Curhat Transpuan Depok Hidup Berpindah-pindah karena Dikucilkan Warga 

"Kami ini juga manusia jangan dibedakan atau dikucilkan"

Depok, IDN Times - Sebuah speaker portable dilengkapi tali berada di dekat transpuan yang sedang menikmati makanan di warung makan, Jalan Raya Cipayung, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Ditemani seorang pria, transpuan tersebut terlihat lapar setelah mengamen untuk mengais rezeki.

Transpuan tersebut sehari-hari dipanggil Anita, sedangkan nama sebenarnya Anton. Kepada IDN Times Anita mengaku menjadi transpuan karena dorongan hati. Tidak hanya itu, meskipun lahir sebagai pria, namun kebiasaan hidup Anton lebih feminim dibandingkan menjadi seorang pria.

"Baik mas, jadi aku tuh merasa dari sekolah kayak perempuan, lambat laun ya seperti perempuan jadilah seperti sekarang ini," ujar Anita, Selasa (10/8/2021).

Baca Juga: Duka Transpuan Tak Punya e-KTP: Sulit Urus Pemakaman hingga Perbankan

1. Meninggalkan orang tua agar tidak membuat malu keluarga

Curhat Transpuan Depok Hidup Berpindah-pindah karena Dikucilkan Warga Ilustrasi Transpuan (Dok. IDN Times)

Sambil meminum es teh manis, Anita bercerita terpaksa meninggalkan orang tuanya karena tidak ingin membuat malu keluarga setelah menjadi transpuan. Sejumlah daerah seperti Cikarang dan Bogor pernah menjadi tempatnya bertahan hidup, hingga kini memilih menetap di Kota Depok. 

"Udah empat tahun tinggal di Depok, karena pindah-pindah ya nasib kami transpuan selalu banyak godaan yang tidak enak di kuping," celoteh Anita.

Anita yang berambut panjang itu mengungkapkan, masih ada warga yang menganggap kurang baik terhadap transpuan. Padahal, kata dia, semua orang sama namun yang membedakan hanya nasib selama menjalani kehidupan.

"Bahkan ada yang suka usil, kami ini juga manusia jangan dibedakan atau mengucilkan kami," tukasnya.

2. Ingin bisa berbaur dengan warga dan memiliki identitas

Curhat Transpuan Depok Hidup Berpindah-pindah karena Dikucilkan Warga Transpuan/Transgender. (IDNTimes/Vamela).

Anita menuturkan, walaupun dia seorang transpuan, ia ingin berbaur dengan lingkungan. Faktanya, kata dia, hal itu sulit karena warga seringkali mengucilkan transpuan. Keinginan lainnya, Anita ingin memiliki identitas kependudukan yang belum dimilikinya lagi karena sebelumnya hilang.

"Pengen kayak orang lain punya KTP, tapi ini baru mau ngurus orang udah banyak yang ngucilin," ujarnya.

Menurut Anita, sangat penting memiliki KTP agar tercatat sebagai warga Kota Depok, dan juga dapat digunakan untuk membuat BPJS, membuka buku tabungan maupun kepentingan lainnya.

3. Disdukcapil Depok pastikan beri pelayanan yang sama kepada transpuan yang ingin buat KTP

Curhat Transpuan Depok Hidup Berpindah-pindah karena Dikucilkan Warga Ilustrasi KTP Elektronik atau E-KTP (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Depok Nuraeni Widyati, Disdukcapil Kota Depok memberikan pelayanan kepada setiap warga Kota Depok maupun WNI yang ingin memiliki KTP maupun dokumen kependudukan lainnya. Disdukcapil, kata dia, akan memberikan perlakuan yang sama kepada transpuan dalam pembuatan identitas kependudukan.

"Sudah ada dua yang meminta pelayanan, sebenarnya ada tiga namun yang satu cetak ulang luar domisili," ujar perempuan yang kerap di sapa Eni itu.

Eni mengungkapkan, dalam memberikan pelayanan Disdukcapil mengedepankan peraturan yang berlaku. Untuk penentuan nama dan jenis kelamin akan mengikuti Nomor Induk Kependudukan transpuan tersebut.

"Nama dan jenis kelamin harus asli, tidak ada jenis kelamin transgender, ketentuan tersebut diberlakukan sampai ada keputusan pengadilan atas perubahan nama maupun jenis kelaminnya," pungkas Eni.

Baca Juga: 30 Warga Transpuan Rekam KTP-el di Tangsel Tanpa Ubah Penampilan

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya