Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia

Dari tahun 2012 hingga 2018, PTM di Indonesia meningkat

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengatakan, penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Dalam satu dekade ini, kata dia, penyakit tidak menular menjadi global pandemik. Bahkan 80 persen kasus kematian di negara berkembang disebabkan oleh itu.

"Berdasarkan data tahun 2019, untuk Indonesia kebanyakan penyakit yang tidak menular itu menjadi penyumbang tertinggi kasus kematian," kata Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Selasa (6/12/2022).

1. Persentase PTM di Indonesia

Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesiailustrasi tekanan darah tinggi atau hipertensi (pixabay.com/stevepb)

Muhadjir mengatakan, dari tahun 2012 hingga 2018, PTM di Indonesia mengalami peningkatan.

Penduduk yang mengalami hipertensi atau darah tinggi meningkat menjadi 34,1 persen, diabetes 8,5 persen, dan obesitas 41 persen.

"Semua itu ditambah dengan tingginya insiden penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS, dan lain-lain. Diperparah juga dengan COVID-19," kata dia.

Data aplikasi Sehat IndonesiaKu yang diterbitkan Kemenkes per 2 Desember 2022, dari 6.270.759 orang yang melakukan deteksi dini PTM, diperoleh gambaran sebanyak 2.453.689 orang (39.13 persen) obesitas, 1.941.170 (30.96 persen) hipertensi, dan 138.415 orang (2.21 persen) diabetes melitus tipe 2.

Pada tahun 2020, angka insiden TBC di Indonesia masih sebesar 301 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 34 per 100.000 penduduk.

Kelompok umur yang menderita HIV dan AIDS terbanyak ada pada usia produktif, yakni 69,7 persen usia 25-49 tahun dengan HIV positif dan 34,2 persen usia 30-39 tahun dengan AIDS.

Baca Juga: Terapkan Hidup Sehat, KPK hingga Polri Dapat Penghargaan dari Presiden

2. Penyebabnya pola hidup tak sehat

Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Tertinggi di IndonesiaFreepik.com

Seluruh penyakit itu, ujar Muhadjir, disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat.

Pemicunya adalah kurangnya aktivitas fisik, konsumsi gula, garam, lemak yang tinggi, konsumsi makanan yang tidak mengikuti pola gizi seimbang, serta konsumsi tembakau yang tinggi, terutama pada kelompok anak usia sekolah.

Oleh karena itu, ujar dia, terdapat payung hukum berupa Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang telah dicanangkan.

"Ini menjadi poros utama dalam pengendalian faktor risiko masyarakat demi sumber daya manusia berkualitas," kata dia.

Baca Juga: Kabar Bahagia! Launching Germas dan Gerimis di Kongbeng

3. Germas harus jadi gerakan massal

Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Tertinggi di IndonesiaSejumlah kementerian/lembaga mendapatkan penghargaan Germas Award 2022 yang diserahkan Menko PMK, Muhadjir Effendy di Kantor Kemenko PMK, Selasa (6/12/2022). (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Lebih lanjut, Muhadjir berharap agar Germas menjadi gerakan massal yang dilakukan seluruh masyarakat untuk pencegahan penyakit.

"Germas untuk melakuakn pencegahan penyakit menjadi gerakan massal, masif yang tidak hanya diinisiasi oleh pemerintah, tapi betul-betul tumbuh berkembang dengan kesadaran dari masyarakat," ujar dia.

Germas sendiri bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.

Aksi ini dilakukan dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.

Selain itu, Germas juga dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka mordibitas dan mortalitas PTM dan penyakit menular.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya