Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Di Balik Kasus Polisi Tembak Polisi, DPR: Bagai Kisah Film tapi Nyata!

Penjagaan ketat di gedung DPR RI saat massa berhasil menjebol pagar gedung DPR. (IDN Times/Irfan Fathurohman)
Intinya sih...
  • Kasus polisi tembak polisi di Sumatra Barat melibatkan Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar dan Kabag Ops AKP Dadang Iskandar mencoreng citra Korps Bhayangkara.
  • Anggota Komisi III DPR RI mengecam insiden tersebut, meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membersihkan anggota polisi nakal secara tegas.
  • Komisi III DPR RI juga akan memanggil Kapolda Sumatra Barat, Kapolres Solok Selatan, dan Kadiv Propam Mabes Polri untuk mendalami kasus ini.

Jakarta, IDN Times - Kasus polisi tembak polisi di Sumatra Barat, yang melibatkan Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar dan Kabag Ops AKP Dadang Iskandar sontak mengejutkan publik. Insiden ini mengingatkan publik terhadap kasus Ferdi Sambo yang sempat mencoreng citra Korps Bhayangkara di bawah kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo. 

Kasus polisi tembak polisi yang terjadi di Sumatra Barat itu diduga ada keterkaitannya bisnis haram galian c. Hal ini pun sontak mendapatkan reaksi dari para anggota Komisi III DPR RI. 

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Rudianto Lallo tak habis pikir dengan kasus polisi tembak polisi yang juga terjadi di markas polisi itu. Ia pun turut prihatin atas insiden ini karena dapat mencoreng nama baik institusi Polri.

Dia mengatakan, kasus ini layaknya kisah-kisah film tapi benar-benar terjadi di dunia nyata di Indonesia. Menurut dia, kasus ini akan merusak dan menciderai citra Korps Bhayangkara sebagai penegak hukum dan melindungi masyarakat dari tindak kejahatan. 

"Bayangkan saja ini seperti kisah-kisah film kan kisahnya ternyata nyata di Indonesia. Ada polisi ditembak polisi di kantor polisi," kata Rudianto Lallo saat dihubungi IDN Times, di Jakarta, Jumat (22/11/2024). 

1. Kapolri harus bersih-bersih anggota nakal

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Ia pun menyayangkan karena masih ada oknum aparat kepolisian nakal. Satu sisi, ada anggota polisi yang berupaya mau menegakkan hukum demi menyelamatkan aset negara. Namun, oknum polisi yang lain malah diduga ikut membekingi.

Rudianto pun menduga oknum polisi, yang menjadi pelaku pembunuhan itu karena mau membekingi kejahatan. Karena itu, ia mendesak supaya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mau bersih-bersih dan menindak secara tegas anggota polisi nakal.

"Makanya ini menjadi koreksi bersama jajaran pak Kapolri bahwa ini harus disikapi secara tegas supaya tidak terulang seperti ini. Karena bisa jadi ini terjadi di banyak tempat di Indonesia," imbuh dia.

2. Kasus diduga buntut saling berebut cuan

Anggota Komisi III DPR RI Muhammad Nasir Djamil sampaikan harapan ke pimpinan KPK baru. (IDN Times/Amir Faisol)

Anggota Komisi III DPR RI Fraksi-PKS F-PKS, Muhammad Nasir Djamil menduga kasus polisi tembak polisi melibatkan yang melibatkan Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar dan Kabag Ops AKP Dadang Iskandar terjadi karena berebut cuan di bisnis galian c. Dia menegaskan, kasus ini seolah membuka kotak pandora bisnis haram galian c yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

"Ya itu seperti sebenarnya membuka kembali kotak pandora. Orangpun sudah tau sebenarnya. Aliran itu kan bukan ke oknum polisi saja, ada oknum-oknum lain," kata dia.

Satu sisi bisnis galian c ini menurut dia menjadi pekerjaan masyarakat, tapi di sisi lain kan karena tidak legal keberadaannya semakin tidak beraturan. Sehingga mengancam ekosistem yang ada di sekitar wilayah itu.

"Pasti kan sudah terbuka galian c itu kan semua orang lihat. Jadi kalau itu tidak legal. Tentu orang-orang yang punya pengaruh yang bisa memgaksesnya," imbuh dia lagi. 

3. Momentum bagi Kapolri tutup semua galian c

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Kasus ini menurut dia menjadi momentum yang baik bagi Kapolri untuk menutup celah semua bisnis harama galian c di Indonesia.

"Kita harapkan ini momentum bagi Kaplori untuk menutup semua galian c yang tidak berijin. Jadi galian c dan tambang2 ilegal sebaiknya untuk segera ditutup oleh kapolri.

Lebih jauh, ia pun menyoroti bahwa keberadaan galian c ini bila dibiarkan berlarut-larut akan merusak ekosistem lingkungan Indonesia.

"Ini momentum bagus bagi kapolri. Karena kerusakan lingkungan, ekosistem lingkungan, macem-macem itu kan merusak itu," kata dia.

"Jadi itu momentum bagus bagi Kapolri untuk menutup galian c dan pertambangan ilegal lainnya di Indonesia," imbuh dia.

3. Kata DPR pelaku layak dihukum mati

Anggota Komisi III DPR RI Muhammad Nasir Djamil sampaikan harapan ke pimpinan KPK baru. (IDN Times/Amir Faisol)

Nasir lantas keras mengatakan, Kabag Ops AKP Dadang Iskandar, yang diduga menjadi pelaku penembakan terhadap Kasatreskrim Polres Solok Selatan AKP Ulil Anshar layak dipertimbangkan untuk dihukum mati.

Masyarakat sipil saja yang menjadi tersangka pelaku pembunuhan menurut dia bisa dikenakan hukuman mati. Terlebih, AKP Dadang Iskandar sebagai anggota polisi secara keji membunuh anggota polisi dalam keadaan sadar.

"Iya dong. Itu menurut saya layak juga dipertimbangkan. Karena dia membunuh polisi dalam keadaan sadar. Hukuman yang layak dihukum mati. Kalau saya begitu," kata Nasir.

"Jadi menurut saya, orang yang bukan polisi saja ditembak bisa dihukum mati apalagi polisi kira-kira begitu," imbuhnya lagi. 

4. Komisi 3 bakal panggil Polri

Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman menanggapi kasus polisi tembak polisi di Solok. (IDN Times/Amir Faisol)

Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman menyatakan akan memanggil Kapolda Sumatra Barat Irjen Suharyono untuk mendalami lebih jauh kasus ini pada Kamis (28/11/2024) pekan depan. Habiburokhman menyampaikan, pihaknya juga akan memanggil Kapolres Solok Selatan AKBP Arief Mukti dan Kadiv Propam Mabes Polri, Irjen Abdul Karim.

"Kami hari kamis setelah pilkada, kami akan memanggil Kapolda Sumatera Barat, Kapolres Solok Selatan, dan Kadiv Propam Mabes Polri, untuk membahas masalah ini. Jadi memang masih spesifik masalah ini," kata dia.

Selain itu, menurut Habiburokhman, Komisi III DPR juga akan terbang ke Sumatra Barat untuk mendalami langsung kasus polisi tembak polisi ini. Dia mengaku akan terjung langsung bersama pimpinan Komisi 3 lainnya, seperti Rano Al Fath untuk mendalami kasus ini. 

"Nanti beberapa anggota yang akan ke sana, saya kemungkinan akan memimpin langsung, atau setidaknya nanti ada Pak Rano Alfath yang memimpin ke sana," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Amir Faisol
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us