Antibodi Sinovac Turun Setelah 6 Bulan? Pakar UGM: Perlu Dibuktikan

Vaksin hanyalah salah satu upaya pencegahan infeksi SARS-CoV

Jakarta, IDN Times - Pakar mikrobiologi Universitas Gadjah Mada, Tri Wibawa, menilai pernyataan bahwa antibodi yang dihasilkan vaksin COVID-19 Sinovac akan menurun setelah 6 bulan masih perlu dikaji secara ilmiah.  

“Saat ini terdapat empat variant of concern (VOC), yaitu alpha, beta, gamma dan delta, dan variant of interest (VOI), yaitu eta, iota, kappa, dan lambda. VOC yang sedang menjadi perhatian di Indonesia dan di banyak negara lainnya adalah varian delta, yang memiliki kecepatan menular yang tinggi," ujarnya dikutip laman ugm.ac.id, Kamis (5/8/2021).

Tri Wibawa mengatakan pada dasarnya semua vaksin berpotensi menurun angka proteksinya jika terdapat varian virus baru.  

1. Vaksin yang direkomendasikan oleh BPOM telah teruji

Antibodi Sinovac Turun Setelah 6 Bulan? Pakar UGM: Perlu DibuktikanKepala BPOM Penny K Lukito jabarkan penemuan obat ilegal (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Menurutnya semua vaksin yang direkomendasikan BPOM adalah vaksin yang telah teruji memiliki keamanan dan efikasi yang baik untuk mencegah COVID-19.

"Semua jenis vaksin yang direkomendasikan ini dinilai cukup baik untuk membentuk antibodi," katanya.

Baca Juga: Heboh Influencer Ngaku Vaksin Dosis 3,  DPRD: Tidak Ada Vaksin Booster

2. Proteksi optimal vaksin dua pekan setelah vaksinasi yang kedua

Antibodi Sinovac Turun Setelah 6 Bulan? Pakar UGM: Perlu DibuktikanIlustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Tri Wibawa menyebut proteksi optimal vaksin terhadap COVID-19 tercapai kira-kira dua pekan setelah vaksinasi yang kedua. Hanya saja, ia mengingatkan bahwa vaksin hanyalah salah satu upaya pencegahan infeksi SARS-CoV-2.

“Hal lain yang tetap harus diterapkan adalah penerapan protokol kesehatan secara konsisten dan gaya hidup sehat untuk meningkatkan kekebalan tubuh," katanya.

3. Tidak semua warga bisa divaksin

Antibodi Sinovac Turun Setelah 6 Bulan? Pakar UGM: Perlu DibuktikanIlustrasi Vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Uni Lubis)

Meski ada vaksin, ia mengakui ada warga yang tidak bisa menerima karena tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, tehadap individu yang memiliki kontraindikasi vaksinasi diharapkan tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan penuh disiplin dan tanggung jawab.

“Ya kita berharap bisa segera terbentuk herd immunity. Jika ini bisa tercapai maka masyarakat yang tidak mendapatkan vaksin akan mendapat perlindungan dari komunitasnya," katanya.

Tri Wibawa kembali menegaskan bagaimanapun vaksin hanya salah satu usaha pencegahan penularan COVID-19. Keberhasilan usaha menekan penularan menurutnya merupakan hasil komposit dari berbagai usaha, seperti penerapan protokol kesehatan, bergaya hidup sehat, dan memelihara imunitas tubuh.

Baca Juga: Kemenkes: Stok Vaksin COVID-19 Cukup untuk Penuhi Permintaan Daerah 

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya