Epidemiolog UGM Sayangkan Masyarakat Anggap Enteng Gejala COVID-19 

Pengetatan masker sudah tepat

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama, menilai keputusan yang diambil oleh pemerintah sudah tepat untuk kembali melakukan pengetatan pemakaian masker. Terlebih melihat lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

“Dengan adanya tren sedikit peningkatan kasus saat ini, saya rasa sudah tepat imbauannya untuk tetap menggunakan masker terutama di dalam ruangan,” ucapnya dalam siaran tertulis, Minggu (17/7/2022)

Dia juga menilai bahwa masyarakat sudah menganggap enteng gejala dan kasus COVID-19.

1. Faktor-faktor kasus COVID-19 naik

Epidemiolog UGM Sayangkan Masyarakat Anggap Enteng Gejala COVID-19 Ilustrasi tenaga kesehatan merawat pasien COVID-19 di rumah sakit. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

Bayu menjelaskan, penggunaan masker sangat krusial saat berada di keramaian dalam ruangan, seperti sekolah, kantor tempat ibadah, maupun transportasi publik. Sebab, pada lokasi-lokasi tersebut berisiko tinggi terjadinya penularan apabila terdapat orang yang terinfeksi COVID-19 di lokasi yang sama.

Bayu menyebutkan, faktor utama kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi saat ini karena mobilitas masyarakat yang cukup tinggi. Namun, di sisi lain, kebiasaan penggunaan masker menurun, terutama di dalam ruangan termasuk transportasi publik dan tempat ibadah.

“Selain itu juga ditunjang dengan adanya beberapa masyarakat yang menganggap enteng gejala COVID-19 dan terkait juga dengan angka vaksinasi yang cenderung melambat bahkan untuk dosis lengkap,” jelas dia.

Baca Juga: Konser Kangen Band di Balikpapan Ditunda karena Lonjakan Covid-19

2. Booster mencegah keparahan karena vaksin

Epidemiolog UGM Sayangkan Masyarakat Anggap Enteng Gejala COVID-19 Vaksin booster mulai disuntikkan kepada warga (IDN Times/Herka Yanis)

Dia menegakan, peningkatan angka vaksinasi dosis lengkap dan booster saat ini sangat penting. Sebab, infeksi COVID-19 tidak bisa dicegah dengan sempurna, namun tetap bisa mencegah keparahan yang ditimbulkan dengan vaksin.

“Karena mencegah infeksi tidak bisa dengan vaksin saja tapi harus dengan 3M terutama masker. Vaksin lebih ke menurunkan risiko keparahan, sehingga harapannya kalaupun lalai dengan masker dan terinfeksi COVID-19, maka tidak sampai parah,” ujarnya.

3. Presiden kembali wajibkan penggunaan masker di luar ruangan

Epidemiolog UGM Sayangkan Masyarakat Anggap Enteng Gejala COVID-19 Presiden Jokowi pimpin rapat terbatas di Istana Merdeka pada Senin (19/10/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Sebelumnya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo kembali mewajibkan masyarakat untuk menggunakan masker ketika berada di luar ruangan. Keputusan ini dibuat karena kasus COVID-19 terus melonjak.

"Saya juga ingin mengingatkan kepada kita semua, COVID masih ada. Oleh sebab itu, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan memakai masker masih sebuah keharusan," ujar Jokowi, usai salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (10/7/2022).

Jokowi juga mengingatkan kepada kepala daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk mempercepat vaksiniasi booster. Hal itu juga yang melatarbelakangi Jokowi membuat aturan syarat perjalanan wajib sudah mendapat vaksin booster.

"Kita tetap harus hati-hati, harus waspada karena memang faktanya COVID masih ada. Utamanya varian BA4 dan BA5 di semua negara. Alhamdulillah kita masih berada di angka-angka yang masih terkendali, negara-negara lain ada yang masih 100 ribu kasus hariannya, itu yang harus kita waspadai," ucap Jokowi.

Baca Juga: Prabowo Sebut Dokter dan Perawat Bebaskan Indonesia dari Pandemik 

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya