Inspiratif, Kegigihan Mulyono di Tengah Keterbatasan Langkahnya

Mulyono berjuang di tengah pandemik dan luka kakinya

Depok, IDN Times - Duduk di kursi tua berwarna cokelat, tatapan Mulyono terlihat kosong. Siang itu, pandangannya tertuju pada kendaraan yang lalu lalang di depan bengkel tambal ban miliknya di Jalan Gas Alam, Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.

Entah apa yang ada di benak Mulyono. Yang jelas, pria yang sudah berambut memutih itu tengah menunggu dan berharap pelanggan datang ke bengkelnya. Lutut kanannya terlihat penuh balutan perban dengan ujung jari-jari kakinya menghitam. Tubuh kurusnya hanya dibalut singlet hitam dan sarung bercorak biru dan abu-abu.

Situasi semakin parah ketika pandemik COVID-19. Tapi Mulyono terus berusaha mencari nafkah di tengah keterbatasan demi mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dia tak mau terpaku pada luka kakinya yang tak kunjung sembuh.

Baca Juga: Kisah Pilu 3 Bocah di Gresik, Orangtua Wafat karena Covid-19

1. Mulyono mengalami patah kaki sejak tiga bulan lalu

Inspiratif, Kegigihan Mulyono di Tengah Keterbatasan LangkahnyaMulyono saat berada di depan bengkelnya, Jalan Gas Alam, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (Istimewa)

Mulyono mengalami patah kaki sejak tiga bulan lalu, saat hendak pulang dari pasar. Saat itu, dia disenggol dua pengendara sepeda motor. Tidak lama berselang, motor yang ditumpanginya tidak dapat dikendalikan karena tuas gasnya rusak.

"Gas-nya nyangkut mau dari pada kecelakaannya fatal, saya tabrakan ke pengendara yang di depan saya," ujar Mulyono, Kamis (5/8/2021).

Saat terjatuh, Mulyono sempat dibantu warga. Namun saat berusaha bangkit, kaki kanannya terasa kebas.

"Kejadiannya setelah Lebaran yaitu 18 Mei, pas mau diangkat kaki saya putus," ucap dia.

2. Memakai pengobatan tradisional karena tak sanggup biaya perawatan

Inspiratif, Kegigihan Mulyono di Tengah Keterbatasan LangkahnyaMulyono yang mengalami patah kaki dan belum mendapatkan bantuan dari Pemkot Depok. (Istimewa)

Usai di tolong warga, Mulyono dilarikan ke pengobatan tradisional patah tulang. Di sana dia menjalani perawatan cukup lama, hingga kakinya disebut sudah tersambung namun masih ada bagian yang meleleh di kakinya.

"Menjalani perawatan hampir tiga bulan, namun tidak ada perkembangannya," kata dia.

Lantaran luka tak kunjung membaik, Mulyono memutuskan pulang dan menjalani pengobatan sendiri. Di rumah dia menggunakan parutan singkong untuk menutupi lukanya.

"Alhamdulillah mulai merapat lagi, tinggal sedikit lagi," tutur dia.

3. Mulyono belum pernah mendapat bantuan dari Pemkot Depok

Inspiratif, Kegigihan Mulyono di Tengah Keterbatasan LangkahnyaMulyono yang mengalami patah kaki dan belum mendapatkan bantuan dari Pemkot Depok. (Istimewa)

Selama ini, Mulyono berusaha membuka bengkel tambal ban, vermak levis, hingga menjadi tukang parkir demi bertahan hidup bersama istrinya. Namun sejak sakit, ia hanya bisa bekerja di bengkel tambal ban.

Terkadang dia mendapatkan bantuan dari tetangga sekitar. "Bantuan cukup buat makan, ya sembako, saya sudah tinggal di Depok sejak 20 tahun lalu," tutur Mulyono.

Bahkan, selama pandemik COVID-19, Mulyono belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemkot Depok. "Pemerintah yang mana? Gak ada. Sekarang yang bantu ngurus Bu Siti Habibah, baru pulang dari sini orangnya," tegasnya.

Baca Juga: Kisah Suka Duka Tim Baznas Penjemput Jenazah Isoman COVID-19

Topik:

  • Rochmanudin
  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya