Kisah Wanita Penghibur di Depok Selama Pandemik COVID-19

DN dan MR terpaksa jadi wanita penghibur karena kebutuhan

Depok, IDN Times - DN tak berkutik ketika aparat keamanan mendatangi tempat hiburan malam, tempat ia mencari nafkah. Namun, ia bersama beberapa rekannya beruntung, karena aparat tidak menggiringnya ke panti sosial. Perempuan 35 tahun itu hanya didata. 

Satpol PP Kota Depok itu memang tengah merazia sejumlah kafe dan warung yang kedapatan menjual minuman beralkohol di Kota Depok, Jawa Barat, Minggu malam, 20 Desember 2020. Selain menyita minuman beralkohol, Satpol PP juga menjaring sejumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tengah melayani tamu. Termasuk DN.

"Iya saat razia minuman beralkohol kami menemukan wanita penghibur," ujar Sekretaris Dinas Satpol PP Kota Depok Ferry Birowo, Depok, Senin (21/12/2020).

Satpol PP Kota Depok malam itu menggelar operasi minuman beralkohol dan mendapati perempuan penghibur di enam lokasi Kota Depok. Antara lain di Cafe De'Coox sebanyak 10 botol miras dan delapan wanita, Lapo Khris 45 botol miras dan sembilan wanita, warung Po Acih 45 botol miras dan lima wanita.

"Warung GMC mengamankan 17 perempuan dan 20 pria, warung Rodoh Rupiah mengamankan 11 miras, lima wanita dan dua pria. Untuk warung Sabas mengamankan tiga pria dan tujuh wanita," terang Ferry, yang sebelumnya juga sudah merazia sejumlah toko penjual miras dalam rangka jelang libur akhir tahun.

Baca Juga: 5 Momen yang Mengubah Wajah Sejarah Kaum Wanita dalam 8 Tahun Terakhir

1. DN terpaksa menjadi wanita penghibur karena menjadi tulang punggung keluarga

Kisah Wanita Penghibur di Depok Selama Pandemik COVID-19Satpol PP Kota Depok melakukan pendataan terhadap perempuan penghibur di sebuah cafe di Kota Depok. (Dokumen Satpol PP Kota Depok)

DN terpaksa menjadi lady escort (LC) alias wanita penghibur di sebuah tempat hiburan malam lantaran tidak memiliki pekerjaan lain. Awalnya, bekerja menjadi wanita penghibur diajak temannya yang juga melakukan pekerjaan yang sama.

"Saya janda anak dua, ikut bekerja seperti ini karena melihat teman dan diajak," ujar dia, saat dihubungi IDN Times, melalui sambungan telepon.

Awalnya DN merasa risih menjadi wanita penghibur karena harus melayani tamu minum, bahkan sang tamu kerap menyentuh anggota tubuhnya. Namun setelah menjalani profesi selama dua minggu, ia mulai terbiasa, apalagi uang yang didapatnya cukup lumayan.

"Awalnya kaget aja saat dirangkul, namun setelah tamu pulang saya mendapatkan tips yang lumayan," ucap dia.

Selama melayani tamu, DN tak jarang kerap diajak berkencan. Namun karena ia hanya berniat menemani tamu minum maupun bernyanyi, ia pun menolaknya.

Terkadang DN mendapatkan tips hingga Rp100 ribu. Belum lagi jika dia menawarkan minuman kepada tamunya, ia mendapatkan tips dari bosnya dengan hitungan per botol.

"Satu botol minuman mendapatkan tips Rp20 ribu, jadi lumayan penghasilan saya dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk anak saya," tutur dia.  

2. Tamu sepi selama pandemik virus corona

Kisah Wanita Penghibur di Depok Selama Pandemik COVID-19Satpol PP Kota Depok sita ratusan miras dari sejumlah cafe dan warung di Kota Depok, (Dokumen Satpol PP Kota Depok

Selama pandemik virus corona, pendapatan DN berkurang jauh, dibandingkan sebelum pandemik. Dalam semalam, dia terkadang hanya mendapatkan dua tamu dan harus berbagi dengan rekannya yang menjalani profesi yang sama.

"Biasanya saya dapat Rp4 juta selama sebulan, sekarang hanya 1,5 juta," kata dia.

Adanya kebijakan pembatasan aktivitas dari Pemerintah Kota Depok, membuat kafe atau tempat-tempat hiburan malam jarang beroperasi. DN pun harus memutar otak untuk mencari uang tambahan demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

"Terlintas saya ingin menjadi PSK (pekerja seks komersial), namun hati saya belum kuat, namun keadaan ekonomi terus mendesak, saya jadi bingung," ucap DN.

3. Sepi tamu menjadi alternatif menjajakan diri

Kisah Wanita Penghibur di Depok Selama Pandemik COVID-19Ratusan miras di sita Satpol PP Kota Depok dari sejumlah cafe dan warung. (Dokumen Satpol PP Kota Depok)

Senasib dengan DN, wanita penghibur lainnya berinisial MR yang juga terjaring razia yang sama, terpaksa menjadi pelayan pria hidung belang karena demi memenuhi kebutuhan keluarga di kampungnya. 

"Mau bagaimana lagi, kalau tidak seperti dan hanya mengandalkan kerja di kafe keluarga saya di kampung tidak ada yang membantu," ucap perempuan dengan logat bahasa daerah itu.

Selama pandemik bekerja di kafe, penghasilan MR menurun, hanya berkisar Rp2 juta. Uang tersebut berasal dari saweran tamu dan hasil penjualan minuman tempatnya bekerja. Berbeda dengan DN, MR selain sebagai wanita penghibur juga sekaligus menjadi PSK, demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga.

"Murah, sekali main Rp350 ribu, kalau semalaman Rp1 juta, kamu mau?" kelakar MR saat ditelepon IDN Times

4. Pasrah menjalani pekerjaan sebagai penghibur meski di tengah pandemik

Kisah Wanita Penghibur di Depok Selama Pandemik COVID-19Sejumlah perempuan penghibur kedapatan melayani tamu di salah satu cafe di Kota Depok. (Dokumen Satpol PP Kota Depok)

Baik DN maupun MR hanya bisa pasrah menjalani pekerjaan ini, meski di tengah pandemik. Semua tak lain demi tuntutan hidup, terlebih masa pandemik belum tahu sampai kapan akan berakhir.

Mereka juga melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan dengan hand sanitizer. MR juga biasa meminta tamunya mandi sebelum berhubungan badan. 

Keduanya hanya pasrah bekerja sebagai wanita penghibur. Mereka menganggap pekerjaan yang dijalaninya saat ini sudah menjadi takdir Tuhan. Kendati, mereka terkadang terbesit di pikiran akan berhenti menjalani pekerjaan ini, walaupun mereka tidak tahu kapan waktunya.

Baca Juga: Kencani PSK, Pemuda Jombang Dihajar Kepala Dusun

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya