Cerita Anak Punk Jalanan Jadi Pengusaha Minuman Kekinian

Kemensos mengubah jalan hidup remaja 17 tahun

Jakarta, IDN Times - Kementerian Sosial melalui Sentra Handayani Jakarta berhasil mengubah jalan hidup Arya, seorang anak punk jalanan yang kini menekuni bisnis barunya.

Arya sudah lebih dari satu tahun tinggal di Sentra Handayani. Ia saat ini membuka bisnis minuman topping boba yang cukup digemari anak muda, dengan keuntungan 100 ribu per hari.

Berbagai kegiatan positif dilakukan Sentra Handayani untuk kebiasaan Arya yang selama ini hidup di jalanan, melalui pendampingan dan pelatihan kelas otomotif, melukis, hingga membimbing Penerima Manfaat (PM) untuk berbisnis.

1. Arya jadi anak punk sejak SD

Cerita Anak Punk Jalanan Jadi Pengusaha Minuman KekinianIlustrasi anak punk sedang belajar membaca Al Quran. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Remaja 17 tahun itu menceritakan sejak sekolah dasar ia sudah hidup di jalan menjadi anak punk. Masalah keluarga menjadi latar belakang pria bernama lengkap Arya Maulana Hidayat itu harus bertahan hidup di jalanan.

"Saya dulunya anak punk, anak jalanan. Saya hidup di jalan karena broken home, masalah keluarga. Saya tinggal dengan nenek sejak lahir, bukan sama orang tua. Kakek saya sudah meninggal, jadi nenek saya sendirian banting tulang, dia harus ngurusin adik saya juga," tutur Arya dalam siaran tertulis, Minggu (3/7/2022).

Baca Juga: Kisah Pilu RR: Ibu Tukang Sapu Angkot dan 4 Anak Hidup di Terminal 

2. Arya mengamen dan tidur di jalanan

Cerita Anak Punk Jalanan Jadi Pengusaha Minuman KekinianSeorang ustaz sedang mengajar membaca Al Quran anak punk. (ANTARA FOTO)

Arya berpikir dengan cara ke luar dari rumah, ia tidak merepotkan orang tuanya yang sudah bercerai dan nenek yang merawatnya. Namun, lama hidup di jalanan membuat ia hilang kontak dari keluarganya.

“Saya pergi ke berbagai daerah seperti ke Bandung dan Surabaya. Saya menumpang pakai truk-truk besar di jalan. Untuk menghidupi diri, saya mengamen dan tidur di mana saja,” tutur dia.

3. Arya tergerak mengubah hidupnya

Cerita Anak Punk Jalanan Jadi Pengusaha Minuman KekinianArya dengan bisnis bobanya. (Dok. Kemensos)

Hasil dari mengamen, Arya digunakan untuk mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Selama empat tahun ia menjalani hidup seperti itu.

Namun, hidupnya tergerak untuk lebih baik ketika Arya bertemu pendamping dari sentra. Dia mulai berkeinginan mengubah takdir untuk membahagiakan keluarganya, sehingga ikut pendamping ke sentra Kemensos.

“Melihat yang lalu, membuat saya tergerak untuk berubah lebih baik. Jadi saya ikut pendamping ke sentra. Awal adaptasi tidak mudah, karena biasanya di jalanan bebas tanpa aturan, di sini ada peraturan,” ucap Arya.

4. Arya jalankan bisnis minuman boba

Cerita Anak Punk Jalanan Jadi Pengusaha Minuman KekinianIlustrasi proses pembuatan fresh milk boba brown sugar. (IDN Times/Naufal Al Rahman)

Berbagai aturan diterapkan sentra milik Kemensos agar para penerima manfaat lebih disiplin dan hidup lebih terjadwal, sehingga mereka dapat beradaptasi di masyarakat nantinya. Berbagai kegiatan mulai dari bangun tidur terjadwal seperti beribadah, sarapan hingga bersiap untuk mengikuti kelas keterampilan.

"Di sini banyak kegiatan, salah satunya saya ikut kelas keterampilan dan mengelola kuliner. Itu jauh beda banget saat di jalanan. Jadi saya mikir gitu, saya di jalan ngapain aja ya kemarin. Kenapa saya gak kaya gini aja gitu, hidup bermasyarakat bermasyarakat itu enak juga sih,” kata Arya.

Lewat kelas ini, Arya merintis minuman bertopping boba yang sudah lebih dari enam bulan ia jalani.

"Awalnya baru bikin varian kopi gula aren sama cokelat doang. Cuma dua, dan itu terus berkembang. Sampai akhirnya ada rasa mangga. Selain dari pendamping, saya juga tahu resep-resep usaha minuman ini dari media sosial. Saya berharap usaha saya ini berkembang, dan ke depannya akan saya jual secara online" jelasnya.

 

Baca Juga: Kisah Pahit Bocah Penjual Gulali Hidupi Keluarganya

5. Sentra memberikan mempertimbangkan potensi penerima manfaat

Cerita Anak Punk Jalanan Jadi Pengusaha Minuman KekinianUNICEF Indonesia menyalurkan paket recreational kits kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Handayani, Senin (22/6) (Dok. Kemensos)

Beragam keterampilan dilakukan, sentra juga memberikan dukungan lain dengan mempertimbangkan potensi penerima manfaat seperti keterampilan berbisnis.

“Potensi penerima manfaat seperti Arya kita dukung, karena dari dirinya ada dorongan untuk berubah,” kata Kepala Sentra Handayani, Sulistya Ariadhi.

Pekerja Sosial (Peksos) dan psikolog sebagai bagian dari sumber daya manusia (SDM) pendamping di sentra, akan melakukan asesmen yang komprehensif terlebih dahulu sebagai proses awal rehabilitasi. Hasil asesmen menjadi tolak ukur apakah penerima manfaat tersebut harus dibawa ke sentra atau tidak. 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya