Meski Menang Pilkada Depok 2020, Idris-Imam Kalah dari Golput

Akumulasi golput di Pilkada Depok mencapai 481.016 suara

Depok, IDN Times – Mohammad Idris dan Imam Budi Hartono ditetapkan menjadi wali kota dan wakil wali kota Depok terpilih untuk periode 2021-2026 berdasarkan rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara tingkat kota oleh KPU Kota Depok.

Pasangan yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengantongi 415.657 atau 55,54 persen suara dari total 748.346 suara pada 4.015 tempat pemungutan suara (TPS) se-Kota Depok. Sementara itu, lawan mereka pasangan nomor urut 1, Pradi Supriatna-Afifah Alia, meraih 332.689 atau sekitar 44,46 persen suara.

Sayangnya, Idris-Imam tidak mampu mengalahkan golput Kota Depok. Jumlah golput dalam hasil rekapitulasi final KPU Kota Depok mencapai 481.016 atau 39,12 persen dari total 1.229.362 daftar pemilih tetap (DPT). Jumlah itu merupakan akumulasi dari jumlah suara tidak sah sebanyak 29.391 dan pemilih yang tidak mendatangi TPS sebanyak 451.652.

1. Koalisi gemuk tidak menjadi jaminan menang Pilkada

Meski Menang Pilkada Depok 2020, Idris-Imam Kalah dari GolputPetugas KPPS melakukan penghitungan suara Pilkada Kota Depok tahun 2020 di TPS 69, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/12/2020). Berdasarkan data hasil hitung cepat KPU hingga pukul 15.50 WIB, kubu petahana Mohammad Idris dan Imam Budi Hartono unggul sementara dalam perolehan suara sebesar 56 persen sedangkan pasangan Pradi Supriatna dan Afifah Alia memperoleh 44 persen suara (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno mengatakan, pada Pilkada Kota Depok yang ditonjolkan adalah kekuatan figur dan kekuatan tim sukses. Menurut dia, kekuatan koalisi gemuk atau borong partai tidak menjadi jaminan karena Pilkada berbicara dukungan mesin partai.

“Di beberapa daerah banyak strategi borong partai kalah dan keok, salah satunya di Jawa Timur. Jawa Timur kurang bagaimana hampir semua partai diborong untuk melawan PDI Perjuangan tapi mereka berantakan,” ujar Adi, Selasa (16/12/2020).

Begitu pula berkaca pada Pilpres 2014. Adi menilai banyak partai yang mendukung Prabowo namun kalah. Artinya solidaritas tim dan militansi bukan diukur dari jumlah partai, namun dari militansi dan solidaritas.

Adi menggambarkan dari hebatnya mesin partai menjahit dan menganyam kekuatan politik yang kemudian tersentral pada figur pemimpin itu sendiri.

Baca Juga: Rapat Pleno Terbuka, KPU Tetapkan Idris-Imam Menang Pilkada Kota Depok

2. Idris-Imam menang karena figur petahana dan pemilih loyal PKS di Depok

Meski Menang Pilkada Depok 2020, Idris-Imam Kalah dari GolputMohammad Idris saat memasukan surat suaranya ke dalam kotak suara yang disediakan KPPS di TPS 14, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Cilodong, Rabu (9/12/2020) (IDN Times/Dicky)

Adi mengungkapkan, ada dua faktor yang menjadi kekalahan Pradi-Afifah. Pertama, Idris lebih menonjol dan lebih dapat dinilai menjanjikan kerjanya dibandingkan Pradi. Hal itu dikarenakan Idris merupakan calon petahana. 

“Ini yang dalam tradisi perilaku pemilih sering kali membuat pertarungan selalu menguntungkan petahana atau petahana effect yang konotasinya selalu kepada orang yang memimpin baik wali kota atau bupati dan gubernur, bukan wakil,” ucap Adi.

Namun, lanjut Adi, terlepas dari figur Idris dan Pradi, harus diakui di daerah ada yang disebut dengan basis partai tertentu. Kota Depok merupakan basis PKS, berbeda dengan  Surabaya atau Solo yang merupakan basis PDI Perjuangan.

“Jadi siapapun yang diusung oleh partai-partai ini cenderung akan memenangkan pertarungan, karena loyal voter kuat, strong, voter-nya solid,” ujar Adi.

3. PKS memenangkan Pilkada Depok empat periode berturut-turut

Meski Menang Pilkada Depok 2020, Idris-Imam Kalah dari GolputImam Budi Hartono didampingi Presiden PKS, Ahmad Syaikhu saat menunju TPS 41 RW10 Perumahan Acacia, Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Rabu (9/12/2020) (IDN Times/Dicky)

Kemenangan Idris-Imam di Pilkada Depok 2020 membuat PKS kembali 'menguasai' Kota Belimbing. Bahkan, Idris membawa PKS sukses empat periode berturut-turut mengusung wali kota.

Kemenangan ini juga disebut-sebut sebagai torehan kesuksesan baru, lantaran nasib Idris-Imam sempat diragukan karena hanya berbekal 17 kursi. Sedangkan lawannya, Pradi-Afifah didukung oleh koalisi gemuk dengan bermodal 33 kursi yang berasal dari dukungan Partai Gerindra dan PDI Perjuangan, beserta partai-partai besar seperti Golkar, PAN, PKB, dan pendatang baru PSI.

Baca Juga: Partisipasi Pemilih di Pilkada Depok 2020 Hanya 62,79 Persen

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya