Apa Itu Bank Sampah dan Bagaimana Cara Menabungnya?

Menabung di bank sampah bantu menyelamatkan lingkungan

Jakarta, IDN Times - Bank sampah menjadi salah satu upaya Pemprov DKI Jakarta untuk membuat masyarakat melakukan gerakan memilah sampah sejak dari rumah.

Apalagi, saat ini Pemprov DKI Jakarta tengah menerapkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah di Tingkat Rukun Warga (RW).

Seorang nasabah bank sampah, Rima (29 tahun), mengaku diuntungkan dengan menabung di bank sampah.

Selain peduli lingkungan dan hidup lebih sehat serta minimalis, kata dia, menabung di bank sampah juga bisa memberinya pendapatan tambahan, meski tak begitu besar.

"Sampah plastik biasanya dikumpulin dulu. Aku biasa setor per tiga bulan, biar kiloannya gede di buku catatan. Per tiga bulan, aku bisa kumpulin 3-6 kg, bisa Rp25 ribu sampai Rp40 ribu," kata Rima kepada IDN Times, Selasa (13/9/2022).

Beberapa sampah anorganik yang disetor Rima biasanya berupa material kardus, botol kaca, botol plastik kemasan, hingga jelantah.

Meski begitu, ujar Rima, untuk menyetor ke bank sampah, tidak bisa hanya sekedar memilah dan mengumpulkannya. Sebab, sampah plastik yang akan disetor harus bersih.

"Nah, effort luangin waktu buat bersihin dulu juga. Ini kalau malas, susah sih!" ujar dia.

Baca Juga: 14 Persen dari 7.800 Ton Sampah Jakarta adalah Plastik 

1. Sudah 56 persen warga taat memilah sampah

Apa Itu Bank Sampah dan Bagaimana Cara Menabungnya?pilah sampah sesuai kategori (Unsplash.com/NareetaMartin)

Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan, mengatakan, saat ini sebanyak 56 persen warga Jakarta dinilai sudah bergerak dengan taat memilah dan mengeluarkan sampah secara terjadwal.

Hal tersebut merupakan hasil kegiatan Pekan Gerakan Jakarta Sadar Sampah pada HUT ke-495 DKI Jakarta pada Juni lalu.

Kegiatan tersebut dilakukan terhadap detail pengolahan sampah RW yang sudah ada di setiap RW di Jakarta, yakni sebanyak 2.383 RW.

"Kami sudah pernah bikin satu gerakan, 56 persennya sudah bergerak (memilah sampah). Sudah lumayan, warga Jakarta sudah punya detail pengolahan sampah RW dan mereka memilah dan mengolah sampah di lingkungan RW-nya," kata Yogi.

Di samping itu, saat ini, pihaknya juga sedang melakukan survei tentang ketaatan warga Jakarta terhadap pemilahan dan pengeluaran sampah terjadwal tersebut.

Baca Juga: Baru 50 Persen Pasar di Jakarta yang Tak Pakai Kantong Plastik

2. Warga harus memilah sampah sejak dari rumah

Apa Itu Bank Sampah dan Bagaimana Cara Menabungnya?Ilustrasi sampah plastik (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Yogi mengatakan, sebab Pergub Nomor 77 Tahun 2020 sedang diterapkan, maka masyarakat harus membiasakan diri memilah sampah dari rumah dan mengeluarkannya secara terjadwal.

"Jadi mulanya, masyarakat memilah sampah dari rumah dan mengeluarkan sampah terjadwal. Nanti setelah sampah itu dipilah, ujungnya juga beda-beda," kata Yoga.

Untuk sampah anorganik, kata dia, maka akan berujung ke bank sampah di RW, sedangkan sampah organik atau yang mudah terurai akan berujung di composting communal yang juga ada di RW.

"Jadi nanti hanya residu saja yang sudah tidak bisa diolah (dibuang) ke TPS dan TPA di Bantargebang. Selebihnya, itu bisa di-recovery di tingkat komunal, di tingkat RW. Mulainya dari memilah sampah dari rumah dan mengeluarkannya terjadwal," kata dia.

Baca Juga: 56 Persen Warga Jakarta Sudah Taat Memilah Sampah

3. Cara menggenjot warga yang belum memiliki kesadaran memilah sampah

Apa Itu Bank Sampah dan Bagaimana Cara Menabungnya?Instagram.com/plastikdetoxbali

Perihal masih banyaknya warga yang belum sadar pentingnya memilah sampah, kata dia, pihaknya pun menyediakan berbagai stimulus.

Antara lain melatih pengurus lingkungan seputar detail pengolahan sampah RW dalam pengelolaan sampah, pendampingan petugas setiap RW hingga pemberian sarana-prasarana kebersihan.

"Ada 13 item alat kebersihan yang diberikan ke RW-RW itu. Dari composter, bak sampah, mesin pencacah, hingga timbangan bank sampah untuk memilah dan mengolah sampah di lingkungan RW-nya," kata dia.

Adapun sarana dan prasarana kebersihan itu baru diberikan ke 50 persen RW di DKI pada tahun ini. Sisanya, akan diberikan tahun depan.

Sementara bank sampah, kata dia, terdapat nilai ekonomis untuk sampah yang dipilah dan diberikan ke bank sampah.

"Berbagai jenis plastik kalau dipilih itu nilainya ada, logam-logaman ada sendiri (nilainya), botol-botolan ada sendiri. Itu bisa jadi tabungan warga. Diharapkan itu bisa jadi stimulus untuk memilah dan nabung di bank sampah RW-nya," ucap dia.

Baca Juga: Wagub DKI Kagum Pengelolaan Sampah di Jepang, Akui Jakarta Masih Jauh

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya