Uniknya Batik Mangrove Hasil Karya Perajin Desa Mangkang

Pemanfaatan mangrove sebagai bahan pewarna batik

Jakarta, IDN Times - Siapa sangka pohon mangrove yang dikenal untuk mencegah abrasi juga memiliki manfaat sebagai bahan pewarna batik.

Pemanfaatan mangrove sebagai bahan pewarna batik itu dilakukan oleh ibu-ibu yang ada di Desa Mangkang, Semarang, Jawa Tengah.

Mereka memanfaatkan limbah pohon mangrove seperti akar, kulit, hingga buahnya untuk diolah menjadi bahan pewarna batik.

1. Mulai sejak tahun 2014

Uniknya Batik Mangrove Hasil Karya Perajin Desa MangkangBatik mangrove memiliki ciri khas tersendiri. (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Salah satu perajin batik mangrove, yakni Nurhayati, mengatakan dirinya bersama ibu-ibu setempat mulai membatik dengan limbah pohon mangrove itu pada 2014.

Dia memastikan, bahan pewarna batik dari mangrove juga tidak luntur saat dicuci, asalkan tidak dicuci dengan detergen.

"Karena ini pesisir, jadi motifnya adalah mangrove, ikan, kepiting," kata dia.

Nur mengaku, saat ini dirinya kekurangan sumber daya yang mendesain untuk batik mangrove tersebut. Sebab, saat ini, perajin batik mangrove di Desa Mangkang tinggal 5 orang.

Baca Juga: Petani Minta Pemerintah Serius Tanam Mangrove, Jangan Cuma Seremoni

2. Batik dibuat jika ada pesanan hingga sampai ke pameran

Uniknya Batik Mangrove Hasil Karya Perajin Desa MangkangPembatik di Desa Mangkang yang memanfaatkan limbah pohon mangrove. (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Nurhayati mengatakan, dalam sekali membuat batik, satu orang membutuhkan waktu 2-3 minggu. Sebab, seluruh batik mangrove dibuat dengan cara ditulis menggunakan canting. Kain yang digunakan pun adalah kain primis.

Warna asli yang dihasilkan dari mangrove tersebut adalah coklat muda dan tua. Warna itu dihaslkan setelah dilakukan beberapa kali pencelupan, bahkan ada yang mencapai 35 kali.

"(Dijual) kalau ada pesanan. Biasanya kami ke pameran. Kalau ada tamu-tamu dijual sekalian," kata dia.

Beberapa pameran yang pernah diikuti ada di Jakarta, Pemalang, hingga Rembang. Bahkan, Nurhayati dan kawan-kawan juga mengajari ibu-ibu di kota lain untuk memanfaatkan mangrove, seperti di Bengkalis, Riau.

3. Harga batik mangrove Desa Mangkang

Uniknya Batik Mangrove Hasil Karya Perajin Desa MangkangProses mencelup batik mangrove. (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Adapun kain batik mangrove tersebut dibanderol dengan harga Rp300 ribu-500 ribu, tergantung motifnya.

Nurhayati mengatakan, pengerjaan batik mangrove yang sulit adalah motif yang rapat. Pengerjaan yang sulit itu pula yang menentukan harga batik tersebut.

Selain itu, batik produksinya juga ada yang sudah dipatenkan, yakni batik motif pohon mangrove utuh dan bunga mangrove.

Baca Juga: Peduli Lingkungan, Djarum Foundation Tanam Lebih dari 2 Juta Pohon

4. Ingin ajak anak muda lestarikan batik mangrove

Uniknya Batik Mangrove Hasil Karya Perajin Desa MangkangProses menggambar motif batik mangrove. (IDN Times/Deti Mega Purnamasari

Lebih lanjut Nur mengatakan, pihaknya sangat ingin mengajak anak-anak muda di Desa Mangkang untuk melestarikan batik mangrove. Salah satunya melalui Karang Taruna di desa tersebut.

"Ingin ajak yang muda-muda, Karang Taruna di sini. Sekarang belum ada yang handle dari kelurahan. Minatnya sedikit," kata Nur.

Nur mengaku, banyak anak muda di desanya yang justru ingin bekerja sebagai buruh pabrik atau di tempat lainnya.

"Inginnya anak-anak muda juga mau (membatik mangrove)," katanya.

Nur juga berharap, pemerintah bisa memberikan dukungan nyata dan bukan hanya memerintahkan semata.

"Kami kan kurang modal, pemerintah kalau nyuruh juga harus dukung. Jangan nyuruh, tapi ditinggal. Harus didampingi," ucap dia.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya