5 Fakta Amukan COVID-19 di Kudus, Penanganan Buruk, Kasus Naik 30 Kali

Tradisi Lebaran Idul Fitri pemicu kasus masif di Kudus

Kudus, IDN Times - Kasus aktif COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah terus meningkat. Bahkan daerah tersebut kini menjadi terbanyak kasusnya di Indonesia. IDN Times menghadirkan 5 fakta mengenai virus corona yang mengamuk di Kota Kretek tersebut.

1. Kasus COVID-19 di Kudus naik 30 kali lipat

5 Fakta Amukan COVID-19 di Kudus, Penanganan Buruk, Kasus Naik 30 KaliWarga melintas di depan objek wisata religi Masjid Menara Kudus, Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Dari catatan Satgas Penanganan COVID-19 dalam beberapa hari terakhir, kasus virus corona di Kudus mengalami kenaikan siginifikan mencapai 30 kali lipat. Yaitu dari harian hanya 26 kasus kini menjadi 929 kasus.

Kenaikan tersebut juga menambah jumlah kasus aktif menjadi 1.280 orang atau 21,41 persen dari dari total kasus COVID-19. Bahkan kasus aktif di Kudus angkanya jauh lebih besar dari angka kasus aktif nasional yang hanya sebesar 5,47 persen.

2. Banyak tenaga kesehatan di Kudus kena virus corona

5 Fakta Amukan COVID-19 di Kudus, Penanganan Buruk, Kasus Naik 30 KaliIlustrasi tenaa kesehatan (ANTARA FOTO/Fauzan)

Kenaikan kasus harian tersebut diperparah dengan kondisi banyaknya tenaga kesehatan yang terkena COVID-19. Hingga Jumat (4/6/2021), menurut Satgas COVID-19 Pusat, jumlanya mencapai 189 orang.

Sementara untuk tingkat keterisian tempat tidur di Kudus juga meningkat tajam. Dari data per 1 Juni 2021, kondisinya lebih dari 90 persen dari kapasitas tempat tidur yang ada sudah terisi.

"Satgas meminta agar pemerintah daerah dan satgas daerah di Kudus melakukan pembatasan mobilisasi secara maksimal. Agar penularan tidak meluas, dengan senantiasa memantau kondisi masing-masing daerah," Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito memberi keterangan pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jumat (4/6/2021) melansir melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Baca Juga: Kewalahan! Polisi Bantu Pemakaman Jenazah Pasien COVID-19 Kudus 

3. Tradisi Lebaran Idul Fitri di Kudus penyebab COVID-19 naik

5 Fakta Amukan COVID-19 di Kudus, Penanganan Buruk, Kasus Naik 30 KaliANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Ganip Warsito menyebut tradisi Lebaran Idul Fitri, berupa wisata religi ziarah dan tradisi kupatan 7 hari setelah Lebaran oleh masyarakat di Kudus yang menimbulkan kerumunan menjadi pemicu terjadinya penularan virus corona secara masif.

Situasi diperparah dengan banyaknya rumah sakit yang belum menerapkan dengan tegas dan disiplin pembagian zonasi merah, kuning dan hijau. Lalu, ditemukannya persoalan triase pasien COVID-19 dan non-virus corona serta keluarga pasien.

Sebab, Ganip melihat dengan mata kepala sendiri adanya keluarga pasien yang mendampingi langsung pasien yang positif COVID-19 di ruang perawatan rumah sakit. Keluarga pasien tersebut didapati bebas keluar masuk rumah sakit tanpa proses skrining.

4. Pasien gejala berat dan sedang jadi prioritas

5 Fakta Amukan COVID-19 di Kudus, Penanganan Buruk, Kasus Naik 30 KaliIlustrasi rumah sakit. IDN Times/Galih Persiana

Ketua Satgas COVID-19 menginstruksikan Pemerintah Daerah Kudus untuk mengonversi tempat tidur yang ada menjadi tempat tidur pelayanan COVID-19. Adapun untuk pasien dengan gejala sedang dan berat yang akan menjadi prioritas perawatan di rumah sakit.

Bagi pasien dengan gejala ringan diimbau untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing jika memungkinkan atau bisa dirujuk ke Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang.

Sementara itu, TNI telah menerjunkan 450 personil untuk memantau pelaksanaan 4 fungsi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro tingkat desa/kelurahan di Kudus.

5. Penanganan COVID-19 di Kudus tidak dilakukan dengan baik

5 Fakta Amukan COVID-19 di Kudus, Penanganan Buruk, Kasus Naik 30 KaliPetugas kepolisian menurunkan wisatawan yang hendak masuk menuju Kota Kudus di jalan jalur pantura Jati, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (26/5/2021). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.

Dalam 3 minggu terakhir, Kudus berada di zona oranye. Sayangnya, Wiku menyebut penanganan COVID-19 tidak dilakukan dengan baik sehingga berpindah ke zona merah.

"Ingat, zonasi risiko ini bukan sekadar zonasi yang bisa diabaikan dan dianggap enteng. Kepala daerah harus memantau perkembangan kabupaten/kota di daerahnya masing-masing," tegas Wiku.

Apa yang terjadi di Kudus, imbuhnya, bisa menjadi pembelajaran bagi daerah-daerah lain untuk mengantisipasi terjadinya tradisi dan budaya di wilayahnya masing-masing. Sehingga dapat segera menentukan penanganan dan kebijakan terbaik, agar kasus tidak meningkat tajam seperti terjadi di Kudus.

Satgas pun mengimbau pemerintah daerah di seluruh Indonesia secara berkala dapat menyosialisasikan data terkini perkembangan penanganan COVID-19 untuk menumbuhkan kesadaran dan sikap kehati-hatian masyarakat. Khususnya dalam menerapkan protokol kesehatan virus corona, 5M. Yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.

Baca Juga: Akhir Pekan, Warga Kudus Wajib di Rumah Saja, Dilarang Gelar Hajatan

https://www.youtube.com/embed/TPGkbfjzF58

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya