakit ini Berikan Layanan KejiwaanIDN Times/Daruwaskita

Sementara itu Enggar Suryo Jatmiko, salah caleg DPRD Kabupaten Bantul dari daerah pemilihan Kecamatan Bantul-Sewon, tak membantah jika caleg yang gagal terpilih mengalami depresi. Bahkan, jika uang yang digunakan sebagai modal untuk bertarung dalam pemilu legislatif berasal dari penjualan harta orangtua atau dari utang, bisa saja caleg terkena gangguan jiwa.

"Itu kan fakta dan bukan menjadi rahasia umum lagi, sehingga jika ingin menjadi caleg memang harus kuat segala. Kuat mental dan kuat modalnya juga. Saya ini berbicara fakta di lapangan saja," kata anggota Komisi D DPRD Bantul dari Fraksi Gerindra ini.

Biasanya, kata Miko, caleg-caleg yang gagal terpilih dan depresi adalah mereka yang pertama kali maju sebagai calon anggota legislatif. Sebab, caleg pemula memang butuh modal yang lebih besar dibandingkan dengan caleg incumbent. Caleg yang baru butuh memperkenalkan diri melalui sosialisasi dan turun ke masyarakat dapilnya. Kegiatan tersebut tidak murah dan butuh kerja keras.

"Memang caleg incumbent banyak yang diuntungkan karena sudah membina konstituennya lebih dari empat tahun dan banyak program dan aspirasi yang sudah dirasakan oleh konstituennya," kata politisi muda Partai Gerindra yang hingga saat ini masih betah melajang ini.‎

Baca Juga: Pemilu Rawan Picu Hipertensi pada Masyarakat Indonesia

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya