COVID-19 Hambat Akses KB, 7 Juta Wanita Hamil Tidak Diinginkan

Populasi dunia diperkirakan meningkat 2 miliar 30 tahun

Jakarta, IDN Times - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkuat implementasi program di lapangan, khususnya layanan keluarga berencana (KB) untuk pasangan usia subur.

Sebab, adanya penerapan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan bekerja dari rumah, dapat memengaruhi tingkat kehamilan yang tinggi jika penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat menurun.

1. PSBB mengganggu rantai pasok alat kontrasepsi di beberapa daerah, hingga menimbulkan kehamilan yang tak diinginkan

COVID-19 Hambat Akses KB, 7 Juta Wanita Hamil Tidak DiinginkanWarga menerima obat kontrasepsi (ANTARA FOTO/Feny Selly)

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Profesor Rizal Damanik mengungkapkan, berdasarkan pengamatan BKKBN, wanita memilih tidak datang ke fasilitas kesehatan karena khawatir tertular COVID-19 atau karena adanya PSBB.

Selain itu, PSBB juga berpotensi mengganggu rantai pasok yang membatasi ketersediaan alat kontrasepsi di beberapa daerah, sehingga kehamilan pun meningkat.

"Tidak dapat diaksesnya pelayanan KB, khususnya di Indonesia, menjadi ancaman terjadinya putus penggunaan alat kontrasepsi dan kehamilan yang tidak diinginkan," kata Rizal.

Baca Juga: Begini Layanan Persalinan Ibu Hamil di Tengah Pandemik COVID-19

2. Sebanyak 47 juta wanita tidak dapat mengakses kontrasepsi modern

COVID-19 Hambat Akses KB, 7 Juta Wanita Hamil Tidak DiinginkanIlustrasi kondom (Pixabay.com/Kerryank)

Sementara, berdasarkan data United Nations Population Fund UNFPA, 2020, secara global ada 47 juta wanita tidak dapat mengakses alat kontrasepsi modern. Bahkan, sebanyak 7 juta dari mereka mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

"(Sebanyak) 31 juta kasus kekerasan berbasis gender akan terjadi jika lockdown berlanjut, hingga enam bulan di 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata Rizal.

3. Populasi dunia diperkirakan akan meningkat 2 miliar orang dalam jangka 30 tahun

COVID-19 Hambat Akses KB, 7 Juta Wanita Hamil Tidak DiinginkanBayi laki-laki pertama yang lahir di LPP Sungguminasa, Gowa, dalam masa pandemik COVID-19. IDN Times/Kemenkumham Sulsel

Rizal mencatat populasi dunia diperkirakan akan meningkat 2 miliar orang dalam 30 tahun ke depan, atau bertambah dari 7,7 miliar pada 2019 menjadi 9,7 miliar pada 2050.

"Sembilan negara termasuk Indonesia, akan mencapai lebih dari setengah proyeksi pertumbuhan antara sekarang dan 2050. Masih terlalu dini, jika saya berasumsi bahwa wabah itu (COVID-19) mungkin mengubah proyeksi populasi global," kata dia.

4. Masyarakat berhak mendapatkan akses KB di tengah pandemik

COVID-19 Hambat Akses KB, 7 Juta Wanita Hamil Tidak DiinginkanIlustrasi (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Pada kesempatan yang sama, President of Asian Population Association Aris Ananta menganjurkan, BKKBN melaksanakan kembali pelayanan KB secara masif, seperti sebelum pandemik dengan protokol kesehatan yang ketat.

Karena, menurut Aris, masyarakat berhak mendapatkan akses KB walau di tengah pandemik, lantaran kontrasepsi adalah kebutuhan dasar.

Pelayanan KB, kata Aris, sudah seharusnya fokus menjangkau kelompok yang kurang terlayani, terutama di daerah dengan unmet need yang tinggi. Termasuk, orang miskin dan mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan.

“BKKBN bekerja sama dengan 500 pemerintah daerah, kami memastikan bahwa distribusi alat kontrasepsi dari gudang ke 18 ribu fasilitas kesehatan di kabupaten atau kota sudah sesuai dengan perencanaan re-supply. Inovasi rantai pasok berbasis masyarakat dibantu dengan PLKB telah diperkenankan memberikan kontrasepsi secara langsung, kepada pasangan usia subur yang telah memenuhi syarat," kata dia.

Baca Juga: BKKBN: Akibat COVID-19, Populasi Dunia Tambah 2 Miliar dalam 30 Tahun

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya