Berkaca Wabah Monkeypox, Epidemiolog: Endemik Tidak Boleh Jadi Tujuan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengingatkan endemik tidak boleh menjadi target penanganan COVID-19, sebab bisa menimbulkan bahaya.
"Sebaik apapun dan seringan apapun penyakit bisa menjadi epidemik dan berbahaya, bahkan jadi masalah kesehatan berkelanjutan," ujar Dicky dalam webinar Menuju Pandemik COVID-19 Meninjau Program Vaksinasi dan Kesiapan Transisi dari Pandemik ke Endemik, Rabu (25/5/2022).
Baca Juga: Cabut Aturan Masker, Menkes: Ini Langkah Transisi Pandemik ke Endemik
1. Monkeypox sekarang menjadi epidemik
Berkaca dari wabah monkeypox atau cacar monyet, Dicky mengungkapkan, monkeypox sebelumnya merupakan endemik sekarang menjadi epidemik atau lebih besar, dan menyebar menyebar ke area yang lebih luas.
"Itu contoh nyata situasi yang sekali lagi endemik dan epidemik terkendali bersifat terbatas," katanya.
2. Lonjakan kasus COVID-19 masih bisa terjadi
Editor’s picks
Dicky menegaskan, lonjakan kasus COVID-19 masih bisa terjadi meski tingkat vaksinasi tinggi, sama yang terjadi pada saat monkeypox mewabah yang karakter berubah, dan saat itu mengifeksi ratusan orang.
"Ini bisa saja terjadi (COVID-19) dari pada kita berandai-andai lebih baik kita mengendalikan," imbaunya.
Baca Juga: Belum Endemi, Wamenkes Ungkap Status COVID-19 di Indonesia Saat Ini
3. Kebijakan nasional tidak bisa berlaku di tiap daerah
Dicky mengatakan, Indonesia berbeda dari negara lain, sebab negara ini memiliki banyak pulau, penduduk beragam, sehingga kebijakan yang berlaku secara nasional tidak serta merta berlaku di daerah.
"Ini yang perlu sadari pemerintah, jadi hati-hati melihat kondisi Indonesia. Negara juga tidak boleh berpikir sendiri, karena penanganan pandemik secara global butuh kerja sama. Sebagai pengingat bahwa pandemik itu ongkosnya mahal," katanya.