[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama Manusia

Kalau sudah berakibat fatal, baru menyesal.

"Gendut! Badannya kayak kulkas dua pintu!"

Cibiran seperti itu sudah menjadi makanan saya sehari-hari ketika duduk di bangku SMA. Meski saya selalu menanggapinya dengan senyum, dalam hati kecil saya selalu bertanya, "Apa salah saya sampai teman-teman segitunya? Apa berbadan jumbo haram dan dilarang Undang-undang?"

Lebih parah lagi ketika saya SD. Hampir setiap hari saya pulang dalam keadaan menangis. Ada saja yang menjahili saya. Ketika saya SD-SMP, bullying atau perundungan berupa mengolok-olok nama orang tua sangat populer. Kedengarannya sepele, tapi hanya menyebut nama orang tua bisa berujung baku hantam. Seperti yang saya alami. Seorang anak lelaki yang mengenal saya tiba-tiba mengolok-olok nama orang tua saya. Tak mau kalah, saya pun menyebut nama orang tuanya. Adu mulut yang kami alami berubah menjadi baku hantam. Saya jelas kalah.

Adapula cerita seorang kawan. Dia tampak tak pernah ambil pusing ketika dibully teman-temannya. Dia selalu terlihat santai dan tersenyum menanggapi bully-an. Teman-temannya pun semakin gemas melihat dia yang tak pernah marah ketika dijadikan bahan candaan. Jenis bully yang dia alami biasanya berupa body shaming atau mengejek bentuk tubuh. 

Tapi siapa sangka, sosoknya yang terkenal kalem saat itu berubah drastis. Mungkin karena sudah lelah menjadi bahan ejekan. Dia marah dan menangis tersedu-sedu. Anehnya, dia malah melampiaskan kekesalan dan kemarahannya kepada sebuah batu. Ia memprotes kenapa dirinya selalu menjadi korban bullying.

Becandaan serupa memang selalu dianggap remeh. Alih-alih hanya becanda, pelaku bullying seringkali tak mempedulikan lagi perasaan orang lain. Bahkan, label "dilarang baper (bawa perasaan)" seakan semakin menghalalkan bullying. Jika ada yang tersinggung, maka serempak akan menyebut orang tersebut terlalu baper dan nggak asik. Becanda dan dilarang baper kini tampaknya menjadi satu paket yang tak bisa dipisahkan.

Komnas HAM menegaskan bullying mempunyai dampak negatif, misalnya dapat menimbulkan trauma maupun tekanan psikologis. Namun, selama ini korban bullying cenderung diam karena tindakan ini masih dalam ranah abu-abu. Dari data Komnas HAM, sebanyak 80 persen pelajar mengalami kekerasan di sekolah, baik secara verbal maupun fisik. Kasus lain yang mendukung angka tersebut yakni tindak kekerasan, pelecehan, serta tawuran pelajar.

Bullying, menurut Komnas HAM, merupakan tindahkan merendahkan martabat pada anak secara psikis dan memiliki tingkatan hukum bervariasi. Langkah hukum baru akan dilakukan ketika terjadi kekerasan fisik. Namun faktanya, belum banyak aturan hukum yang mengaturnya. Kasus hukum tersebut dimasukkan dalam ranah etika dan moral. Berdasarkan data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), angka kasus kekerasan anak di Indonesia tertinggi, yakni mencapai 84 persen. Indonesia berada di atas negara lain seperti Vietnam (79 persen), Nepal (79 persen), Kamboja (73 persen), dan Pakistan (43 persen). 

[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama ManusiaLiputan6.com

Belakangan, bullying berupa kekerasan fisik semakin marak. Terutama saat pelaksanaan masa orientasi siswa baru, ospek, atau pendidikan dan pelatihan yang dilakukan institusi pendidikan. Pelaku bullying biasanya berasal dari senior. Alih-alih melatih mental "anak baru", tindakan mereka justru seringkali membahayakan hingga merenggut nyawa korban.

Baca juga: Kejamnya "Perayaan" Ulang Tahun Ala Indonesia, Kamu Setuju?

1. Mahasiswa STIP tewas dipukul.

[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama ManusiaKoransindo.com

Amirullah Adityas Putra, mahasiswa baru Sekolah ‎Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, tewas karena pukulan di sekitar uluh hati yang dilakukan salah satu seniornya. Penganiayaan itu terjadi di Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205 Jalan Marunda Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, pada 10 Januari 2017 lalu. Remaja berusia 18 tahun itu dipukul bergantian di bagian dada, perut, hingga ulu hati oleh empat seniornya.

Dikabarkan sebelumnya, penganiayaan di STIP memang sering terjadi. Sistem senioritas ditengarai menjadi salah satu faktornya. Bukan tanpa rencana, biasanya mereka merencanakan penganiayaan mulai dari mengumpulkan korban.

2. Diksar maut UII.

[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama ManusiaTempo.co

Sebanyak 14 mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta terluka akibat tindak penganiayaan saat pendidikan dasar yang diselenggaran Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala). Mereka dilarikan ke rumah sakit dengan beragam keluhan. Di antaranya luka lecet, memar, infeksi saluran kencing, gangguan pernapasan, dan pendarahan lambung. Setelah dilakukan screening, tidak ada yang mengalami cedera berat di tulang, melainkan cedera saraf. Tersangka diperkirakan lebih dari lima orang.

3. Penganiayaan pelajar SMP di Cirebon.

[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama Manusiabullyingeducation.org

Pelaku dan korban ialah teman sepermainan. Korban harus menjalani 'sidang' karena dianggap sebagai penghianat lantaran bergaul dengan kelompok lain. Awalnya, hanya pelaku Ir yang ingin mengerjai Ro. Namun, teman-temannya yang lain terpancing emosi, sehingga turut menyumbang pukulan.

4. Remaja 18 tahun tembak kepala sendiri.

[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama ManusiaCnn.com

Brandy Vela tak tahan lagi terus-menerus menjadi korban bullying. Dia mengirimkan pesan pendek kepada keluarganya, "Aku sangat mencintai kalian, tolong ingatlah hal tersebut. Aku minta maaf atas semua yang kulakukan," seperti dikutip CNN.

Menerima pesan tersebut, orangtua serta kakek dan neneknya cepat-cepat bergegas mendatangi kamar Brandy. Saat tiba di kamar, gadis 18 tahun asal Texas itu siap menarik pelatuk pistol di kepalanya sendiri. Kakaknya, Jackie, menyatakan adiknya bullying. Selain sering diejek karena berat badannya, Brandy juga menjadi korban cyber-bullying melalui akun Facebook-nya.

5. Bunuh diri karena diolok-olok mantan pacar.

[OPINI] Stop Bullying, Hargai Martabat Sesama ManusiaMeganmeierfoundation.org

Megan Taylor Meier nekat gantung diri beberapa minggu sebelum hari ulang tahunnya ke-14, karena tak tahan dibully teman-temannya. Berawal dari pertengkarannya dengan sang kekasih yang meminta putus dengan alasan Megan bukanlah tipenya. Bahkan, sang pacar bertindak sangat jahat dengan menjelek-jelekan gadis yang tinggal di  Missouri, Amerika Serikat, itu di depan teman-temannya. Megan dijuluki memiliki badan yang gemuk, berperilaku tidak baik, dan tidak disukai oleh teman-temannya.

So guys, berhentilah membully teman-teman kita dengan mengatasnamakan becanda belaka. Selain bisa berakibat fatal, bully merupakan tindakan yang merendahkan martabat sesama manusia. Bukankah kita juga selalu ingin dihargai?

Baca juga: Cubit Murid, Guru SMP Ini Masuk Penjara! Wajar atau Lebay?

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya