Kerajinan Kaca Ukir Antar Daryono Jadi Perajin Sukses di Bantul

Dihantam krisis ekonomi dunia, istri sempat jualan pulsa

Bantul, IDN Times - Menekuni kerajinan kaca ukir warisan orang tua yang dirintis sejak tahun 1997, akhirnya berbuah manis bagi Sapto Daryono (46), warga Jalan Parangtritis KM 11, Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul, DI Yogyakarta.

Meski sempat terpuruk pada krisis ekonomi dunia sekitar tahun 2007 hingga 2008 lalu, kini usaha kerajinan yang menggunakan bahan baku kaca ini bisa mengirim 3 kontainer untuk diekspor tiap bulan.

Baca Juga: 8 Langkah Mudah Bikin String Art, Kerajinan Unik dari Paku dan Benang

1. Nekat melanjutkan usaha orang tua

Kerajinan Kaca Ukir Antar Daryono Jadi Perajin Sukses di BantulIDN Times/Daruwaskita

Lelaki kelahiran Solo, Jawa Tengah, ini bercerita kepada IDN Times di tengah acara Visit Factory JIFFNA 2019 yang berlangsung di Ride One Gallery. Pada 1990an, usaha warisan orang tuanya itu hanya bisa memasok pabrik yang lebih besar, sebelum diekspor.

"Dulu waktu zaman ayah saya, kaca ukir tidak langsung dijual ke buyer, tapi melalui pabrik yang lebih besar lagi. Istilahnya, kita sub barang sesuai keinginan pabrik sehingga harganya pun masih rendah."‎

Ketika orang tuanya sudah bosan dengan usaha kaca ukir, Daryono mengaku masih mempunyai semangat untuk melanjutkan usaha. Dia pun melakukan inovasi dengan cara mulai mengikuti pameran tingkat internasional pada 2000.

"Saat pertama kali ikut pameran furnitur dan kerajinan tingkat internasional di Jakarta, saya mendapatkan pesanan dari buyer asing meski jumlahnya belum banyak. Itulah awal mula saya bisa langsung menjual produk kepada buyer," ujar Sapto.

2. Terima pesanan buyer asing dari Malaysia dan Argentina‎

Kerajinan Kaca Ukir Antar Daryono Jadi Perajin Sukses di BantulIDN Times/Daruwaskita

Pesanan awal dari buyer luar negeri tersebut tepatnya datang dari Malaysia dan Argentina. Jumlahnya pun belum begitu banyak, yaitu setengah kontainer. 

‎"Saat itu, saya baru punya tiga karyawan dan harus menambah jumlah karyawan supaya bisa menyelesaikan pesanan tepat waktu," cerita Daryono.

3. Usaha terpuruk akibat krisis ekonomi dunia‎

Kerajinan Kaca Ukir Antar Daryono Jadi Perajin Sukses di BantulIDN Times/Daruwaskita

Krisis ekonomi dunia yang terjadi pada 2007 hingga 2008 pun sempat membuat usahanya nyaris bangkrut. Banyak karyawan yang harus dirumahkan karena sama sekali tidak ada pesanan.

"Saat itu, istri saya harus jualan pulsa telepon untuk menambah penghasilan," kata bapak dua anak ini.

4. Ekonomi dunia membaik, pesanan buyer asing melonjak

Kerajinan Kaca Ukir Antar Daryono Jadi Perajin Sukses di BantulIDN Times/Daruwaskita

Setelah 2008, para buyer yang sudah kenal lama kembali memesan produk mereka. 

"Dari 2008 itu, pesanan terus berdatangan. Bahkan, buyer dari Timur Tengah dan Eropa juga mulai melirik kerajinan kaca ukir," kisah Daryono.

Untuk memenuhi permintaan buyer yang datang dari berbagai negara Eropa, Timur Tengah, hingga Amerika, Daryono pun menambah jumlah karyawan sampai sekitar 30 orang.

5. Semakin ke sini, penjualan online ikut meningkat

Kerajinan Kaca Ukir Antar Daryono Jadi Perajin Sukses di BantulIDN Times/Daruwaskita

Daryono mengaku, semakin ke sini, pemesanan secara online lebih banyak dibandingkan konvensional. Namun demikian, pesanan dari buyer asing terbanyak tetap datang saat pameran tingkat internasional.

Baca Juga: Peduli Sampah! Ini yang Dilakukan Para Pengrajin Daur Ulang di Medan

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya