Duh, Ruang Isolasi Pasien COVID-19 di RS Rujukan Bekasi Penuh

Berimbas pada angka kematian tinggi 

Jakarta, IDN Times - Sejumlah rumah sakit swasta rujukan di Kota Bekasi, Jawa Barat sudah tidak bisa menampung pasien COVID-19 berat, sebab saat ini mulai kehabisan ruang isolasi dilengkapi penyerap partikulat efisiensi tinggi (hepa filter) dan berventilator.

"Datanya sudah 490 sekian pasien COVID-19 tetapi data itu bergerak terus ya. Ini gejala ringan dan gejala berat. Berarti hampir sebagian besar rumah sakit full, terutama yang butuh ventilator. Jadi kalau misalkan ada kasus berat, Kota Bekasi sudah tidak bisa menampung," kata Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi dilansir dari ANTARA, Selasa (15/9/2020).

1. Ruang isolasi bertekanan negatif dengan ventilator semakin terbatas

Duh, Ruang Isolasi Pasien COVID-19 di RS Rujukan Bekasi PenuhIlustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19 di Gresik, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Eko mengatakan ada tiga jenis ruangan isolasi. Pertama, ruangan isolasi bertekanan negatif dengan ventilator, lalu ruangan bertekanan negatif tanpa ventilator, dan terakhir ruangan isolasi biasa.

"Saat ini rata-rata ruangan yang paling banyak tersedia hanya untuk pasien COVID-19 dengan gejala ringan sementara ruang isolasi bertekanan negatif dengan ventilator di rumah sakit swasta rujukan kini semakin terbatas," imbuhnya.

Baca Juga: Ini 47 Rumah Sakit di DKI yang Masih Tersisa Tempat Tidur ICU COVID-19

2. Ruang isolasi dengan ventilator tidak bertambah karena keterbatasan biaya

Duh, Ruang Isolasi Pasien COVID-19 di RS Rujukan Bekasi PenuhIlustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19 di Gresik, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Padahal kapasitas tempat tidur untuk isolasi pasien gejala ringan hingga berat di rumah sakit swasta Kota Bekasi sudah ditambah seiring penambahan kasus COVID-19.

Dari semula hanya ada 199 tempat tidur kini sudah ditambah menjadi 464 tempat tidur isolasi bagi pasien gejala ringan hingga berat sedangkan ruang isolasi dengan ventilator tidak bertambah banyak karena keterbatasan biaya.

"Karena menampung gejala berat itu butuh ventilator, butuh alat untuk filter di ruang isolasi dan itu harganya tidak murah," ujarnya.

3. Angka kematian pasien COVID-19 kemungkinan akan naik

Duh, Ruang Isolasi Pasien COVID-19 di RS Rujukan Bekasi PenuhPetugas memakamkan jenazah pasien terkonfirmasi COVID-19 di TPU Gandus Hills, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (11/9/2020). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Dengan kondisi saat ini dia khawatir akan berimbas pada tingginya kemungkinan angka kematian pasien COVID-19, terutama pasien yang memiliki gejala berat atau memiliki riwayat penyakit bawaan sebab pertolongan pertama untuk pasien COVID-19 yang bergejala berat menjadi sulit ditangani.

"Kalau berat dan harus pakai ventilator berarti lebih dari 50 persen kemungkinannya (tingkat potensi kematian) secara medis. Kemungkinan selamatnya tipis. Memang takdir di tangan Tuhan tetapi secara medis hitungannya begitu," katanya.

4. ARSSI berharap pemerintah menambah tempat tidur isolasi dengan ventilator

Duh, Ruang Isolasi Pasien COVID-19 di RS Rujukan Bekasi PenuhIlustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19 di Gresik, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Pihaknya berjanji akan tetap melakukan upaya semaksimal mungkin untuk keselamatan pasien COVID-19 meski tempat tidur dengan ventilator terbatas.

Ia juga berharap pemerintah menambah tempat tidur isolasi dengan ventilator untuk menekan angka kematian COVID-19 di Kota Bekasi.

"Kita akan lakukan penanganan semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan. Semua perkembangan COVID-19 di rumah sakit sudah disampaikan langsung ke Pemkot Bekasi. Jadi, sebetulnya sudah terpikirkan sejak awal oleh Pemkot," ucapnya.

"Jadi investasi di bidang alat kesehatan tidak mudah, mahal, maka sedianya pemerintah sudah berupaya meminta sumbangan atau apa gitu untuk beli alat ventilator itu," imbuh dia.

Baca Juga: Dampak Jakarta Ketatkan PSBB, Pemkot Bekasi Batasi Jam Malam

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya