Polri Harus Antisipasi Serangan Balasan dari Sel Tidur Teroris

Aparat harus mengantisipasi perekrutan anggota JAD

Depok, IDN Times - Pengamat terorisme di Indonesia, Al Chaedar menilai serangan bom di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, berpotensi menimbulkan serangan lanjutan. Maka dari itu, menurut dia, pihak kepolisian harus mengantisipasi perekrutan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan pola penyerangan. 

Dengan demikian maka kepolisian dapat memahami pergerakan dan pola yang digunakan untuk melakukan penyerangan kembali di lokasi yang sudah dilakukan maupun di tempat lainnya.

"Ya kemungkinan ada serangan lanjutan dan menggunakan sel tidur atau kelompok yang selama ini diam tidak melakukan gerakan," ujar Chaedar, Senin (29/3/2021).

1. Rekrut anggota melalui medsos

Polri Harus Antisipasi Serangan Balasan dari Sel Tidur TerorisAnggota Brimob Polri saat menjaga lokasi pasca bom bunuh diri di gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. (Dokumen Brimob Polri)

Chaedar mengungkapkan, sejumlah cara dilakukan kelompok JAD untuk perekrutan anggota untuk masuk ke dalam kelompoknya. Menurutnya, kelompok tersebut dapat menggunakan media sosial, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, maupun Telegram.

"Selain menggunakan medsos, mereka menggunakan pengajian keluarga secara tertutup," kata Chaedar.

Chaedar menjelaskan, pelaku bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar merupakan pasangan yang sebelumnya menjadi target penangkapan. Pasangan tersebut masuk dalam tujuh orang yang menjadi target penangkapan oleh aparat keamanan.

"Lainnya yang belum tertangkap harus segera dilakukan penangkapan sebelum adanya aksi lanjutan," kata Chaedar.  

Baca Juga: [BREAKING] Kapolri: 5 Teroris Kelompok JAD Ditangkap di NTB

2. Pemimpin JAD yang ditangkap sudah melarang anggotanya melakukan pengeboman bersama keluarga

Polri Harus Antisipasi Serangan Balasan dari Sel Tidur TerorisAnggota Brimob Polri saat memeriksa kendaraan yang digunakan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. (Dokumen Brimob Polri)

Chaedar mengungkapkan, pelaku bom bunuh diri bersama keluarga yang terjadi di gereja Katedral Makassar, tidak mengikuti perintah Aman Abdurrahman pemimpin JAD yang sebelumnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Menurutnya, kelompok tersebut mengikuti fatwa Khalid Gozali melakukan bom bunuh diri bersama keluarga baik istri dan anak.

"Aman Abdurrahman sendiri telah mengeluarkan fatwa melarang melakukan bom bunuh diri dengan melibatkan istri dan anak tidak boleh dilakukan," kata Chaedar.

Chaedar menilai, kelompok yang melakukan bom bunuh diri bersama keluarga memiliki interpretasi yang dinilai aneh dalam ajaran agama yang menganjurkan masuk surga bersama keluarga. Padahal pemahaman yang dianjurkan adalah menjaga keluarga dari api neraka.

"Tidak ada anjurannya, sebenarnya menjaga diri dan keluarga dari api neraka, itu yang benar," ucap Chaedar.

3. Polres Metro Depok dan Kodim 0508/Depok jaga ketat rumah ibadah

Polri Harus Antisipasi Serangan Balasan dari Sel Tidur TerorisAnggota Polres Metro Depok dan Kodim 0508/Depok melakukan operasi di salah satu gereja di Kota Depok. (IDNTimes/Dicky)

Sementara itu, Kasubag Humas Polres Metro Depok, AKP Elly Padiansari mengatakan, Polres Metro Depok dan Kodim 0508/Depok melakukan operasi dalam skala besar. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya gangguan Kamtibmas di Kota Depok, pasca terjadinya ledakan bom gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan.

"Sebanyak 250 aparat gabungan kami turunkan guna melakukan patroli pengamanan," ujar Elly.

Elly menjelaskan, sejumlah gereja yang dilakukan penanganan yakni, gereja di Kecamatan Pancoranmas seperti Gereja Bethel Indonesia, Gereja Santo Hercules. Untuk wilayah Kecamatan Sukmajaya yakni, Gereja Pancaran Kasih dan Gereja Santo Markus, serta sejumlah gereja lainnya di wilayah Kota Depok.

“Kami melakukan koordinasi dengan pengurus gereja dan pihak keamanan setempat,” ucap Elly.

Baca Juga: [BREAKING] Polisi Gerebek Terduga Teroris di Bekasi

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya